Pendapat di atas mengemuka dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Hak Konsumen (perubahan) yang dilaksanakan pada pagi hari tanggal 26 Mei dalam rangka Sidang ke-5 Majelis Permusyawaratan Rakyat Angkatan ke-15.
Delegasi Majelis Nasional Nguyen Van Canh (Delegasi Binh Dinh) mengatakan bahwa Undang-Undang yang direvisi ini perlu memperhatikan perlindungan hak-hak konsumen ketika hak tersebut dilanggar oleh konsumen lain...
Ia menganalisis bahwa negara kita sedang berjuang untuk menjadi negara yang beradab. Untuk mencapainya, dibutuhkan banyak faktor seperti sumber daya budaya, sumber daya manusia, dan hukum.
Delegasi Majelis Nasional Nguyen Van Canh berbicara pada pagi hari tanggal 26 Mei.
Menurut delegasi, dua undang-undang yang paling berdampak langsung dalam memajukan negara kita menjadi negara beradab adalah Undang-Undang tentang Ketertiban dan Keselamatan Lalu Lintas Jalan dan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen. Karena dalam kehidupan sehari-hari, perilaku bepergian dan berbisnis, jual beli, makan dan minum, serta hiburan paling sering dilakukan. Di negara-negara Barat yang beradab, mereka sangat menghormati hak-hak individu. Atau di Jepang, mereka menganggap tidak mengganggu orang lain sebagai ciri budaya yang khas.
Produk, barang, dan jasa Vietnam semakin banyak disediakan dengan lebih baik oleh organisasi bisnis dan individu. Namun, salah satu faktor yang menyebabkan kualitas barang dan jasa, terutama di bidang perdagangan dan jasa, menurun adalah konsumen.
Misalnya, banyak pengguna yang bersaing dan berdesak-desakan saat membeli barang, baik perkataan, gerak tubuh, pakaian, penggunaan perangkat pribadi, maupun membawa hewan peliharaan yang tidak sesuai dengan peraturan, ruang, waktu, adat istiadat, dan tidak menjamin keselamatan serta kepentingan konsumen lain. "Tentunya banyak dari kita yang pernah mengalami masalah-masalah di atas. Banyak konsumen bahkan menganggap organisasi bisnis dan individu sebagai dewa," ujarnya.
Menurut delegasi Provinsi Binh Dinh, setiap orang perlu dapat membeli barang, produk, dan menggunakan jasa di tempat dan waktu yang tepat, dengan jaminan keamanan dan hak-hak lainnya. Pasal 6 Ayat 6 menegaskan prinsip perlindungan konsumen, yang menyatakan bahwa hak dan kepentingan konsumen yang sah dilindungi sesuai dengan ketentuan hukum. Konstitusi dan ketentuan hukum yang berlaku juga menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki kewajiban untuk menghormati hak orang lain.
Oleh karena itu, Undang-Undang ini perlu mengatur secara tegas hak-hak konsumen yang sah, yang pertama-tama harus dijamin oleh badan usaha dan orang perseorangan agar tidak dilanggar, tidak saja oleh badan usaha dan orang perseorangan lainnya tetapi juga oleh konsumen lainnya.
Delegasi yang menghadiri sesi diskusi pada pagi hari tanggal 26 Mei.
Delegasi Nguyen Thi Mai Hoa (delegasi Dong Thap ) mengatakan bahwa Undang-Undang perlu mengklarifikasi konsep konsumen secara lebih transparan dan jelas untuk memudahkan penerapan.
Dengan demikian, konsep konsumen dalam rancangan Undang-Undang tersebut belum menyebut semua subjek yang melakukan kegiatan jual beli seperti: keluarga, rumah tangga, atau koperasi.
Konsumen dapat dipahami sebagai pembeli dan pengguna, tetapi ada juga kasus di mana pembeli bukan juga pengguna. Jadi, dalam kasus ini, siapa yang ditetapkan sebagai konsumen, pembeli, atau pengguna, dan siapa yang akan diakui dan dilindungi oleh hukum perlindungan konsumen?
Delegasi Mai Thi Phuong Hoa juga mengangkat isu apakah konsumen memiliki kebutuhan lain selain tujuan konsumsi sehari-hari sebagaimana tercantum dalam konsep.
Dari analisis di atas, delegasi Mai Thi Phuong Hoa menyarankan agar panitia perancang menyajikan konsep konsumen secara lebih transparan dan jelas agar lebih mudah diimplementasikan.
Ha Cuong
Berguna
Emosi
Kreatif
Unik
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)