![]() |
| Sudah saatnya kita membangun "perisai digital" bagi para siswa. (Foto: Nga Son) |
Anak-anak Vietnam tumbuh di dunia digital yang penuh dengan pengetahuan tanpa batas, tetapi juga mengandung risiko dan kerentanan. Pertanyaannya bukan lagi "apakah anak-anak boleh menggunakan internet atau tidak?", melainkan "bagaimana menjaga mereka tetap aman, baik hati, dan tangguh di dunia daring."
Banyak anak terjebak dalam pusaran "suka" dan "tontonan", kehilangan kepolosan mereka. Ada banyak kisah memilukan: Siswa dirundung daring, dibujuk untuk mengikuti "permainan tantangan", foto pribadi mereka terekspos, atau mengalami krisis psikologis karena dibandingkan dengan gambar virtual. Di usia mereka yang masih belajar mencintai diri sendiri, kejutan semacam itu meninggalkan luka yang lebih dalam daripada dimarahi di kelas sungguhan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita membangun "perisai digital" bagi para siswa. Perisai ini bukan tembok, melainkan perisai yang melindungi dari dalam. Perisai ini merupakan sistem keterampilan, kesadaran, dan nilai-nilai yang membantu mereka berdiri teguh melawan badai informasi. Perisai ini harus mendalami kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, memahami privasi, dan berperilaku santun di dunia maya.
Di dunia, banyak negara telah memasukkan "keamanan digital" ke dalam kurikulum sekolah mereka sebagai keterampilan hidup wajib. Anak-anak diajarkan cara mengatur kata sandi, mengenali konten yang buruk, melaporkan pelecehan, serta menghormati hak cipta dan privasi orang lain. Vietnam telah mengambil langkah-langkah awal, tetapi masih terfragmentasi. Mungkin, perlu ada program yang sistematis dan sinkron dari sekolah dasar hingga menengah, yang menggabungkan pengajaran keterampilan teknologi dan pendidikan kepribadian. Karena "perisai digital" bukan sekadar perangkat lunak penyaring konten, melainkan sistem kekebalan moral dalam jiwa siswa.
Dalam setiap pelajaran, alih-alih mengajarkan siswa cara mencari lebih cepat, guru dapat bertanya: "Jika kamu membagikan informasi yang belum diverifikasi, apa yang akan terjadi?"; "Jika kamu tersinggung secara daring, apa yang akan kamu lakukan?". Pertanyaan-pertanyaan ini adalah langkah pertama untuk membantu anak-anak memahami bahwa internet bukanlah ruang yang tak terlihat. Setiap tindakan meninggalkan jejak, kata-kata dapat menyelamatkan atau menyakiti orang lain.
Keluarga juga harus menjadi ruang kelas pertama untuk keamanan digital. Orang tua tidak hanya harus melarang, tetapi juga belajar bersama anak-anak mereka, menetapkan batas waktu penggunaan perangkat, dan menganalisis konten bersama. Ketika orang tua berpartisipasi aktif, anak-anak tidak akan melihat internet sebagai "zona terlarang", melainkan sebagai lingkungan tempat mereka dapat belajar dengan terkendali. Karena teknologi tidak buruk, teknologi hanya berbahaya ketika beroperasi tanpa ada perhatian. Selain itu, sekolah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih aman: Platform pembelajaran daring membutuhkan filter yang sesuai usia; perusahaan teknologi harus bertanggung jawab untuk melindungi data dan mengendalikan konten; pers dan media perlu menyebarkan semangat "peradaban siber", alih-alih berita utama yang sensasional dan clickbait.
Di sisi manajemen, diperlukan strategi nasional tentang keamanan digital bagi siswa, yang berfokus pada pendidikan dan pencegahan kekerasan. Kementerian Pendidikan dan Pelatihan dapat mengembangkan kurikulum keterampilan digital, melatih guru-guru spesialis, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan berbasis pengalaman dan klub "kewarganegaraan digital". Membentuk kebiasaan dan etika teknologi sejak dini akan menciptakan generasi muda yang mampu menguasai teknologi, alih-alih dikendalikan olehnya.
Perisai digital yang kuat tidak hanya melindungi anak-anak dari bahaya daring, tetapi juga membantu mereka berkembang secara komprehensif di era baru, di mana pengetahuan berubah setiap jam tetapi nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi akarnya.
Sumber: https://baoquocte.vn/la-chan-so-cho-hoc-sinh-trong-thoi-dai-moi-333971.html







Komentar (0)