Setelah makan malam, Bapak Nay Tuy (35 tahun, dusun Phu Ma Nher 1, komune Ia Sao) bergegas ke rumah adat dusun untuk mengikuti kelas Dasar Listrik Sipil yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Gia Lai bekerja sama dengan Komite Rakyat Komune. Beliau sama sekali tidak tahu cara memasang panel listrik atau memperbaiki peralatan listrik di keluarga, sehingga ketika beliau dan istrinya membangun rumah sendiri, beliau harus menyewa seseorang untuk memasang sistem kelistrikan di rumah tersebut.
Setiap kali bola lampu atau sakelar rusak, ia ingin memperbaikinya, tetapi takut tersengat listrik sehingga ia harus meminta bantuan tetangganya. Oleh karena itu, ketika ia mendengar bahwa komune tersebut membuka kelas dasar kelistrikan sipil, ia pun mendaftar. Berkat kehadirannya yang teratur dan tidak pernah absen, ia mengalami kemajuan pesat.

Pak Tuy bercerita: “Awalnya, saya agak malu datang ke kelas, tetapi karena semua siswa seusia saya, saya jadi lebih percaya diri. Semua orang belajar bersama dan saling berbagi pengalaman. Setelah kursus selesai, saya mengeluarkan peralatan rumah tangga dan peralatan listrik untuk berlatih. Semoga setelah kursus selesai, keterampilan saya akan meningkat sehingga saya bisa bergabung dengan kelompok pekerja di desa untuk memasang sistem kelistrikan bagi warga desa.”
Mengajar langsung di kelas, Bapak Rcom Thuyen, dosen di Gia Lai College, tak dapat menyembunyikan kegembiraannya melihat para mahasiswa antusias dan antusias mengikuti kelas. Banyak dari mereka membawa peralatan listrik rusak dari rumah ke kelas untuk diperbaiki bersama oleh para guru dan mahasiswa.
Guru Thuyen berkata: Kelas dimulai pada 28 Oktober, dengan 25 siswa. Semuanya adalah petani, 100% di antaranya adalah etnis minoritas. Tujuan kelas ini tidak hanya untuk memberikan sertifikat kejuruan tingkat 1, tetapi juga untuk membantu orang-orang memperoleh keterampilan, sehingga mereka dapat berkumpul dalam kelompok pekerja untuk memasang sistem kelistrikan rumah tangga atau melamar pekerjaan di pabrik dan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan lebih dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Dengan semangat belajar, di Desa Kơ Nia (Kelurahan Ia Pa), kelas Budidaya Padi Unggul dibuka setengah bulan yang lalu, dengan partisipasi 30 siswa yang merupakan petani yang telah lama berkecimpung di ladang. Kelas ini dilaksanakan dari ibu kota Subproyek 1, Proyek 4 di bawah Program Target Nasional untuk Penanggulangan Kemiskinan Berkelanjutan.
Bapak Hoang Van Thuy, dosen di Gia Lai College, mengatakan: Padi merupakan tanaman utama di daerah ini, tetapi selama ini, masyarakat hanya menanamnya berdasarkan pengalaman, sehingga hasilnya rendah. Oleh karena itu, kelas ini diselenggarakan untuk membantu mahasiswa memahami teknik penanaman, pemupukan, pengendalian hama, panen, dan pengawetan untuk meningkatkan hasil dan kualitas gabah. Perkuliahan diatur secara fleksibel: Teori di malam hari dari pukul 19.00 hingga 21.00, dan praktik langsung di lapangan keesokan harinya. Berkat hal tersebut, ilmu yang diperoleh diserap lebih jelas, intuitif, dan praktis.
Ibu Ngo Thi Tuyet (suku Tay, Desa Kơ Nia) bercerita: “Keluarga saya menanam padi 3 sao. Sebelumnya, karena penanaman yang terlalu rapat dan penggunaan pupuk serta pestisida yang berlebihan, hasilnya tidak tinggi, rata-rata hanya 7 kuintal/sao. Kini setelah saya belajar dan menimba ilmu, pada musim panen musim dingin-semi mendatang, saya akan bercocok tanam dengan teknik yang tepat untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan menjaga lingkungan.”
Berpengalaman bertani selama bertahun-tahun, petani Ksor Let (Dusun Chu Knong, Kelurahan Ia Hiao) memahami kesulitan yang dihadapi para pekerja pedesaan seperti dirinya. Keluarganya memiliki alat penyemprot pestisida, tetapi sering rusak. Sering kali mesin tersebut rusak di ladang, sehingga ia terpaksa berhenti bekerja dan membawanya ke bengkel, yang biayanya sangat mahal. Oleh karena itu, ia bertekad untuk mengikuti pelatihan perbaikan mesin pemotong rumput genggam dan alat penyemprot pestisida yang diselenggarakan oleh kelurahan.
"Selama pelajaran, alih-alih membawa buku ke kelas, saya membawa tas perkakas berisi kunci pas, obeng, dll. untuk berlatih. Sekarang, saya telah belajar cara memeriksa kesalahan, mengganti suku cadang, dan merawat mesin secara berkala. Berkat itu, saya dapat menghemat biaya dan lebih proaktif selama musim panen," ujar Pak Let dengan penuh semangat.

Bapak Phan Cong Duong, Kepala Dinas Kebudayaan dan Kemasyarakatan Kelurahan Ia Hiao, mengatakan: "Dalam rangka melaksanakan program sasaran nasional, banyak kelas pelatihan vokasi telah diselenggarakan untuk berkontribusi pada peningkatan kualifikasi tenaga kerja pedesaan. Kelas-kelas ini dibuka berdasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat, dengan fokus pada berbagai pekerjaan praktis seperti kelistrikan sipil, perbaikan mesin pertanian, memasak, peternakan, dll. Dengan motto pelatihan yang berfokus pada praktik, pendampingan, setelah pelatihan berakhir, banyak peserta didik mampu menerapkan ilmunya ke dalam praktik serta membuka peluang kerja, meningkatkan pendapatan, dan berkontribusi pada pengentasan kelaparan serta pengentasan kemiskinan di wilayah tersebut."
Sumber: https://baogialai.com.vn/khi-nong-dan-hoc-lam-tho-dien-tho-may-post572269.html






Komentar (0)