Dalam upaya melakukan inovasi tata kelola pendidikan , kebijakan untuk tidak mengorganisasikan Dewan Sekolah di lembaga pendidikan publik dan menerapkan model Sekretaris Partai merangkap kepala dalam Resolusi No. 71-NQ/TW mendapat konsensus dari pejabat pendidikan dan guru.
Penyederhanaan aparatur dan penghapusan tumpang tindih organisasi membantu meningkatkan efektivitas kepemimpinan, memastikan kesatuan dalam manajemen, dan mendorong peran langsung dan komprehensif organisasi Partai, terutama peran ketua komite sekolah. Hal ini dianggap sebagai langkah praktis yang berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen publik yang transparan.
Bapak Nguyen Phuc Vien, Kepala Sekolah Menengah Atas Cho Gao (Provinsi Dong Thap ), menyampaikan bahwa pada kenyataannya, model dewan sekolah di banyak lembaga pendidikan umum saat ini belum memainkan perannya secara optimal. Struktur dewan sekolah seringkali mencakup perwakilan pemerintah daerah, orang tua, dan siswa.
“Karena kesibukan pekerjaan mereka, perwakilan pemerintah seringkali tidak dapat memantau secara langsung, sementara mahasiswa tidak memiliki kapasitas dan pengalaman yang cukup untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan administratif,” ungkap Bapak Vien.
Hal ini menyebabkan kegiatan Dewan Sekolah menjadi formalitas belaka, tumpang tindih dengan peran dewan penasihat dan dewan direksi, sehingga menimbulkan pemborosan sumber daya dan waktu.
Dalam konteks tersebut, tidak membentuk Dewan Sekolah di lembaga pendidikan negeri merupakan keputusan yang wajar, sesuai dengan praktik manajemen saat ini. Sebaliknya, mendelegasikan wewenang kepada Sekretaris Partai untuk merangkap jabatan kepala sekolah akan membantu menyatukan kepemimpinan dan manajemen, sehingga menghindari tanggung jawab yang tumpang tindih.
Menurut Bapak Vien, model Sekretaris Partai yang merangkap jabatan sebagai kepala lembaga pendidikan membantu kepemimpinan menjadi lebih fleksibel, terpadu, dan efektif. Di saat yang sama, beliau yakin bahwa kekhawatiran tentang otoritarianisme bukanlah masalah besar, karena sistem manajemen pendidikan saat ini memiliki banyak mekanisme pengawasan yang ketat.

Menurut Bapak Nguyen Thanh Hai, Kepala Sekolah Menengah Atas Truong Dinh (provinsi Dong Thap), dari perspektif administrasi pendidikan, kebijakan tidak mengorganisasikan dewan sekolah di lembaga pendidikan negeri tidak hanya membantu mengefisienkan aparatur organisasi, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas kepemimpinan, menciptakan kondisi bagi lembaga pendidikan untuk berfokus pada tugas-tugas profesional.
“Dewan sekolah terdiri dari orang tua dan siswa, sehingga di akhir tahun ajaran, dewan sekolah seringkali harus terus-menerus melakukan reorganisasi. Dewan sekolah biasanya bertemu 3 kali setahun, tetapi ada juga rapat luar biasa untuk menyetujui hal-hal penting. Banyak anggota dewan sekolah kesulitan mengatur waktu rapat, sehingga sulit menyelesaikan masalah yang muncul dalam proses pelaksanaan tugas dan wewenang sekolah,” ungkap Bapak Hai.
Resolusi No. 71-NQ/TW telah menetapkan kebijakan khusus: Tidak membentuk Dewan Sekolah di lembaga pendidikan negeri (kecuali sekolah yang memiliki perjanjian internasional), dan sekaligus menerapkan model Sekretaris Partai merangkap kepala sekolah. Sesuai semangat Resolusi No. 71-NQ/TW, hal ini tidak hanya sesuai dengan konteks praktis tetapi juga berkontribusi pada penyederhanaan aparatur, menghindari tumpang tindih fungsi dan tugas. Hal ini merupakan langkah penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen, sekaligus menciptakan kondisi bagi lembaga pendidikan untuk lebih berfokus pada tugas-tugas profesional, meningkatkan kualitas pelatihan, dan memenuhi tuntutan inovasi di era saat ini.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/nang-cao-hieu-qua-quan-ly-giao-duc-trong-tinh-hinh-moi-post747678.html
Komentar (0)