"Pasir Bernyanyi" - Melodi misterius dari gurun
Bayangkan sebuah simfoni tanpa instrumen, tanpa seniman, hanya angin dan pasir. Itulah fenomena "pasir bernyanyi", salah satu suara alam yang paling misterius dan memesona, bergema dari bukit pasir Dunhuang (Tiongkok) hingga gurun pasir Mesir atau California.
Saat jutaan butiran pasir dengan ukuran dan komposisi silika tertentu meluncur menuruni lereng, mereka menciptakan suara bergetar yang dalam, terkadang merdu seperti biola, di waktu lain bergema seperti paduan suara.
Suaranya kadang melengking, kadang menggeram, seperti gema dari dunia lain.
Sepanjang sejarah, para penjelajah pemberani, mulai dari Marco Polo hingga Bertram Sidney Thomas, telah membawa pulang kisah-kisah menakjubkan tentang melodi misterius ini, yang terkadang dikaitkan dengan roh gurun atau entitas paranormal. Penduduk asli menjelaskannya sebagai cara roh neraka berkomunikasi.

Suara-suara itu, terkadang dalam dan terkadang menakutkan, datang dari balik bukit pasir di gurun (Ilustrasi: Getty).
Ilmu pengetahuan modern telah menunjukkan bahwa gesekan antara butiran pasir, resonansi lapisan pasir lembab, atau pergerakan udara melalui celah merupakan faktor-faktor yang dapat menciptakan suara.
Namun masih ada satu pertanyaan besar yang tersisa.
Mengapa getaran-getaran tersendiri dari butiran-butiran pasir yang tak terhitung jumlahnya dapat menyatu menjadi sebuah melodi yang terstruktur, dengan frekuensi dan harmoni tertentu, terutama ketika kondisi cuaca (matahari, angin sepoi-sepoi, pasir kering) sedang baik?
Mekanisme tepat yang mengubah gerakan kacau menjadi “karya musik” alami tetap menjadi catatan yang menantang.
Danau merah muda
Seperti lolipop stroberi raksasa di tengah lautan biru yang dalam, itulah Danau Hillier, salah satu keajaiban alam ajaib dan misterius yang terletak di Pulau Tengah, pulau terbesar di Kepulauan Recherche di lepas pantai Australia Barat.

Warna merah muda istimewa Danau Hillier tetap menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan oleh satu ilmuwan pun (Foto: Getty).
Banyak ilmuwan berteori bahwa mikroorganisme pencinta garam seperti Dunaliella salina dan Halobacteria adalah "seniman" berbakat yang bertanggung jawab atas warna ajaib ini. Teori lain condong ke spesies bakteri merah yang hidup di kerak garam danau.
Anehnya, warna merah muda ini bukanlah efek optik yang disebabkan oleh sinar matahari. Orang-orang mencoba mengambil air dari danau ke dalam wadah, dan ke mana pun air itu dipindahkan, warna merah muda yang khas tidak berubah, membuktikan bahwa warna tersebut berasal dari sifat air itu sendiri.
Namun, meskipun penelitian ekstensif telah dilakukan terhadap mikrobioma danau, para ilmuwan mengakui bahwa mekanisme pasti dan interaksi kompleks antara spesies yang menciptakan warna merah muda yang stabil dan cerah tersebut masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Danau Hillier bukan hanya pemandangan yang indah, tetapi juga laboratorium alami bagi kemampuan beradaptasi dan warna kehidupan pada tingkat mikroskopis.
Api Abadi

Api abadi di New York (Foto: Getty)
Di Chestnut Ridge Park, New York, nyala api kecil namun terus menyala menari-nari di balik tirai air dari air terjun kecil.
Tepat di tengah aliran air yang terus menerus, api masih menyala, dipicu oleh aliran alami gas metana yang merembes dari celah batu.
Namun, serpih Rhinestreet, tempat gas metana keluar pada kedalaman lebih dari 39 meter, terlalu dingin untuk membentuk gas alam melalui mekanisme panas bumi konvensional.
Jadi, rahasia apa yang tersembunyi di bawah tanah yang memungkinkan batuan dingin "melahirkan" api? Proses ini tampaknya merupakan fenomena unik yang belum pernah tercatat sebelumnya di alam.
Peneliti Arndt Schimmelmann dari Universitas Indiana pernah berkomentar bahwa keunikan kebakaran ini mungkin terletak pada proses geologi yang belum pernah tercatat sebelumnya, sebuah "resep" unik yang diberikan alam kepada tempat ini.
Meskipun misterinya belum terpecahkan, Api Abadi tetap menjadi bukti nyata keajaiban dan kompleksitas planet kita.
Lingkaran Peri di Gurun Namib
Di padang rumput kering Gurun Namib di Afrika Selatan, alam telah melukiskan gambaran abstrak yang misterius: ribuan “lingkaran peri”.
Mereka merupakan hamparan tanah kosong yang bentuknya hampir melingkar sempurna, dengan diameter mulai dari beberapa meter hingga puluhan meter, dikelilingi hamparan rumput hijau yang subur.

Gambar lingkaran misterius yang juga dikenal sebagai “lingkaran peri” (Foto: Getty).
Selama puluhan tahun, mereka telah menjadi subjek perdebatan ilmiah yang tak terhitung jumlahnya tentang spesies rayap pasir pemakan akar pohon yang dulunya ada di mana-mana, Psammotermes allocerus.
Baru-baru ini, penelitian difokuskan pada persaingan ketat untuk mendapatkan air antara tanaman, di mana bidang tanah kosong berperan sebagai reservoir air untuk halaman rumput di sekitarnya, sehingga terciptalah mekanisme pengoptimalan diri yang cerdas.
Ada pula yang menduga bahwa bakteri atau racun tanaman adalah penyebabnya.
Apa pun penyebab sebenarnya, lingkaran-lingkaran ini membuktikan kompleksitas pengorganisasian diri dan hukum-hukum dasar ekosistem yang masih belum sepenuhnya dipahami manusia.
Alirannya terbagi menjadi dua
Air Terjun Devil's Kettle di Sungai Brule di Minnesota (AS) tidak hanya merupakan pemandangan yang megah tetapi juga keajaiban alam.

Sungai Brule terbagi menjadi dua bagian di air terjun, dengan cabang kanan jatuh ke danau sementara cabang lainnya jatuh ke Devil's Kettle (Foto: Getty).
Di sini, sungai tiba-tiba terbagi menjadi dua cabang, satu mengalir normal, cabang lainnya mengalir ke lubang batu yang dalam dan... menghilang tanpa jejak. Selama bertahun-tahun, orang-orang telah menjatuhkan berbagai macam benda ke dalam lubang ini dengan harapan menemukan ujung air ajaib itu, tetapi sia-sia.
Namun, ahli hidrologi baru-baru ini mengungkap misteri itu dengan mengukur aliran air, dan menemukan bahwa jumlah air di atas dan di bawah air terjun hampir sama.
Artinya, air yang hilang sebenarnya menemukan jalan kembali ke sungai utama tepat di dasar air terjun, mungkin melalui beberapa saluran bawah tanah yang rumit.
Namun, mengamati secara langsung dan memetakan jalur tak kasat mata ini secara akurat tetap menjadi tantangan.
Lampu gempa bumi
Saat tanah bergetar hebat, terkadang langit malam menampilkan tarian cahaya yang aneh.

Lampu bulat mengambang muncul sebelum gempa bumi tahun 2008 di Sichuan, Cina (Foto: YTB).
Ini adalah “Earthquake Lights” (EQL), sebuah fenomena yang telah tercatat selama berabad-abad di seluruh dunia, yang sering muncul sebelum, selama, atau segera setelah gempa bumi yang kuat.
Meskipun banyak bukti foto dan anekdot, EQL tetap menjadi topik kontroversial. Beberapa orang percaya bahwa itu hanyalah kesalahan akibat pelepasan muatan listrik dari kabel listrik yang putus atau transformator yang meledak.
Namun, banyak ilmuwan meyakini bahwa EQL itu nyata dan sedang berupaya menemukan mekanisme fisik di baliknya: mulai dari pelepasan gas radon, efek piezoelektrik kuarsa, hingga gesekan antar lempeng tektonik. Jika misteri ini terpecahkan, lampu gempa bumi dapat menjadi alat peringatan dini bencana yang sangat berharga.
Kawah Savonoski
Di tengah padang gurun Alaska, Monumen Nasional Katmai menyembunyikan struktur geologi yang akan membuat Anda takjub: Kawah Savonoski. Dilihat dari atas, Kawah Savonoski tampak seperti kawah tumbukan meteorit yang dalam dan bundar. Teori bahwa meteorit dari luar angkasa menabrak Bumi pernah menjadi topik utama penelitian.
Namun, meskipun survei ekstensif telah dilakukan pada tahun 1960-an dan 1970-an, para ahli geologi gagal menemukan bukti meyakinkan adanya material meteorit atau batuan tumbukan di dalam atau di sekitar kawah. Tidak ada puing yang menunjukkan bahwa ledakan telah melontarkan material jauh dari lokasi tumbukan.

Kawah Savonoski di Alaska (Foto: Getty).
Hipotesis lain yang tak kalah menarik menunjukkan bahwa kawah Savonoski bisa jadi merupakan danau maar – jenis kawah vulkanik khusus yang terbentuk ketika magma cair naik dari dalam Bumi dan bertemu dengan air tanah.
Panas magma menyebabkan air mendidih hebat, menciptakan ledakan uap raksasa, meninggalkan depresi besar yang sering kali terisi air.
Yang membuat teka-teki ini semakin rumit adalah Kawah Savonoski telah mengalami setidaknya satu peristiwa gletser besar sejak pembentukannya. Antara 14.700 dan 23.000 tahun yang lalu, ketika gletser besar menutupi Alaska barat daya, gletser tersebut mungkin telah menelan kawah tersebut, mengikisnya, dan menghilangkan semua bukti yang jelas tentang asal usulnya yang sebenarnya.
Sementara para ilmuwan sepakat bahwa Savonoski kemungkinan merupakan kawah tumbukan atau danau maar, kurangnya bukti geologis langsung membuat jawaban akhir masih belum jelas.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/nhung-hien-tuong-ky-bi-khien-khoa-hoc-dau-dau-tim-loi-giai-20250615082206362.htm
Komentar (0)