Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko terpenting untuk stroke. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke empat kali lipat. Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan merusak dinding pembuluh darah, sehingga meningkatkan kemungkinan pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik) atau terbentuknya gumpalan darah yang menyumbat aliran darah (stroke iskemik).
Satu dari tiga orang dewasa di India memiliki tekanan darah tinggi, tetapi kurang dari 25% yang mampu mengendalikannya, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet Global Health.

Foto ilustrasi. (Sumber foto: Internet)
Merokok
Nikotin meningkatkan tekanan darah, sementara karbon monoksida mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Baik perokok aktif maupun pasif menggandakan risiko stroke.
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menunjukkan bahwa perokok memiliki risiko stroke 2 hingga 4 kali lipat lebih tinggi daripada bukan perokok.
Penyakit kardiovaskular
Masalah jantung, terutama fibrilasi atrium (AFib), dapat menyebabkan gumpalan darah mengalir ke otak, sehingga menyebabkan penyumbatan. AFib menyebabkan darah mengumpul di jantung, sehingga lebih mudah membentuk gumpalan. Gagal jantung atau penyakit katup jantung juga meningkatkan risiko stroke.
Menurut American Heart Association (AHA), orang dengan fibrilasi atrium lima kali lebih mungkin terkena stroke daripada orang normal.
Diabetes
Diabetes merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk di otak. Gula darah tinggi yang berkepanjangan menyebabkan penumpukan lemak dan gumpalan darah di arteri.
Penderita diabetes sering kali memiliki tekanan darah tinggi, obesitas, dan gangguan lipid, yang meningkatkan risiko stroke berkali-kali lipat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Stroke menunjukkan bahwa penderita diabetes memiliki risiko stroke iskemik 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa penyakit tersebut.
Lemak darah tinggi
Kadar kolesterol LDL ("jahat") yang tinggi merupakan penyebab utama aterosklerosis, yaitu penumpukan plak yang menyempitkan atau menyumbat arteri. Mengontrol kolesterol melalui pola makan, pengobatan, dan pemantauan rutin sangatlah penting.
“Penurunan LDL sebesar 1 mmol/L dapat mengurangi risiko stroke iskemik lebih dari 20%,” menurut Institut Kesehatan Nasional AS (NIH).
Obesitas dan gaya hidup yang tidak banyak bergerak
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung – faktor risiko utama stroke. Bahkan pada orang dengan berat badan normal, kurang gerak meningkatkan risiko tersebut.
Penelitian dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard TH Chan menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang teratur, seperti jalan cepat selama 30 menit sehari, dapat mengurangi risiko stroke hingga 25%.
Menurut para ahli, pencegahan stroke tidak memerlukan langkah-langkah yang rumit. Penting bagi setiap orang untuk secara proaktif "mengetahui indikator kesehatan mereka", termasuk tekanan darah, gula darah, dan kolesterol, serta menjaganya dalam batas aman. Berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, berolahraga secara teratur, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin merupakan langkah-langkah sederhana namun efektif dalam mengurangi risiko stroke.
Pada Hari Stroke Sedunia 2025, pesan global "Mengatasi stroke bersama" ditegaskan. Dengan mewaspadai, mengendalikan stroke sejak dini, dan mengambil tindakan tepat waktu, setiap orang dapat berkontribusi untuk memperlambat "perlombaan" penyakit berbahaya ini, dan yang lebih penting, menyelamatkan diri mereka sendiri.
Sumber: https://kinhtedothi.vn/nhan-dien-6-yeu-to-nguy-co-lam-tang-kha-nang-dot-quy-de-phong-ngua-som.891079.html






Komentar (0)