Harga tanah jarang di pasar global melonjak setelah China mengumumkan pembatasan ekspor pada tujuh logam tanah jarang sedang dan berat.
Ini merupakan kelompok elemen penting dalam produksi kendaraan listrik, turbin angin, dan peralatan berteknologi tinggi. Langkah ini diambil dalam konteks ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, yang menyebabkan pasar bereaksi keras.
Di Eropa, harga disprosium telah naik tiga kali lipat sejak awal April, menjadi $850/kg. Harga terbium bahkan melonjak hingga $3.000/kg, level tertingginya dalam hampir 10 tahun.
Dari 17 unsur tanah jarang, logam sedang dan berat seperti disprosium dan terbium lebih langka dan lebih sulit untuk ditambang, dan China masih menyumbang sekitar 90% pasokan global kelompok ini.
Pembatasan ekspor China tidak hanya menaikkan harga secara dramatis, tetapi juga menempatkan rantai pasokan global pada risiko besar.
Menemukan pasokan alternatif dalam jangka pendek hampir mustahil, menurut Takahiro Sato, analis di Mizuho Bank. Profesor Toru Okabe dari Universitas Tokyo memperingatkan bahwa jika kekurangan ini berlanjut, banyak produsen mobil listrik harus menunda rencana produksi.
Vietnam tiba-tiba menarik perhatian investor internasional
Menghadapi gejolak yang disebabkan oleh pengetatan ekspor tanah jarang oleh Tiongkok, Vietnam tiba-tiba menjadi titik terang di mata investor internasional berkat cadangannya hingga 3,5 juta ton, menurut statistik terbaru dari Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang diterbitkan pada Maret 2025.
Tambang tanah jarang di Barat Laut dan Pesisir Tengah, terutama di Lai Chau, Lao Cai, dan Quang Nam , dinilai memiliki kandungan bijih yang tinggi dan potensi penambangan yang besar. Namun, produksi tambang Vietnam sebenarnya masih cukup rendah, hanya mencapai 300 ton pada tahun 2024.
Pemerintah Vietnam telah menetapkan target ambisius dengan mengumumkan rencana untuk memproduksi 2,02 juta ton tanah jarang pada tahun 2030. Hal ini menunjukkan tekadnya untuk mengembangkan industri tanah jarang sebagai sektor strategis.
Meskipun memiliki potensi besar, Vietnam masih menghadapi banyak tantangan. Kapasitas pemrosesan mendalam terbatas, teknologi pertambangan belum modern, dan rantai produksi domestik masih kurang konektivitas. Selain itu, infrastruktur logistik dan kebijakan untuk menarik investasi di pemrosesan mendalam belum sinkron, sehingga menyulitkan kegiatan ekspor.
Dalam konteks kekuatan seperti AS, Jepang, dan Uni Eropa sedang mencoba mencari sumber pasokan alternatif ke China untuk memastikan keamanan rantai pasokan, ini merupakan peluang besar bagi Vietnam untuk memposisikan ulang peran strategisnya di peta tanah jarang global.
Sumber: https://baoquangnam.vn/gia-dat-hiem-lap-dinh-viet-nam-bat-ngo-lot-vao-tam-ngam-cua-gioi-dau-tu-quoc-te-3154088.html






Komentar (0)