Desa Penglipuran dan Asal Usul Namanya
Jalan lurus beraspal antara Desa Penglipuran dengan deretan bunga dan gerbang rumah tradisional Bali. (Foto: Dikumpulkan)
Desa Penglipuran terletak di Dataran Tinggi Kubu, Kabupaten Bangli, Bali Timur, pada ketinggian lebih dari 600 m di atas permukaan laut, menawarkan iklim yang sejuk dan nyaman sepanjang tahun. Desa ini terletak di dekat Gunung Batur – gunung suci umat Hindu.
Nama “Penglipuran” berasal dari dua kata Bali kuno: “Pangleng” (ritual) dan “Pura” (pura), yang mencerminkan struktur spiritual desa – empat pura suci yang terletak di empat arah mata angin, melambangkan perlindungan yang menyeluruh.
Dikelilingi hamparan sawah hijau yang rimbun, hutan bambu yang luas, dan hutan tropis, Penglipuran hampir sepenuhnya terisolasi dari hiruk pikuk kota. Itulah sebabnya pengunjung sering menggambarkan Penglipuran sebagai "oasis tenang" Bali.
Arsitektur tradisional dan filosofi kehidupan “Tri Hita Karana” di desa Penglipuran
Gerbang Angkul-angkul – arsitektur khas di lokasi wisata budaya Bali yang terkenal ini. (Foto: Koleksi)
- Seluruh ruang desa direncanakan berdasarkan filosofi “Tri Hita Karana” – keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
- Dari gerbang selamat datang tradisional (angkul-angkul) hingga rumah-rumah beratap genteng yang ditutupi lumut, setiap detailnya konsisten dan harmonis.
- Jalanan berbatu yang lurus, bersih, dan terawat baik, dipagari hamparan bunga dan rumput hijau, memberikan kesan tenang dan ramah pada pandangan pertama.
- Setiap rumah tangga memiliki tempat pemujaan leluhur, yang dirawat dengan hati-hati, mencerminkan hubungan mendalam antara kepercayaan dan kehidupan sehari-hari.
- Selain itu, sistem saluran air dan jembatan batu kecil di depan setiap gerbang rumah tidak hanya melayani aktivitas sehari-hari tetapi juga merupakan elemen yang menyeimbangkan air dan udara dalam arsitektur Bali kuno.
Penglipuran - Tempat untuk melestarikan nilai-nilai adat dan etika yang unik
Perayaan Galungan di Desa Penglipuran – salah satu ciri khas wisata budaya Bali. (Foto: Dikumpulkan)
Penglipuran tidak hanya indah, tetapi juga menonjol karena gaya hidup etis dan komunalnya. Hal yang sangat menarik adalah keberadaan Karang Memadu – sebuah area yang diperuntukkan bagi laki-laki yang melanggar hukum monogami. Secara tradisional, desa ini secara tegas melarang poligami. Jika seseorang melanggar, mereka akan dipulangkan dan tinggal terpisah di Karang Memadu sebagai bentuk pendidikan masyarakat.
Ini adalah bukti nyata pentingnya keluarga, kesetiaan dan komunitas – bagian integral identitas budaya Bali .
Rasakan budaya Bali asli di desa Penglipuran
Wisatawan menikmati pengalaman menginap di rumah tradisional dan belajar melipat canang sari di Penglipuran. (Foto: Dikumpulkan)
Berpartisipasi dalam festival tradisional sepanjang tahun
Di Penglipuran, perayaan budaya seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Saraswati, Odalan… diadakan secara berkala, menjaga ritual adat tetap utuh dan tidak "drama". Khususnya, pada hari Galungan – hari kembalinya leluhur – seluruh desa dipenuhi warna-warna tradisional yang meriah dengan penjor (bambu hias), bunga, dan sesajen.
Nikmati seni rakyat dan produk lokal
Penduduk setempat masih melestarikan seni membatik, dengan pola-pola yang dilukis tangan menggunakan lilin lebah cair, menciptakan desain-desain unik yang sangat teliti hingga ke setiap milimeternya. Pengunjung dapat membeli tas brokat, sarung, dan topi kerucut, serta menikmati minuman tradisional Loloh Cemcem – terbuat dari daun cemcem, yang memiliki rasa sedikit asam dan membantu membersihkan tubuh.
Berjalan di hutan bambu suci seluas 45ha
Hutan bambu di belakang desa tak hanya menjadi simbol ekologi, tetapi juga tempat suci tempat upacara-upacara besar desa diselenggarakan. Hutan ini memiliki banyak kuil, jalur pendakian, dan merupakan tempat ideal untuk meditasi, berfoto, atau sekadar menikmati kesegaran alaminya.
Desa Penglipuran – Destinasi untuk Pengalaman Budaya Bali yang Mendalam
Masyarakat Penglipuran menjual makanan khas Loloh Cemcem dan kerajinan tradisional. (Foto: Dewi Divianta)
Dengan ruangnya yang kuno, suasana sakral, dan kedamaian yang langka, Desa Penglipuran dengan cepat menjadi destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan saat berkunjung ke Bali . Desa ini telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia sejak tahun 1970, menunjukkan nilai budaya dan sejarah yang luar biasa dari tempat ini.
Tips berwisata ke Desa Penglipuran
- Lokasi: Kubu, Bangli, Bali, Indonesia
- Waktu yang ideal: Juni – Agustus (cuaca kering dan sejuk); musim perayaan Galungan (setiap 210 hari)
- Biaya masuk: Sekitar 25.000 – 30.000 IDR/dewasa
- Cara ke sana: Dari Ubud
Sumber: https://www.vietravel.com/vn/am-thuc-kham-pha/du-lich-van-hoa-bali-lang-penglipuran-v17296.aspx






Komentar (0)