Meskipun ada seruan untuk solusi dalam sektor medis semakin meningkat, belum ada tanda-tanda upaya untuk mengadakan pembicaraan antara dokter magang dan pemerintah, yang menunjukkan bahwa Korea Selatan belum menemukan solusi langsung untuk ketegangan di sektor medisnya.
Lebih dari 90 persen dari 13.000 pekerja magang dan residen Korea Selatan belum kembali bekerja setelah mengundurkan diri secara massal selama hampir tiga minggu sebagai protes terhadap keputusan pemerintah untuk meningkatkan pendaftaran sekolah kedokteran sebanyak 2.000 tahun depan guna mempersiapkan populasi yang menua dengan cepat.
Pemerintah Korea Selatan telah mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan izin praktik para pekerja magang yang berpartisipasi dalam aksi mogok, mendesak mereka untuk kembali bekerja. Sejak 5 Maret, Korea Selatan telah mengirimkan surat kepada para pekerja magang yang belum kembali bekerja dan mengeluarkan pemberitahuan penangguhan izin. Pemberitahuan tersebut mencakup detail permintaan untuk kembali bekerja, dan memperingatkan bahwa mereka yang tidak merespons hingga 25 Maret dapat ditangguhkan izin praktiknya sesuai prosedur yang berlaku. Para pekerja magang dapat mengajukan keluhan jika izin mereka ditangguhkan.
Namun, langkah-langkah pemerintah telah mendorong beberapa profesor di sekolah kedokteran untuk berhenti bekerja dan bergabung dalam aksi kolektif bersama para dokter muda. Pada 9 Maret, sekelompok profesor kedokteran bertemu untuk membahas cara-cara mengatasi kebuntuan ini, tetapi tidak berhasil.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga medis, otoritas kesehatan Korea Selatan telah menambah peran perawat di rumah sakit besar, termasuk melakukan CPR pada pasien gawat darurat. Rumah sakit militer juga telah membuka ruang gawat darurat mereka untuk umum. Kementerian Kesehatan juga meluncurkan program percontohan akhir bulan lalu yang memungkinkan perawat untuk mengambil alih beberapa tanggung jawab khusus yang dipegang oleh dokter.
Pengunduran diri massal para dokter magang dan residen telah mengakibatkan banyak operasi dan perawatan darurat di rumah sakit umum besar di Korea ditunda atau dibatalkan.
Pihak yang menentang rencana pemerintah berpendapat bahwa peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan persaingan, yang berujung pada penurunan pendapatan. Asosiasi Medis Korea (KMA), kelompok lobi terbesar bagi para dokter di Korea Selatan, berpendapat bahwa rencana pemerintah tersebut tidak akan mengatasi masalah mendasar dalam sistem kesehatan, termasuk kekurangan dokter di daerah-daerah bergaji rendah, karena sebagian besar dokter terkonsentrasi di daerah perkotaan.
Pemerintah Korea Selatan telah mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan izin praktik para pekerja magang yang berpartisipasi dalam aksi mogok, mendesak mereka untuk kembali bekerja. Sejak 5 Maret, Korea Selatan telah mengirimkan surat kepada para pekerja magang yang belum kembali bekerja dan mengeluarkan pemberitahuan penangguhan izin. Pemberitahuan tersebut mencakup detail permintaan untuk kembali bekerja, dan memperingatkan bahwa mereka yang tidak merespons hingga 25 Maret dapat ditangguhkan izin praktiknya sesuai prosedur yang berlaku. Para pekerja magang dapat mengajukan keluhan jika izin mereka ditangguhkan.
Namun, langkah-langkah pemerintah telah mendorong beberapa profesor di sekolah kedokteran untuk berhenti bekerja dan bergabung dalam aksi kolektif bersama para dokter muda. Pada 9 Maret, sekelompok profesor kedokteran bertemu untuk membahas cara-cara mengatasi kebuntuan ini, tetapi tidak berhasil.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga medis, otoritas kesehatan Korea Selatan telah menambah peran perawat di rumah sakit besar, termasuk melakukan CPR pada pasien gawat darurat. Rumah sakit militer juga telah membuka ruang gawat darurat mereka untuk umum. Kementerian Kesehatan juga meluncurkan program percontohan akhir bulan lalu yang memungkinkan perawat untuk mengambil alih beberapa tanggung jawab khusus yang dipegang oleh dokter.
Pengunduran diri massal para dokter magang dan residen telah mengakibatkan banyak operasi dan perawatan darurat di rumah sakit umum besar di Korea ditunda atau dibatalkan.
Pihak yang menentang rencana pemerintah berpendapat bahwa peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan persaingan, yang berujung pada penurunan pendapatan. Asosiasi Medis Korea (KMA), kelompok lobi terbesar bagi para dokter di Korea Selatan, berpendapat bahwa rencana pemerintah tersebut tidak akan mengatasi masalah mendasar dalam sistem kesehatan, termasuk kekurangan dokter di daerah-daerah bergaji rendah, karena sebagian besar dokter terkonsentrasi di daerah perkotaan.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)