Presiden Putin mengatakan bahwa kecurangan telah terjadi pada pemilu sebelumnya di AS, karena metode pemungutan suara melalui pos .
"Apa pun bisa dipalsukan. Seperti pemilu-pemilu sebelumnya di AS yang dicurangi melalui pemungutan suara melalui pos. Mereka membeli surat suara seharga $10, mengisinya, lalu memasukkannya ke kotak surat tanpa ada yang mengawasi. Itu saja," kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah wawancara pada 16 Januari, membandingkan format pemilu di Rusia dan AS.
Presiden Rusia menyampaikan komentar tersebut menanggapi pertanyaan tentang pemungutan suara di Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, dan Lugansk, empat wilayah Ukraina yang diumumkan Rusia untuk dianeksasi pada tahun 2022. Menurut Putin, pemilu di wilayah-wilayah ini berlangsung jujur dan transparan karena rakyat memilih secara langsung, tidak seperti di AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan di kota Odintsovo, wilayah Moskow pada 16 Januari. Foto: Reuters
"Tidak ada yang memaksa atau melarang orang-orang di sana untuk hadir di tempat pemungutan suara. Mereka hanya memilih sendiri. Apa ini kalau bukan demokrasi? Demokrasi adalah ketika orang-orang mengekspresikan keinginan mereka," kata Presiden Rusia. Namun, ia tidak memberikan bukti atas tuduhan kecurangan pemilu di AS.
Putin mencalonkan diri kembali sebagai presiden Rusia. Jika menang pada bulan Maret, ia akan menjadi pemimpin Rusia dengan masa jabatan terlama sejak 1953.
Rakyat Rusia memilih presiden mereka dalam dua putaran, melalui pemungutan suara langsung. Putaran kedua diadakan jika tidak ada kandidat yang memenangkan suara mayoritas, tetapi skenario ini belum pernah terjadi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemungutan suara melalui pos telah menjadi bentuk pemilihan umum yang populer bagi banyak warga Amerika, terutama selama pandemi Covid-19. Namun, banyak politisi Amerika percaya bahwa pemungutan suara melalui pos berpotensi menimbulkan risiko kecurangan.
Mantan Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menuduh pemungutan suara awal dan pemungutan suara melalui pos sebagai bentuk kecurangan, tanpa memberikan bukti. Pada Mei 2020, Trump mengintensifkan serangannya terhadap sistem pemungutan suara melalui pos, karena semakin banyak negara bagian yang mempromosikan bentuk pemungutan suara ini di tengah pandemi Covid-19. Namun, gugatannya tentang kecurangan pemilu ditolak oleh pengadilan AS di semua tingkatan, yang menegaskan bahwa tidak ada kecurangan yang meluas seperti yang dituduhkan Trump.
Selama kampanye terakhirnya, Tn. Trump mendorong Partai Republik untuk memilih lebih awal dan melalui pos, dukungan terkerasnya terhadap praktik tersebut, dengan mengatakan "kita harus mengalahkan Demokrat dalam permainan mereka sendiri."
Huyen Le (Menurut Reuters , Hill , RT )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)