Pada akhir pekan perdagangan 7-13 Juli, harga emas batangan SJC tercatat oleh perusahaan-perusahaan besar di kisaran 119,5-121,5 juta VND/tael (beli-jual). Harga emas batangan dibuka pada kisaran 118,9-120,9 juta VND/tael (beli-jual). Dengan demikian, setelah satu pekan perdagangan, harga beli dan jual meningkat sebesar 600.000 VND.
Harga cincin emas bulat polos dipatok 115-117,5 juta VND/tael (beli - jual), naik 500.000 VND setiap kali transaksi selama seminggu.
Setelah pekan yang bergejolak, harga emas dunia ditutup pada level 3.355 USD/ons, naik 0,42% sepanjang pekan. Informasi dari kebijakan perdagangan, data inflasi yang diproyeksikan, dan sentimen defensif investor terus menjadi faktor kunci penggerak pasar emas.

Harga emas domestik dan dunia meningkat secara bersamaan (Foto: Manh Quan).
Pasar menguat di akhir pekan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pajak impor sebesar 35% untuk semua barang Kanada mulai awal bulan depan. Angka ini lebih tinggi dari pajak saat ini sebesar 25%. Donald Trump juga mengungkapkan rencana untuk mengenakan pajak umum sebesar 15-20% kepada sebagian besar mitra dagang lainnya. Sehari sebelumnya, Presiden AS menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan pajak sebesar 50% atas tembaga impor ke negara tersebut.
Data survei Kitco menunjukkan adanya kesenjangan yang jelas antara profesional dan investor individu. Dari 15 profesional Wall Street yang disurvei, 47% memperkirakan harga emas akan terus naik minggu depan, sementara hanya 7% yang memprediksi penurunan, sementara 47% sisanya memperkirakan harga akan tetap stabil.
Di sisi lain, investor mulai bersikap lebih berhati-hati. Hanya 45% dari 231 responden yang berpartisipasi dalam jajak pendapat daring berpandangan bahwa harga emas akan naik, sementara sisanya memperkirakan harga akan turun atau tetap sama.
Para ahli mengatakan pengenaan tarif baru AS terhadap barang-barang dari Uni Eropa dan kemungkinan melemahnya nilai tukar dolar AS akibat defisit anggaran merupakan faktor-faktor yang mendukung emas. Namun, pemulihan dolar AS dan prospek suku bunga yang belum jelas dari Federal Reserve AS (Fed) juga memberikan tekanan.
Khususnya, dalam konteks investor menunggu data penting seperti CPI, PPI, dan penjualan ritel minggu depan, tren emas masih memiliki banyak faktor yang tidak pasti.
Marc Chandler, CEO Bannockburn Global Forex, mengatakan emas masih dalam fase akumulasi dan belum dapat memastikan tren yang jelas. Sementara itu, Daniel Pavilonis dari RJO Futures, sebuah perusahaan pialang, mengatakan emas sedang membangun support di kisaran $3.300 per ons dan berpotensi siap untuk reli baru, terutama jika terdapat lebih banyak ketidakpastian geopolitik dalam waktu dekat.
Secara teknis, kisaran harga $3.250-$3.450/ons tetap menjadi kisaran utama, dengan penembusan di atas $3.370/ons dianggap sebagai sinyal tren naik. Namun, jika daya beli baru tidak dapat dipertahankan, emas dapat kembali ke kondisi sideways.
Dalam konteks berbagai variabel makro dan kebijakan, emas dianggap masih menjadi aset yang aman namun juga menantang bagi investor dalam jangka pendek. Sebagian besar pakar menyarankan untuk memantau secara cermat indikator ekonomi AS yang akan dirilis minggu depan guna mendapatkan dasar yang lebih kuat untuk menilai tren pasar logam mulia ini.
Data penting yang perlu diperhatikan minggu depan antara lain indeks harga konsumen (IHK) AS dan survei manufaktur Empire State yang akan dirilis pada hari Selasa. Disusul oleh indeks harga produsen (IHP) bulanan pada hari Rabu.
Pada hari Kamis, investor akan memperhatikan penjualan ritel bulan Juni, survei manufaktur regional Philadelphia, dan klaim pengangguran mingguan AS.
Minggu perdagangan akan ditutup pada Jumat pagi dengan dimulainya pembangunan perumahan dan hasil awal survei sentimen konsumen Universitas Michigan.
Sumber: https://dantri.com.vn/kinh-doanh/du-bao-ve-vang-sau-tuan-tang-gia-manh-20250713091035838.htm
Komentar (0)