Foto: TL
Investigasi skala besar dengan peralatan medis dan robot
Departemen Perdagangan AS menyatakan telah membuka investigasi keamanan nasional baru terhadap impor alat pelindung diri, perangkat medis, robot, dan mesin industri. Ini adalah investigasi berdasarkan Pasal 232 yang dimulai oleh badan tersebut pada 2 September, tetapi belum diumumkan sebelumnya.
Ruang lingkup penyelidikannya sangat luas: dari masker, sarung tangan, helm, perban, peralatan medis seperti ventilator, mesin sinar-X, alat pengukur glukosa darah, hingga robot, mesin bubut, pemotong laser, mesin las, dan perangkat mekanis yang dikontrol secara numerik.
Departemen Perdagangan meminta perusahaan-perusahaan yang terlibat untuk memberikan perkiraan permintaan robot dan mesin industri; analisis tentang seberapa banyak produksi dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan; peran rantai pasokan asing, terutama dari negara-negara seperti Tiongkok; dan dukungan pemerintah asing melalui subsidi atau ekspor dengan harga "dumping".
Jika hasil investigasi menunjukkan adanya risiko terhadap keamanan nasional, AS dapat mengenakan tarif tambahan yang besar pada impor tersebut.
Perluasan investigasi berdasarkan Pasal 232 bukanlah hal baru, karena AS sebelumnya telah menerapkannya pada banyak produk seperti turbin angin, truk berat, semikonduktor, mobil, dan logam.
Pemerintahan Presiden Donald Trump telah memulai penyelidikan terhadap robotika, mesin industri, dan peralatan medis impor.
Langkah AS untuk memperpanjang Pasal 232 muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global. Pada 24 September, Uni Eropa (UE) dan AS membahas sengketa tarif baja dan aluminium di sela-sela konferensi ASEAN di Kuala Lumpur. UE mengusulkan mekanisme kuota tarif untuk mengurangi konfrontasi, sementara Washington mempertahankan sikap tegas untuk melindungi produksi dalam negeri.
Sebelumnya, sejak 1 Agustus, AS mulai menerapkan perjanjian perdagangan bilateral baru dengan Uni Eropa: mengenakan pajak sebesar 15% untuk mobil dan komponennya, sekaligus membebaskan sejumlah produk strategis seperti farmasi dan komponen pesawat. Langkah ini menunjukkan bahwa Washington tidak hanya menggunakan Pasal 232 untuk memperketat impor, tetapi juga menganggapnya sebagai alat tawar-menawar dalam hubungan bilateral.
Di dalam negeri, ekonomi AS juga menunjukkan tanda-tanda tekanan. PMI bulan September menunjukkan perlambatan ekspansi manufaktur; banyak bisnis melaporkan kenaikan biaya input akibat hambatan perdagangan, sementara permintaan yang lemah menyulitkan mereka untuk membebankan beban tersebut kepada konsumen. Hal ini membuktikan bahwa kebijakan proteksionis, meskipun melindungi beberapa sektor, masih dapat menekan perekonomian secara keseluruhan.
Pasal 232, yang awalnya dirancang untuk melindungi keamanan nasional, semakin menjadi alat ekonomi dan politik berlapis-lapis. Pasal ini telah memperkuat keunggulan negosiasi Washington sekaligus menciptakan ketidakpastian baru bagi perusahaan multinasional. Bagi bisnis global, termasuk yang berada di Vietnam, perkembangan ini telah memaksa mereka untuk lebih cermat menghitung biaya, rantai pasokan, dan kemampuan beradaptasi terhadap guncangan kebijakan dari AS.
Sumber: https://vtv.vn/my-mo-dieu-tra-thue-quan-voi-thiet-bi-y-te-robot-va-may-cong-nghiep-100250925094709429.htm
Komentar (0)