Sidang pleno kedua, yang diselenggarakan pada pagi hari tanggal 10 Oktober, dengan tema “Hukum Internasional Asia dalam Tatanan Global Multipolar: Pendekatan Antar-Peradaban”, dipimpin bersama oleh Duta Besar, Dr. Pham Lan Dung, Presiden AsianSIL, dan Profesor Keun-Gwan Lee, Anggota Komisi Hukum Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa.
![]() |
Wakil Menteri Luar Negeri Dang Hoang Giang berbicara di Konferensi tersebut. (Sumber: DAV) |
Sidang pleno ini menghadirkan para akademisi terkemuka Asia di berbagai bidang, mulai dari hukum publik internasional hingga hukum pidana internasional dan hukum komersial internasional, seperti Prof. Raul Pangalangan (mantan Hakim Mahkamah Pidana Internasional, Filipina), Prof. Upendra Dev Acharya (Universitas Gonzaga, AS), Prof. Venkatachala G Hegde (Universitas Jawaharlal Nehru, India), Prof. Araki Ichiro (Universitas Nasional Yokohama, Jepang).
Para akademisi berfokus pada pembahasan tantangan yang dihadapi negara-negara Asia saat mereka mulai “menegaskan suara regional mereka,” tidak hanya sebagai penegak tetapi juga sebagai pembentuk hukum internasional dalam beberapa dekade mendatang di abad ke-21.
Berbicara pada pembukaan program, Wakil Menteri Luar Negeri Dang Hoang Giang menekankan bahwa Konferensi tersebut berlangsung dalam konteks dunia yang menghadapi banyak tantangan.
![]() |
Sesi pleno kedua Konferensi berlangsung di bawah kepemimpinan Duta Besar, Dr. Pham Lan Dung dan Profesor Keun-Gwan Lee. (Sumber: DAV) |
Sejalan dengan itu, Wakil Menteri Dang Hoang Giang mengatakan bahwa "Asia semakin menegaskan perannya sebagai aktor aktif dalam pengembangan dan penegakan hukum internasional. Mulai dari membentuk norma perdagangan global melalui perjanjian perdagangan bebas, hingga mempromosikan hukum maritim, hukum perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kerja sama keamanan regional dalam kerangka ASEAN dan berbagai mekanisme lainnya, Asia menunjukkan bahwa pendekatannya dapat memperkaya hukum internasional dalam semangat saling menghormati dan kerja sama."
Dalam sesi penutupan, Associate Professor, Dr. Nguyen Thi Lan Anh, Wakil Presiden AsianSIL mengungkapkan kebanggaan dan emosinya saat menyaksikan keberhasilan Konferensi di Hanoi .
Prof.Dr. Assoc. menyampaikan bahwa Asia menyumbangkan gagasan, membentuk standar, dan berbagi praktik untuk memperkaya sistem hukum global. Di dunia yang penuh gejolak, Asia memiliki tanggung jawab sekaligus kesempatan untuk menunjukkan bahwa hukum internasional masih dapat menjadi fondasi ketertiban, kerja sama, dan keadilan.
![]() |
Profesor Madya, Dr. Nguyen Thi Lan Anh, berbicara pada sesi penutupan. (Sumber: DAV) |
Selain itu, Duta Besar, Dr. Pham Lan Dung, Presiden AsianSIL, menunjukkan bahwa Konferensi ini merupakan pengingat bahwa hukum internasional bukanlah sistem aturan yang jauh, tetapi suatu kerangka kerja yang dibentuk oleh orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya.
"Suara-suara yang kami dengar di sini, dari para hakim, akademisi, diplomat, praktisi, hingga peneliti muda, menegaskan bahwa: Kontribusi Asia bukanlah pilihan, melainkan esensial bagi vitalitas dan legitimasi hukum internasional di abad ke-21," ujar Duta Besar Pham Lan Dung.
Melalui ini, Ketua AsianSIL menyampaikan pesan: “Mari kita bersama-sama memelihara dan memajukan kontribusi Asia terhadap perkembangan hukum internasional global, dan menegaskan kembali tujuan bersama kita: menjadikan hukum sebagai fondasi stabilitas, keadilan, dan kerja sama di Asia dan di seluruh dunia.”
![]() |
Duta Besar Pham Lan Dung, Presiden AsianSIL, dan Bapak Lewe Paul, Perwakilan Yayasan KAS Vietnam. (Sumber: DAV) |
Duta Besar Pham Lan Dung juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para pendamping dan sponsor seperti: Yayasan Konrad-Adenauer-Stiftung, Foley Hoag, PVcomBank atas kontribusi besar mereka terhadap kesuksesan Konferensi.
Dengan suksesnya penyelenggaraan Konferensi Umum AsianSIL ke-10, Vietnam telah mencatatkan namanya bukan hanya dalam kapasitas keorganisasiannya tetapi juga dalam sumbangsih akademis dan semangat integrasi internasionalnya, yang menunjukkan semakin kokohnya posisinya di masyarakat hukum internasional regional dan global.
Konferensi AsianSIL 2025 di Hanoi telah berakhir, namun gaung semangat akademis, kerja sama, dan tanggung jawab regional akan tetap menyebar, sebagai penegasan kuat bahwa Asia bukan sekadar peserta, melainkan pencipta tatanan hukum global.
Sumber: https://baoquocte.vn/hoi-nghi-toan-the-lan-thu-10-hoi-luat-quoc-te-chau-a-be-mac-tai-ha-noi-khang-dinh-vai-tro-tien-phong-trong-cung-co-luat-phap-quoc-te-330563.html
Komentar (0)