Pada tahun 2024, tidak akan ada kematian akibat malaria, dan 48 provinsi akan dinyatakan bebas malaria. Lembaga ini memobilisasi sumber daya untuk pencegahan, pengendalian, dan eliminasi malaria di Vietnam, menunjukkan tekadnya untuk memenuhi komitmen internasional dan memobilisasi semua sumber daya menuju tujuan eliminasi malaria pada tahun 2030.
Informasi di atas diumumkan oleh Dr. Hoang Dinh Canh, Direktur Institut Sentral Malaria, Parasitologi, dan Entomologi, pada rapat umum dalam rangka Hari Malaria Sedunia yang diselenggarakan pada tanggal 25 April.
Direktur Balai Besar Malaria, Parasitologi, dan Entomologi mengatakan bahwa malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Malaria, penyakit yang sebelumnya dianggap telah mereda, masih menjadi ancaman potensial bagi kesehatan masyarakat, terutama di daerah terpencil dengan kondisi ekonomi dan sosial yang sulit.
Pada tahun 2024, terdapat 353 pasien malaria di Indonesia, tanpa kematian akibat malaria, dan 48 provinsi dinyatakan bebas malaria. Jumlah kasus parasit malaria telah menurun hampir 75% setelah 5 tahun (2020-2024), sementara jumlah kasus malaria pada anak di bawah 5 tahun dan kelompok usia 6-15 tahun juga menurun tajam (masing-masing menurun sebesar 86% dan 62% untuk setiap kelompok usia).
Dari 353 kasus malaria, 111 merupakan kasus impor dari luar negeri (31,4%), terutama dari negara-negara Afrika (94 kasus) dan Laos (8 kasus).
Dalam 4 bulan pertama tahun 2025, seluruh negeri hanya menemukan 24 kasus malaria, di mana 14 di antaranya merupakan kasus malaria impor dari luar negeri (mencakup 58,3%). Khususnya, daerah-daerah dengan jumlah penderita malaria yang tinggi pada tahun-tahun sebelumnya seperti Khanh Hoa , Lai Chau, Quang Tri... telah menurun secara signifikan pada awal tahun 2025.
Menurut Dr. Hoang Dinh Canh, dengan capaian-capaian di atas, Vietnam telah mencapai sasaran Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Malaria di Vietnam periode 2011-2020 dan orientasi hingga 2030, yakni mengendalikan angka kejadian malaria <0,15/1.000 penduduk; Angka kematian malaria <0,02/100.000 penduduk pada tahun 2020, dan memberantas malaria pada tahun 2030.
Malaria adalah penyakit berbahaya yang belum ada vaksinnya, tetapi dapat dicegah dan disembuhkan. Oleh karena itu, mencegah nyamuk penular penyakit ini tetap menjadi langkah paling efektif melalui berbagai metode, seperti membasmi nyamuk dengan bahan kimia atau mencegah kontak antara manusia dan nyamuk penular penyakit, misalnya dengan menggunakan tirai di ruang terbuka, memasang kasa nyamuk untuk mencegah nyamuk terbang masuk ke dalam rumah dan menggigit orang, tidur dengan kelambu, dan krim antinyamuk...
Saat ini, perang melawan malaria masih menghadapi banyak tantangan, seperti: perubahan iklim, perpindahan penduduk, perpindahan penduduk ke hutan, tidur di ladang, dan pertukaran lintas batas, terutama di negara-negara yang masih endemis malaria. Faktor-faktor ini menimbulkan kebutuhan mendesak akan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengendalikan dan mencegah malaria kembali.
Oleh karena itu, Dr. Canh menekankan perlunya peningkatan investasi dalam sistem kesehatan, terutama di tingkat akar rumput, agar semua orang memiliki akses terhadap layanan pencegahan, pengendalian, dan pengobatan malaria yang berkualitas, sekaligus memfokuskan investasi dalam penelitian ilmiah untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif.
Direktur Balai Besar Malaria, Parasitologi, dan Entomologi juga mengusulkan penerapan teknologi canggih dan model inovatif dalam pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan malaria seperti: penggunaan tes cepat dengan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi berbagai jenis parasit malaria; perluasan pengobatan bagi kelompok berisiko tinggi; penguatan kerja sama pencegahan dan pengendalian malaria di perbatasan; pemantauan dan penyaringan bagi masyarakat yang kembali dari daerah endemis penyakit.
Selain itu, perlu ada koordinasi yang sinkron antar semua tingkatan dan sektor, serta partisipasi aktif masyarakat. Komunikasi dan edukasi kesehatan, terutama bagi etnis minoritas, perlu terus diperkuat untuk meningkatkan kesadaran, berkontribusi dalam melindungi kesehatan masyarakat, dan menangkal malaria.
Hari Malaria Sedunia (25 April) ditetapkan oleh sidang ke-60 Majelis Kesehatan Dunia pada Mei 2007 sebagai hari untuk menghargai upaya global dalam mengendalikan malaria secara efektif. Tujuan dari perayaan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang malaria - salah satu penyakit menular paling berbahaya dan telah menyebabkan jutaan kematian setiap tahun, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.
Acara ini juga memberikan kesempatan bagi negara-negara di wilayah terdampak untuk saling belajar dan mendukung upaya mereka dalam memerangi penyakit ini. Hari Malaria Sedunia juga memberikan kesempatan bagi para donatur baru untuk bergabung dengan mitra global dalam memerangi malaria dan bagi lembaga penelitian untuk melakukan penelitian ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat.
(Vietnam+)
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/huy-dong-nguon-luc-cho-phong-chong-va-loai-tru-sot-ret-o-viet-nam-post1035045.vnp






Komentar (0)