Berwisata ke Jepang merupakan pilihan utama bagi banyak wisatawan Vietnam berkat pemandangannya yang tenang, budayanya yang unik, dan kualitas layanannya yang prima. Namun, banyak orang yang secara tidak sengaja melanggar tabu di Jepang karena mereka tidak benar-benar memahami aturan perilaku yang sangat penting dalam kehidupan di sini. Berikut adalah kesalahan umum dan cara menghindarinya agar Anda dapat berwisata ke Jepang dengan cara yang paling bijaksana dan tepat.
1. Jangan berbicara di telepon atau membuat keributan di transportasi umum
Orang Jepang sangat mementingkan ketenangan di tempat umum. Berbicara keras, menelepon, atau tertawa terbahak-bahak di kereta dan bus dianggap tidak sopan. (Foto: Dikumpulkan)
Salah satu tabu di Jepang yang sering dilakukan orang Vietnam adalah berbicara keras atau menggunakan telepon di transportasi umum seperti kereta, bus, atau kereta cepat. Bagi orang Jepang, ruang publik adalah tempat yang membutuhkan ketenangan mutlak agar orang dapat beristirahat atau berkonsentrasi pada pekerjaan. Kebisingan apa pun, baik itu panggilan telepon pribadi maupun tawa, dianggap tidak beradab.
Dalam budaya Jepang , diam bukan hanya tanda penghormatan kepada orang lain, tetapi juga norma umum yang diajarkan sejak usia dini. Anda akan dengan mudah membayangkan kereta yang penuh sesak tetapi hampir tidak ada percakapan. Bahkan dering telepon pun dianggap tidak pantas. Dan kebanyakan orang Jepang menyetel ponsel mereka dalam mode getar saat bepergian dengan transportasi umum.
Jadi, jika Anda ingin menelepon atau mengobrol, tunggulah sampai Anda turun dari kereta atau carilah ruang pribadi yang nyaman. Ini aturan sederhana namun sangat penting untuk menghindari penilaian sebagai "turis yang tidak sopan".
2. Etika makan dan minum – Jangan sekali-kali “menancapkan sumpit” dan jangan menuangkan minuman sendiri
Cara meletakkan sumpit yang benar saat makan di Jepang membantu Anda menghindari kehilangan poin karena kecerobohan. (Foto: Dikumpulkan)
Masakan Jepang terkenal tidak hanya karena cita rasanya yang istimewa, tetapi juga karena aturan makannya yang ketat dan berakar kuat pada identitas budayanya. Bagi orang Vietnam, kebiasaan makan yang tampaknya tidak berbahaya dapat menjadi tabu di Jepang, bahkan dianggap tidak sopan.
Kesalahan paling umum dan serius adalah menancapkan sumpit tegak lurus di semangkuk nasi. Ini adalah gambaran umum dalam ritual Jepang untuk mendiang. Tindakan ini memiliki makna duka dan sama sekali tidak pantas untuk hidangan biasa. Untuk menghindari kesalahpahaman atau tersinggung, Anda harus selalu meletakkan sumpit secara horizontal di atas dudukan sumpit atau di samping mangkuk saat tidak digunakan.
Selain itu, dalam budaya Jepang, menuangkan minuman sendiri dianggap sebagai kurangnya koneksi dalam komunikasi di meja makan. Orang Jepang sering kali memiliki kebiasaan menuangkan anggur atau air untuk orang di seberang meja terlebih dahulu, lalu dipersilakan kembali. Hal ini tidak hanya sopan tetapi juga menunjukkan kepedulian dan rasa hormat saat makan bersama. Jika Anda duduk bersama orang Jepang dan menuangkan minuman untuk diri sendiri terlebih dahulu, mereka mungkin merasa Anda "memutus" koneksi sosial.
Hal lain yang perlu diingat adalah jangan menggunakan sumpit untuk mengoper makanan langsung dari satu orang ke orang lain. Hal ini mengingatkan kita pada pemakaman di mana abu jenazah dioper dengan sumpit. Untuk berbagi makanan, gunakan sumpit terpisah yang disediakan di meja.
Menguasai aturan-aturan kecil dalam bersantap adalah cara bagi Anda untuk berintegrasi dengan peradaban dan membuat kesan yang baik pada penduduk setempat saat menjelajahi masakan Jepang.
3. Tabu paling umum bagi wisatawan Vietnam saat pergi ke onsen
Mandi di onsen mengharuskan Anda telanjang bulat, mandi sebelum masuk ke bak mandi, tidak membawa handuk ke dalam air, dan menghindari memperlihatkan tato di area terlarang. (Foto: Dikumpulkan)
Berendam di onsen (pemandian air panas) adalah salah satu pengalaman budaya Jepang yang digemari wisatawan mancanegara. Namun, di tempat ini juga orang asing, terutama wisatawan Vietnam, dapat dengan mudah melanggar aturan perilaku yang dianggap orang Jepang sebagai aturan tak tertulis.
Hal pertama yang perlu diingat saat pergi ke onsen adalah jangan pernah memakai baju renang. Bagi orang Jepang, bertelanjang bulat saat berendam di onsen merupakan tradisi yang telah lama ada dan dianggap sebagai simbol kesetaraan, tanpa memandang status sosial. Mengenakan baju renang tidak hanya dianggap kurang ajar, tetapi juga dapat membuat Anda ditolak masuk.
Menurut adat, pengunjung harus mencuci rambut dan tubuh sebelum memasuki pemandian air panas atau bak mandi air panas. Oleh karena itu, sebelum memasuki pemandian umum, Anda harus mandi. Ini adalah aturan dasar perilaku saat pergi ke onsen, untuk memastikan bakteri dan kotoran tidak terbawa ke dalam air panas yang digunakan semua orang. Melewatkan langkah ini tidak hanya membuat Anda tidak higienis tetapi juga menunjukkan rasa tidak hormat kepada orang-orang di sekitar Anda.
Kesalahan umum lainnya adalah membawa handuk ke bak mandi. Orang Jepang sering menggunakan handuk kecil untuk menutupi tubuh atau menyeka keringat saat duduk di luar, tetapi handuk ini tidak boleh menyentuh air. Anda dapat melipatnya dan meletakkannya di kepala atau di tepi bak mandi. Handuk yang lebih besar digunakan untuk mengeringkan tubuh setelah Anda meninggalkan area mandi bersama.
Selain itu, beberapa onsen memiliki aturan yang sangat ketat tentang tato – banyak yang tidak mengizinkan orang bertato untuk mandi bersama, karena stereotip yakuza (mafia Jepang). Jika Anda bertato, tanyakan kepada pihak tujuan Anda atau pilih onsen yang ramah internasional dan tidak terlalu ketat.
Memahami dan mematuhi aturan perilaku saat pergi ke onsen tidak hanya membantu Anda mendapatkan pengalaman yang nyaman dan lengkap tetapi juga menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap budaya Jepang, sebuah elemen yang selalu sangat dihargai di negara ini.
4. Jangan membuang sampah sembarangan, makan, atau minum di jalan.
Menghormati ruang publik adalah standar hidup masyarakat Jepang. (Foto: BBC)
Jika Anda pernah bertanya-tanya mengapa jalanan di Jepang selalu bersih meskipun tempat sampah umum jarang tersedia, jawabannya terletak pada rasa kepedulian masyarakat yang sangat tinggi. Dalam budaya Jepang, ruang publik bukan hanya tempat untuk beraktivitas bersama, tetapi juga perwujudan rasa saling menghormati, sesuatu yang telah tertanam dalam gaya hidup masyarakat di sini sejak kecil.
Tindakan kecil seperti makan sambil berjalan dianggap tidak sopan di banyak tempat. Bagi orang Jepang, makan sambil berjalan dapat dengan mudah menyebabkan tumpahan makanan, menimbulkan bau, atau membuat orang di sekitar merasa tidak nyaman. Mereka selalu memilih untuk berdiri diam atau pergi ke tempat makan tertentu sebelum makan, meskipun hanya es krim atau kue.
Selain itu, membuang sampah sembarangan sangat tabu. Kebanyakan orang Jepang membawa pulang sampah mereka atau memasukkannya ke dalam kantong sendiri untuk dibuang dengan benar. Bahkan ketika menghadiri festival yang ramai, Anda akan melihat orang Jepang membersihkan area mereka sendiri tepat setelah acara. Kebiasaan ini mencerminkan tanggung jawab pribadi terhadap lingkungan hidup bersama.
Turis Vietnam yang datang ke Jepang seringkali tidak terbiasa dengan minimnya tempat sampah dan mudah terbiasa membuang sampah "di mana pun yang memungkinkan". Namun, satu tindakan ceroboh saja dapat memengaruhi citra pribadi atau membuat malu penduduk setempat. Mematuhi aturan-aturan kecil seperti tidak makan atau minum sambil berjalan, tidak membuang sampah sembarangan di tempat umum tidak hanya membantu Anda berintegrasi tetapi juga berkontribusi dalam melestarikan keindahan budaya negara Anda di mata teman-teman internasional.
5. Jangan berpelukan, menepuk, atau berjabat tangan terlalu mesra
Komunikasi dalam bahasa Jepang adalah membungkuk, alih-alih berpelukan atau berjabat tangan – Jarak dalam komunikasi perlu dipahami dengan jelas. (Foto: Dikumpulkan)
Dalam budaya Barat, berpelukan dan berjabat tangan merupakan cara untuk menunjukkan keramahan dan keterbukaan. Namun, di Jepang, tindakan ini memiliki makna yang sama sekali berbeda. Budaya Jepang menekankan kebijaksanaan, pengendalian emosi, dan menjaga jarak tertentu dalam komunikasi sehari-hari. Turis Vietnam cenderung bersikap dekat dan ramah dengan gestur seperti merangkul bahu, menepuk bahu, atau berjabat tangan terlalu keras, sehingga mudah membuat penduduk setempat merasa tidak nyaman.
Orang Jepang sering membungkuk alih-alih berjabat tangan atau melakukan kontak fisik. Membungkuk bukan hanya cara menyapa yang biasa, tetapi juga ungkapan rasa hormat, terima kasih, atau permintaan maaf… tergantung pada kedalaman dan lamanya membungkuk. Oleh karena itu, alih-alih mengulurkan tangan untuk berjabat tangan secara alami, Anda sebaiknya menunggu orang lain bereaksi. Jika mereka tidak memulai, jangan mencoba menciptakan keintiman melalui kontak fisik.
Perlu dicatat juga bahwa orang Jepang cukup sensitif terhadap "jarak pribadi". Dalam berkomunikasi, mereka biasanya menjaga jarak tertentu, tidak terlalu dekat, tidak menatap mata lawan bicara, dan terutama menghindari kontak fisik kecuali benar-benar diperlukan. Perilaku ini bukanlah sikap acuh tak acuh, melainkan norma budaya yang telah mereka tanamkan sejak kecil.
Agar tidak mempermalukan penduduk setempat, pengunjung harus memperhatikan, menghormati ruang komunikasi pribadi, dan menghindari cara-cara umum untuk mengekspresikan keintiman di Vietnam. Orang Jepang selalu menghargai kesopanan dalam berperilaku dan merupakan faktor yang membantu Anda mendapatkan poin dalam segala situasi - baik itu komunikasi sosial, menanyakan arah, atau berbelanja sehari-hari.
6. Beberapa hal sensitif lainnya yang perlu diperhatikan untuk menghindari kesalahpahaman
Menempatkan sepatu di tempat yang tepat adalah aturan dasar di setiap ruang di Jepang. (Foto: Koleksi)
Selain aturan yang jelas dalam komunikasi dan kehidupan publik, budaya Jepang juga memiliki banyak detail kecil namun "implisit" yang tidak tertulis dalam hukum, tetapi semua orang mengikutinya secara sukarela. Hal ini juga menjadi alasan mengapa banyak turis Vietnam merasa "tidak sengaja bersikap kasar" meskipun sebenarnya tidak.
Salah satunya adalah menghitung atau memeriksa uang terlalu teliti di depan penjual. Orang Jepang percaya bahwa hal ini menunjukkan kecurigaan dan kurangnya kepercayaan, sehingga mereka sering membayar dengan lembut, bijaksana, dan sopan. Sebaiknya Anda menyiapkan kembalian terlebih dahulu, memberikannya dengan kedua tangan, dan mengucapkan terima kasih, alih-alih menghitung dengan teliti.
Saat mengunjungi rumah atau memasuki area seperti kuil, tempat suci, atau ryokan (penginapan tradisional), Anda wajib melepas sepatu. Mengenakan sepatu di dalam rumah dianggap tidak sopan dan tidak bersih. Di banyak tempat, bahkan ada perbedaan antara sepatu kamar mandi dan sepatu dalam ruangan. Jika digunakan secara tidak benar, hal tersebut dianggap sangat tidak sopan.
Hindari juga menatap orang lain, terutama perempuan atau orang yang lebih tua. Dalam budaya Jepang, tatapan yang terlalu langsung dapat membuat orang lain merasa diawasi dan tidak aman. Kontak mata biasanya singkat, cukup untuk menunjukkan perhatian sambil tetap menjaga jarak yang wajar.
Banyak turis Vietnam menganggap aturan-aturan ini agak "sulit", tetapi sebenarnya, inilah keindahan khas masyarakat yang saling menghormati, bijaksana, dan selalu memikirkan orang lain. Ketika Anda memahami hal ini, Anda akan menyadari bahwa "ketika di Roma, lakukanlah seperti orang Romawi" tidaklah sulit, tetapi juga merupakan cara untuk memperkaya pengalaman Anda sendiri.
Jepang memang negara yang indah untuk dikunjungi, tetapi juga memiliki banyak aturan dan kebiasaan unik yang perlu dihormati. Mengetahui tabu-tabu di Jepang, mulai dari cara berperilaku saat pergi ke onsen, makan dan minum, hingga perilaku di depan umum, tidak hanya akan membantu Anda menghindari masalah, tetapi juga membuat penduduk setempat merasa bahwa Anda adalah tamu yang sopan dan dihargai.
Budaya Jepang bukan hanya tentang kuil dan tempat suci kuno atau upacara minum teh, tetapi juga tersembunyi dalam hal-hal terkecil, mulai dari cara menyapa, cara meletakkan sumpit, atau cara memasuki ruang bersama. Setiap tindakan yang tepat merupakan langkah lebih dekat menuju jantung negeri bunga sakura.
Jadi, sebelum berangkat, luangkan waktu untuk belajar dan menyesuaikan kebiasaan Anda. Bepergian bukan hanya tentang menjelajahi dunia, tetapi juga tentang menumbuhkan kepekaan budaya dan rasa hormat terhadap perbedaan.
Sumber: https://www.vietravel.com/vn/am-thuc-kham-pha/nhung-dieu-cam-ky-khi-du-lich-nhat-ban-ma-nguoi-viet-thuong-mac-phai-v17685.aspx






Komentar (0)