
Orang-orang berbelanja di toko Target di Chicago, Illinois, AS. (Foto: Bloomberg)
Musim belanja terbesar di AS tahun ini berlangsung dari Black Friday hingga Natal, dengan serangkaian promosi dan program diskon. Namun, pengeluaran masyarakat lebih berhati-hati dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari situs web, media sosial, email, hingga kotak surat pribadi, terdapat serangkaian program diskon 50%-60% dari merek dan peritel. Namun, menurut para analis, diskon tahun ini tidak semenarik tahun-tahun sebelumnya.
Reuters melaporkan bahwa sejumlah besar konsumen Amerika akan berbelanja di Black Friday. Namun, pengeluaran mereka akan berkurang dan akan sulit menemukan banyak promosi menarik karena para peritel sedang tertekan oleh tarif. Peritel seperti Kohl's, JC Penney, dan Macy's sering menjual peralatan dapur kecil dengan harga hanya $5 setelah menerapkan diskon. Namun tahun ini, diskon tersebut tidak lagi tersedia.
Judul utama New York Post adalah, "Pembeli Mengurangi Belanja di Black Friday untuk Pertama Kalinya dalam Empat Tahun." Dengan semakin sedikitnya diskon yang ditawarkan peritel dan harga untuk banyak barang liburan yang masih tinggi, hampir dua pertiga konsumen mengatakan mereka menggunakan kartu kredit untuk menghemat anggaran.
Keranjang belanja mungkin penuh, tetapi seberapa banyak yang sebenarnya dibayar konsumen itu penting. Secara keseluruhan, orang Amerika cenderung tidak terburu-buru membuka dompet dan lebih berhati-hati, menyimpan uang di rekening bank mereka dalam menghadapi tekanan biaya yang meningkat.
Banyak surat kabar mengutip laporan kesehatan konsumen Bank of America bulan November. Belanja liburan meningkat 5,7% sementara volume penjualan ritel menurun. Artinya, konsumen menghabiskan lebih banyak uang untuk berbelanja tetapi menjual lebih sedikit barang. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa rumah tangga masih memiliki lebih banyak uang tunai di bank dibandingkan tahun 2019, sebelum COVID-19. 62% responden survei merasakan tekanan keuangan.
Tren ini juga tercermin jelas dalam indeks keyakinan konsumen AS pada bulan November, yang turun tajam menjadi 88,7 poin. Surat kabar AP menekankan bahwa penjualan ritel telah melambat sejak September. Situasi ini akan semakin memburuk dalam 3 bulan terakhir tahun ini.
Menurut Federasi Ritel Nasional, penjualan ritel dalam dua bulan terakhir tahun ini diperkirakan akan melampaui angka $1 triliun, menunjukkan daya beli yang kuat. Namun, tingkat pertumbuhan telah melambat, mencerminkan kehati-hatian masyarakat terhadap kenaikan harga dan tingkat ketenagakerjaan yang kurang bergairah. Ini akan menjadi data penting bagi FED untuk dipertimbangkan dalam rapat terakhirnya tahun ini.
Sumber: https://vtv.vn/mua-mua-sam-cuoi-nam-tai-my-kem-soi-dong-100251126091637988.htm






Komentar (0)