Setelah bertemu dengan Donald Trump di Paris pada tanggal 8 Desember, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan ia akan menelepon mitranya dari AS Joe Biden untuk membahas kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO dan menerima pasukan penjaga perdamaian .
Infanteri Rusia di Ukraina
Rusia menyerang infrastruktur kereta api dan militer Ukraina
Pada tanggal 9 Desember, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah menyerang fasilitas kereta api dan infrastruktur militer yang melayani pengangkutan peralatan yang dipasok Barat ke tentara Ukraina.
"Unit penerbangan taktis, drone bersenjata, unit rudal dan artileri milik angkatan bersenjata Rusia menyerang infrastruktur bandara militer, jalur kereta api yang mengangkut peralatan Barat ke tentara Ukraina, lokasi perakitan dan gudang UAV, serta depot bahan bakar," lapor Sputnik News.
Rusia mengatakan bahwa dalam waktu 24 jam telah mengebom 147 lokasi pasukan dan peralatan Ukraina.
Peta konflik kurang optimis bagi Ukraina karena Rusia mempercepat serangan
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengumumkan penembakan jatuh 10 rudal yang ditembakkan oleh Ukraina dari HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi) buatan AS dan 36 UAV sayap tetap.
Secara total, pihak Rusia mencatat bahwa musuh kehilangan sekitar 1.500 tentara di semua lini sepanjang hari.
Keakuratan angka-angka Rusia belum dapat diverifikasi, dan Ukraina belum mengomentari informasi tersebut. Sementara itu, Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa pada 9 Desember, Rusia meluncurkan dua rudal jelajah Kh-59/69 dan 37 UAV ke sasaran-sasaran di wilayah Ukraina.
Dari 37 UAV, Angkatan Udara Ukraina menembak jatuh 18, dan 18 di antaranya "hilang". Kedua rudal Rusia berhasil dicegat.
Pada 9 Desember, kantor berita Interfax-Ukraina mengutip pernyataan Presiden Zelensky bahwa terdapat hampir 800.000 tentara Rusia di Ukraina. Moskow belum memberikan komentar mengenai informasi ini.
Tuan Zelensky menerima pemimpin partai oposisi Jerman Friedrich Merz di Kyiv pada tanggal 9 Desember.
Prospek perundingan damai Ukraina
Setelah bertemu dengan Tn. Donald Trump di Paris pada tanggal 8 Desember, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan ia akan menelepon mitranya dari AS Joe Biden untuk membahas kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO.
"Saya akan menghubungi Presiden Biden dalam waktu dekat... dan membahas kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO. Beliau sekarang adalah presiden AS, dan banyak isu bergantung pada perannya. Tidak ada gunanya membahas hal ini dengan Tuan Trump selagi beliau belum berada di Gedung Putih," tulis Tuan Zelensky di Telegram pada 9 Desember.
Tn. Zelensky mengatakan Ukraina siap untuk solusi diplomatik dengan Rusia.
Pada hari yang sama, ia juga mengatakan bahwa Ukraina "mungkin mempertimbangkan" usulan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk menempatkan pasukan penjaga perdamaian di negara itu. Namun, prospek tersebut baru dapat terwujud setelah pemerintah Kyiv memiliki jadwal yang jelas untuk bergabung dengan NATO.
Presiden Ukraina menyebutkan kemungkinan tersebut setelah pertemuan di Kyiv dengan pemimpin oposisi Jerman Friedrich Merz, yang mencalonkan diri menjadi kanselir Jerman.
Tn. Merz juga merupakan pendukung penyediaan rudal jarak jauh Taurus oleh Berlin ke Ukraina.
Risiko tekanan dari Tuan Trump
Pada konferensi pers di Kyiv, Presiden Ukraina juga menyebutkan kemungkinan penyelesaian diplomatik untuk mengakhiri perang.
"Ukraina, lebih dari siapa pun, menginginkan konflik ini berakhir. Solusi diplomatik niscaya dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa. Kami menantikan kemungkinan ini," kutip Reuters dari Bapak Zelensky.
Bapak Zelensky mengatakan bahwa dalam pertemuan dengan Presiden Macron dan Bapak Trump, mereka membahas skenario "membekukan" garis depan saat ini dan bergerak menuju perundingan damai. Namun, yang terpenting saat ini adalah Ukraina meningkatkan kapasitasnya untuk mendapatkan keuntungan saat bernegosiasi dengan Rusia.
Pesan-pesan di atas dari pemimpin Ukraina disampaikan dalam konteks pertempuran sengit yang terjadi di Ukraina sebelum pelantikan Tn. Trump.
Presiden Ukraina bertemu dengan Bapak Donald Trump di Paris pada tanggal 7 Desember
Presiden terpilih AS telah berulang kali menegaskan keinginannya untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina secepat mungkin, menimbulkan kekhawatiran bahwa ia dapat memaksa Kyiv untuk mencapai kesepakatan dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Rusia, menurut The Kyiv Independent . Trump juga memberi tahu Zelensky bahwa AS dapat mengurangi bantuan militer ke Kyiv tahun depan.
Pada hari yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Galuzin menyatakan harapan bahwa tim Trump akan memahami sikap Rusia terhadap Ukraina, khususnya inisiatif yang diajukan oleh Presiden Putin pada bulan Juni dalam upaya menyelesaikan krisis Ukraina dalam jangka panjang, TASS melaporkan.
Beberapa isi inisiatif tersebut adalah bahwa angkatan bersenjata Ukraina menarik diri dari wilayah Donbass dan Novorossiya, Kyiv tidak bergabung dengan NATO, Barat mencabut semua sanksi terhadap Rusia, dan Ukraina harus berkomitmen pada status non-blok dan non-nuklir.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/chien-su-ukraine-ngay-1020-ong-zelensky-can-nhac-chap-nhan-luc-luong-gin-giu-hoa-binh-185241209204747561.htm
Komentar (0)