Selama badai, sumber air rumah tangga mudah terkontaminasi oleh bakteri, parasit, dan bahan kimia dari lingkungan. Makanan yang disimpan berjamur, makanan segar yang sulit diawetkan karena pemadaman listrik, dan peralatan pengolahan yang tidak dibersihkan dengan benar, semuanya menjadi sumber infeksi. Inilah alasan mengapa penyakit gastrointestinal sering meningkat tajam setelah setiap banjir.
Diare adalah penyakit yang paling umum, menyebabkan dehidrasi cepat, terutama berbahaya bagi anak kecil dan lansia. Sementara itu, kolera dan disentri yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae dan Shigella dapat menyebar sangat cepat melalui sumber air, menyebabkan penderita muntah dan diare berulang kali, yang mudah menyebabkan kolaps sirkulasi jika tidak segera direhidrasi. Demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi juga meningkat selama musim hujan, dengan gejala demam berkepanjangan, nyeri perut, gangguan pencernaan, dan dapat menyebabkan komplikasi perdarahan gastrointestinal dan perforasi usus.
Untuk secara proaktif mencegah penyakit usus dalam konteks badai dan banjir saat ini, sektor kesehatan menganjurkan agar masyarakat menerapkan langkah-langkah ketat untuk memastikan keamanan pangan dan air minum. Pertama-tama, prioritaskan penggunaan air bersih, air matang; jangan sekali-kali menggunakan air sungai, kanal, atau selokan yang tidak diolah untuk minum atau memasak. Jika sumber air berisiko terkontaminasi, masyarakat dapat menggunakan disinfektan seperti Cloramin B atau tablet Aquatabs untuk mengolahnya sesuai petunjuk.
Makanan harus dimasak hingga matang sempurna dan segera dimakan setelah dimasak; jangan makan makanan yang dibiarkan semalaman jika tidak diawetkan dengan benar. Sayuran mentah, salad, dan makanan yang kurang matang atau mentah harus dikurangi konsumsinya selama musim hujan karena mengandung banyak bakteri penyebab penyakit. Untuk makanan kemasan atau makanan siap saji, periksa tanggal kedaluwarsa dan kondisi kemasan dengan saksama; jangan gunakan produk yang menggembung, robek, atau memiliki tanda-tanda mencurigakan.
Membersihkan peralatan makan juga penting. Pisau, talenan, dan piring harus dicuci, dan dibilas dengan air mendidih jika memungkinkan; tangan harus dicuci dengan sabun sebelum memasak dan sebelum makan. Jika terjadi banjir berkepanjangan, area penyimpanan makanan kering harus diperkuat dan disimpan di tempat kering untuk menghindari jamur — faktor risiko umum keracunan aflatoksin, yang berbahaya bagi hati.
Keluarga dengan anak kecil perlu memberikan perhatian khusus. Anak-anak mudah mengalami dehidrasi saat diare, sehingga orang dewasa harus memantau dan memberikan rehidrasi yang tepat dengan larutan oralit. Jika anak-anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, demam tinggi berkepanjangan, feses berdarah, sering muntah, dll., mereka perlu dibawa ke fasilitas medis untuk mendapatkan perawatan tepat waktu guna menghindari komplikasi berbahaya.
Selain upaya setiap keluarga, pemerintah daerah dan sektor kesehatan juga mengintensifkan propaganda, pengawasan penyakit, pengolahan air, dan disinfeksi lingkungan pascabanjir. Setiap orang yang secara proaktif mempraktikkan kebersihan makanan dan menjaga kesehatan mereka merupakan langkah penting untuk membantu mengurangi risiko wabah penyakit gastrointestinal selama cuaca yang tidak menentu.
Dalam konteks badai dan pasang surut yang terus tak terduga, memastikan keamanan pangan tidak hanya berkontribusi pada pencegahan penyakit, tetapi juga membantu masyarakat menstabilkan kehidupan dan pulih dengan cepat dari bencana alam. Melindungi kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab setiap keluarga dan seluruh masyarakat.
Sumber: https://soyte.camau.gov.vn/bai-khoa-hoc-chinh-tri-va-xa-hoi/phong-ngua-cac-benh-thuong-gap-do-an-uong-trong-mua-mua-bao-291063






Komentar (0)