Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pelelangan (amandemen) pada Sidang ke-5 Majelis Permusyawaratan Rakyat ke-15, banyak anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat menyatakan minatnya terhadap ketentuan penerapan Undang-Undang tentang Pelelangan bagi Badan Usaha Milik Negara. Dalam rancangan undang-undang tersebut, Pemerintah mengusulkan penerapan Undang-Undang tentang Pelelangan hanya pada kegiatan pemilihan kontraktor badan usaha milik negara yang modal dasarnya dimiliki oleh negara sebesar 100% dan badan usaha milik negara yang modal dasarnya dimiliki oleh negara lebih dari 50% atau seluruh saham dengan hak suara.
Berdasarkan usulan Pemerintah , ketentuan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Lelang yang diajukan kepada Majelis Nasional tidak mempersempit cakupan penerapan paket lelang yang menggunakan modal negara dan modal badan usaha milik negara, dan pada saat yang sama tidak menciptakan kesenjangan hukum dalam pengelolaan modal negara pada badan usaha lainnya. Perluasan lebih lanjut subjek badan usaha yang harus mematuhi Undang-Undang tentang Lelang akan menyebabkan konflik dan tumpang tindih dalam pengelolaan modal negara yang ditanamkan pada badan usaha, mengurangi otonomi dan tanggung jawab badan usaha. Namun, beberapa anggota Majelis Nasional khawatir bahwa jika ketentuan dalam rancangan undang-undang tersebut dipersempit secara signifikan, subjek proyek yang menggunakan modal negara yang harus dilelang, yang mengarah pada semua proyek investasi anak perusahaan perusahaan, perusahaan umum, badan usaha milik negara... tidak harus melelang sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Suasana pertemuan pada pagi hari tanggal 24 Mei. Foto: VNA |
Menyampaikan pendapatnya mengenai hal ini, delegasi Truong Trong Nghia (delegasi Kota Ho Chi Minh ) mengatakan bahwa tidak benar jika ketentuan dalam Undang-Undang Lelang dibuat dan beberapa "cincin emas" dibuat, semuanya akan baik-baik saja. Jika sebuah BUMN berinvestasi di BUMN lain, terkadang hanya 5-10% dari modal tetapi tetap harus diatur oleh Undang-Undang Lelang, hal itu ekstrem dan tidak perlu. BUMN bertanggung jawab atas hasil operasinya, ketika menawar, tidak hanya uang tetapi juga banyak faktor lain seperti kesempatan, waktu...
Menurut delegasi Truong Trong Nghia, hanya BUMN yang seharusnya dikelola. Ketika sebuah BUMN berinvestasi di BUMN lain yang telah dikelola oleh Undang-Undang Perusahaan dan berbagai undang-undang lainnya, mustahil untuk mengatasi semua negativitas dan korupsi hanya dengan menggunakan Undang-Undang Lelang. Delegasi Phan Duc Hieu (delegasi Thai Binh) memperingatkan bahwa jika Undang-Undang Lelang diterapkan secara kaku kepada semua anak perusahaan BUMN, hal itu dapat memengaruhi fleksibilitas, inisiatif, dan efisiensi dalam kegiatan produksi dan bisnis, sehingga secara tidak langsung dan tidak terlihat memengaruhi kepentingan Negara.
Menanggapi hal ini, Menteri Perencanaan dan Investasi Nguyen Chi Dung mengakui bahwa ketentuan undang-undang tersebut tidak hanya harus menyelesaikan permasalahan yang timbul, tetapi juga meningkatkan efektivitas pengelolaan negara di bidang ini, sekaligus menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan lelang. Keseimbangan diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara harmonis. Pengelolaan yang terlalu ketat akan mengakibatkan hilangnya otonomi dan menimbulkan kesulitan serta kemacetan, sehingga undang-undang tersebut perlu diamandemen dan dilengkapi berkali-kali.
Jelas, penguatan tata kelola negara sangat diperlukan, terutama di bidang lelang yang masih rumit dan multifaset. Regulasi hukum lelang sedang disempurnakan secara bertahap, di mana fokusnya adalah melindungi kepentingan negara, mencegah praktik curang, korupsi, dan tindakan negatif. Bersamaan dengan itu, penting juga untuk memastikan bahwa badan usaha milik negara beroperasi sesuai mekanisme pasar, dengan menjadikan efisiensi ekonomi sebagai kriteria evaluasi utama, meningkatkan otonomi, tanggung jawab pribadi, dan persaingan yang sehat.
MANH HUNG
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)