Presiden Zelensky mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk mengganti sejumlah pejabat senior, tidak hanya di militer, untuk menentukan siapa yang akan memimpin negara.
"Penataan ulang aparatur itu perlu. Maksud saya, mengganti beberapa pemimpin negara, bukan hanya di militer. Saya sedang mempertimbangkan masalah ini," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi Italia pada 4 Februari, ketika ditanya tentang rumor bahwa komandan militer Valery Zaluzhny akan segera diberhentikan.
Pemimpin Ukraina menegaskan bahwa rencana penggantian pejabat tinggi negara itu tidak ditujukan kepada "satu individu" melainkan kepada seluruh pimpinan. "Jika kita ingin menang, kita semua harus memiliki visi yang sama, sikap positif, tidak berkecil hati atau berpikir untuk menyerah," ujar Zelensky.
Komandan militer Zaluzhny menghadiri sebuah acara di Kiev pada Juli 2023. Foto: Kantor Presiden Ukraina
Spekulasi tentang keputusan pemecatan Jenderal Zaluzhny muncul ketika hubungan antara Presiden Zelensky dan komandan tentara Ukraina menjadi tegang setelah serangan balasan yang gagal tahun lalu.
Jenderal Zaluzhny mengatakan pada November 2023 bahwa medan perang Ukraina berada dalam kebuntuan dan terobosan kecil kemungkinannya. Komentar tersebut menuai kritik tajam dari para pemimpin politik . Zelensky dan sekutunya lebih optimistis tentang perang tersebut, dengan mengatakan Ukraina dapat dan akan memukul mundur pasukan Rusia dari wilayah yang dikuasainya.
Keduanya juga tampaknya berselisih pendapat mengenai usulan mobilisasi setengah juta rekrutan baru untuk tentara Ukraina. Dalam sebuah wawancara pekan lalu, Jenderal Zaluzhny mengatakan beberapa lembaga pemerintah menghalangi Ukraina mencapai tujuan-tujuan utama, termasuk membangun pasukan tempur yang efektif untuk melawan Rusia.
Igar Tyshkevich, seorang peneliti di Institut untuk Masa Depan Ukraina, yakin bahwa Zelensky dapat menghadapi kritik jika ia memecat Jenderal Zaluzhny, mengingat komandan tentara Ukraina saat ini sangat populer di kalangan rakyat dan tentara. Namun, pakar ini mengatakan bahwa ketidakpuasan "akan mereda dalam beberapa bulan" jika pemimpin baru tersebut berhasil memimpin serangan balasan berikutnya.
Thanh Tam (Menurut Reuters )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)