- Yth. Pengacara, gambaran sebuah desa yang terdorong banjir hingga menjadi "tambang pasir yang tak berdaya" telah membuat publik bersimpati sekaligus bingung. Apa yang Anda lihat dari cerita ini?
Banjir membawa pasir, membawa sumber daya berharga, tetapi rakyat sangat menderita. Lahan tertimbun, jalan-jalan tertutup, kehidupan terganggu. Angka "20-30 miliar VND" jika lelang pasir berhasil terdengar besar, tetapi nilai kerugiannya—mata pencaharian, kenangan, lingkungan hidup—tak ada daftar harga yang dapat menentukannya.
Oleh karena itu, ini bukan sekadar cerita mineral, tetapi ujian mekanisme kebijakan dan penanganan masalah yang timbul dalam kehidupan.

Dalam hal ini, banyak orang prihatin dengan kenyataan bahwa masyarakat hanya bisa "berdiam diri dan menonton" meskipun sumber daya tersebut berada tepat di tanah mereka, dan hanya dapat digunakan untuk keluarga mereka; dan hanya Negara yang berhak mengeksploitasinya untuk dijual. Apa pendapat Anda tentang masalah ini?
Sumber daya mineral dimiliki oleh rakyat dan dikelola oleh Negara, itu benar.
Namun menurut hemat saya, asas “menyelaraskan kepentingan antara negara – badan usaha – masyarakat” belum dijalankan secara nyata sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Mineral dan Perdata yang berlaku saat ini didasarkan pada prinsip pengelolaan terpadu dan kepemilikan publik atas sumber daya alam. Undang-Undang Geologi dan Mineral tahun 2024 (Pasal 3) sendiri menetapkan semangat: Menjamin keselarasan kepentingan antara Negara, badan usaha, perseorangan, dan masyarakat di wilayah pemanfaatan sumber daya alam.
Pada kenyataannya, manusia merupakan penanggung risiko pertama dan jangka panjang, tetapi keterlibatannya sedikit atau tidak jelas dalam siklus manfaat.
Anda menyebutkan konsep "harta benda yang terbentuk akibat bencana alam", tetapi konsep ini tidak diatur oleh hukum. Apakah kasus ini merupakan contoh umum dari kesenjangan hukum tersebut?
Ya! Bencana alam dapat merenggut, tetapi juga dapat meninggalkan. Ketika banjir datang, mereka meninggalkan lapisan pasir keemasan yang berharga, sebuah sumber daya alam. Jika aset baru itu muncul di tanah tempat tinggal manusia, mereka seharusnya dianggap sebagai pihak yang terdampak dan berhak untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut saya, Undang-Undang Mineral dan Undang-Undang Pencegahan Bencana Alam perlu menambahkan bab tersendiri tentang jenis sumber daya ini, sehingga masyarakat tidak selamanya menjadi penonton di tanahnya sendiri.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa perluasan hak warga negara akan mempersulit prosedur perizinan. Bagaimana menurut Anda?
Sedikit lebih rumit, tetapi sepadan dengan usahanya. Ketika orang-orang didengarkan, mereka lebih kooperatif, perselisihan berkurang, dan biaya sosial pun lebih rendah. Itulah "manajemen cerdas".
Keputusan pertambangan pada hakikatnya merupakan komitmen moral antara pemerintah dan rakyat. Ketika rakyat merasa menjadi bagian dari proses tersebut, prosedur bukan lagi hambatan, melainkan jembatan kepercayaan.
- Jika Anda berhak memberikan rekomendasi, solusi apa yang akan Anda usulkan agar kasus serupa seperti ini dapat ditangani secara harmonis?
Saya punya tiga rekomendasi:
Pertama, pembagian keuntungan yang adil dan transparan: Ketika sumber daya baru ditemukan karena bencana alam, rasio pembagian yang wajar harus ditetapkan untuk orang-orang dan daerah yang terkena dampak, sepadan dengan kerusakan yang mereka derita.
Kedua, membangun kembali masyarakat sebelum eksploitasi: Semua kegiatan lelang atau perizinan harus mengutamakan penanggulangan akibat bencana alam terlebih dahulu, meratakan dan memulihkan lahan, meregenerasi mata pencaharian, dan membangun kembali infrastruktur.
Ketiga, dialog tripartit: Negara, dunia usaha, rakyat: Dialog bukan untuk membagi saham, tetapi untuk menyepakati prinsip: eksploitasi harus berjalan beriringan dengan pemulihan.
Jika ini terlaksana, setiap sumber daya tambang tidak lagi menjadi ujian kepercayaan, tetapi bukti sistem hukum yang mendengarkan masyarakat.
Terima kasih, Pengacara!

Terkait penanganan pasir dalam jumlah tersebut di atas, dengan volume kecil namun berdampak pada produksi dan kehidupan sehari-hari masyarakat, solusi pemulihan dapat diterapkan selama proses penanggulangan dampak badai dan banjir; dengan volume yang besar, diperlukan solusi pengelolaan dan eksploitasi untuk memastikan pemanfaatan sumber daya dan mineral secara efektif, serta meminimalkan dampak negatif terhadap kehidupan dan produksi sehari-hari masyarakat. Pihak ini berpendapat bahwa peraturan perundang-undangan di bidang geologi dan mineral dalam setiap kasus ini sudah memadai, sehingga pemerintah daerah dapat mempertimbangkan situasi aktual untuk menerapkannya dengan tepat.

Terkait rencana lelang mineral, pakar ini mengatakan bahwa ini merupakan solusi pengelolaan yang terbuka, transparan, dan tepat apabila terdapat konsensus dari masyarakat. "Jika masyarakat setuju, penyelenggaraan lelang merupakan solusi yang transparan dan wajar. Penanganan kasus ini harus fleksibel, baik dalam menjamin hak-hak sah masyarakat maupun dalam mematuhi prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya mineral negara," tegas pakar tersebut.
Sumber: https://baolaocai.vn/hon-100000-m3-cat-tran-vao-lang-chuyen-gia-de-xuat-co-che-xu-ly-tai-san-hinh-thanh-do-thien-tai-post886928.html






Komentar (0)