Seperti dilansir VietNamNet , penyanyi Phuong My Chi mengatakan dia telah mengirimkan pengaduan kepada otoritas Kementerian Keamanan Publik setelah adanya rumor mengenai klip sensitif yang bocor.
"Dari sudut pandang pakar teknologi, dipastikan bahwa klip ini dimanipulasi menggunakan teknologi deepfake. Dan bukan hanya saya, tetapi banyak tokoh terkenal di dunia juga mengalami situasi serupa. Lebih umum lagi, panggilan video palsu kini juga menggunakan teknologi ini," ujar penyanyi wanita tersebut.
Berbicara dengan reporter VietNamNet, Dr. dan pengacara Dang Van Cuong mengatakan bahwa petisi penyanyi wanita tersebut menjadi dasar bagi pihak berwenang untuk mengklarifikasi fakta masalah tersebut.
Perbuatan menyebarluaskan informasi pribadi orang lain di dunia maya yang mengakibatkan timbulnya akibat yang serius terhadap kehidupan, kejiwaan, dan kesehatan orang lain, dapat dituntut secara pidana atas tindak pidana menyediakan informasi secara melawan hukum di internet berdasarkan Pasal 288 KUHP, tindak pidana pencemaran nama baik berdasarkan Pasal 156 KUHP, tindak pidana penghinaan terhadap orang lain berdasarkan Pasal 155 KUHP, atau tindak pidana lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang teknologi informasi, frekuensi, dan radio.
Para pengacara menganalisis bahwa hukum Vietnam secara tegas melarang penyebaran produk budaya cabul. Memublikasikan klip seks, gambar, dan klip yang membangkitkan hasrat seksual, berdampak negatif terhadap keamanan, ketertiban, dan keselamatan sosial, bertentangan dengan adat istiadat, serta menyebarkan gaya hidup dekaden dan hedonistik juga merupakan tindakan yang melanggar hukum, dan mereka yang menyebarkan produk budaya cabul dapat dituntut secara pidana.
Biasanya, ketika klip seks tersebar di media sosial, jumlah orang yang mengakses informasi tersebut sangat besar. Jika terdapat bukti bahwa klip tersebut cabul, memiliki kapasitas 1GB atau lebih, atau dapat diakses oleh 10 orang atau lebih, penyebar klip seks tersebut akan dituntut secara pidana atas tindak pidana penyebaran produk budaya cabul, terlepas dari apakah orang tersebut pemilik klip tersebut atau bukan.
Apabila perbuatan tersebut diketahui merupakan perbuatan menyebarluaskan produk budaya yang cabul dan produk budaya tersebut diedit, direkayasa, atau menggunakan teknologi deepfake untuk membuat video dengan tujuan menghina kehormatan dan martabat orang lain, maka orang yang melakukan perbuatan tersebut juga akan dituntut atas tindak pidana Fitnah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 KUHP.
Menurut pengacara, tindak pidana penghinaan dan pencemaran nama baik memerlukan permintaan dari korban. Sedangkan untuk tindak pidana penyebaran produk budaya cabul, tidak diperlukan permintaan dari korban. Lembaga investigasi juga dapat melakukan verifikasi dan klarifikasi untuk menangani sesuai ketentuan hukum.
Saat ini, penyanyi tersebut telah mengajukan laporan, sehingga lembaga investigasi akan memproses laporan dan memverifikasinya dalam waktu dua bulan, dengan kemungkinan perpanjangan tidak lebih dari dua bulan. Setelah periode ini berakhir, lembaga investigasi akan memutuskan apakah akan mengajukan tuntutan pidana atas tindak pidana penyebaran produk budaya cabul, tindak pidana pencemaran nama baik, tindak pidana penghinaan terhadap orang lain, atau tidak, tergantung pada hasil verifikasi.
"Ini adalah kasus yang rumit, terkait dengan kehormatan, martabat, dan reputasi seseorang, serta keamanan jaringan. Oleh karena itu, pihak berwenang akan berhati-hati dalam menerima informasi, memverifikasi, dan mempertimbangkan penanganannya sesuai ketentuan hukum," ujar Dr. Dang Van Cuong.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)