Warga di komune Ky Van mengumpulkan pohon akasia yang patah akibat badai Bualoi - Foto: LE MINH
Badai itu menghancurkan perbukitan akasia.
Dari Jalan Raya Nasional 1, jalan aspal membentang melintasi perbukitan menuju Komune Ky Tay (sekarang Komune Ky Van, Ha Tinh ) dengan panjang lebih dari sepuluh kilometer. Di perbukitan di kedua sisi jalan, penduduk menanam pohon akasia, mengubah perbukitan gundul menjadi hamparan hijau.
Namun, selama 3 hari terakhir, bukit-bukit akasia tersebut menjadi gersang akibat kerusakan yang ditimbulkan Badai Bualoi. Pohon-pohon akasia patah terbelah dua, tercabut, dan berserakan di lereng bukit, menyebabkan kerugian besar bagi para petani akasia setempat.
Bukit akasia milik keluarga Tn. Chinh hancur akibat badai.
Pada pagi hari tanggal 2 Oktober, Tuan Tran Van Chinh (35 tahun, tinggal di desa Dong Xuan, kecamatan Ky Van) pergi ke bukit akasia milik keluarganya yang seluas 4 hektar, memilih pohon akasia besar yang patah dan memotongnya menjadi potongan-potongan pendek, mengumpulkannya di sepanjang pinggir jalan, dengan harapan para pedagang akan datang dan membelinya.
Keluarga Bapak Chinh menanam bukit akasia seluas 4 hektar pada tahun 2022. Akasia tersebut kini berusia 3 tahun. Menurut rencana, akasia tersebut akan cukup tua untuk dipanen pada akhir tahun 2026. Namun, badai beruntun tiba-tiba melanda, menyebabkan pohon akasia dewasa tidak dapat berdiri tegak.
"Badai No. 5, yang melanda akhir Agustus, hanya merusak sebagian kecil pohon akasia. Sekarang, badai No. 10 telah datang, dan anginnya begitu kencang sehingga bukit-bukit akasia runtuh total. Pohon-pohon akasia ini masih muda dan harganya akan turun drastis karena pedagang, jadi meskipun kami memanennya, kami tidak akan bisa menyelamatkan banyak," kata Bapak Chinh.
Masyarakat mengatakan, karena pohon akasia patah tersebut belum cukup umur untuk dieksploitasi, maka harga yang dibeli pedagang cukup murah.
Mencari dukungan untuk menanam tanaman akasia baru
Bapak Chinh mengatakan biaya penanaman satu hektare pohon akasia berkisar 20-25 juta VND termasuk bibit dan biaya tenaga kerja; setelah 5-6 tahun, pohon akasia sudah cukup tua untuk dimanfaatkan, pendapatan rata-rata berkisar 80-100 juta VND/ha.
"Badai menyapu bersih seluruh bukit akasia, jadi saya harus membersihkannya untuk menanam tanaman akasia baru karena usianya belum cukup tua dan nilainya rendah. Jika saya cukup beruntung untuk memanen tanaman ini, saya akan punya cukup uang untuk berinvestasi, tetapi semua usaha yang saya lakukan selama beberapa tahun terakhir dianggap sia-sia," kata Bapak Chinh.
Menurut Bapak Chinh, bukan hanya keluarganya, tetapi sebagian besar rumah tangga petani akasia di desa tersebut juga mengalami kerusakan akibat Badai Bualoi. Rumah tangga yang mengalami kerusakan berat mengalami kerusakan parah, sementara rumah tangga yang mengalami kerusakan ringan mengalami kerusakan hingga setidaknya 50% dari luas wilayahnya.
Melihat perbukitan akasia hancur diterjang badai membuat para petani akasia merasa patah hati.
Ibu Dang Thi Thuy (62 tahun, tinggal di Desa Dong Xuan) mengatakan bahwa setelah Badai Bualoi, pemerintah setempat mendata luas pohon akasia yang rusak. Masyarakat sangat menginginkan adanya kebijakan dukungan untuk membeli bibit pohon akasia guna menanam pohon akasia baru.
"Sangat memilukan melihat bukit-bukit akasia yang akan dipanen terbelah dua oleh badai seperti ini. Namun, bagaimana kita bisa mencegah bencana alam? Seluruh desa di sini telah mengalami kerusakan yang luas. Kami hanya berharap akan ada kebijakan yang dapat mendukung kami sampai batas tertentu agar kami dapat memiliki modal untuk mencari nafkah," kata Ibu Thuy.
Sumber: https://tuoitre.vn/doi-keo-xanh-bat-ngan-nay-xac-xo-gay-ngang-than-vi-bao-bualoi-2025100209400222.htm
Komentar (0)