Robot AI belajar untuk "menciptakan manusia", ada beberapa kasus yang berhasil ( Video : Aura).
Juni lalu, Alin Quintana yang berusia 34 tahun datang ke klinik Hope IVF di Mexico City.
Setelah delapan tahun menjalani perawatan infertilitas dan 96 siklus yang gagal, ia masih belum bisa hamil. Kali ini, alih-alih mengandalkan dokter, ia berharap pada mesin yang diprogram untuk menjalankan seluruh proses IVF.
Robot menggantikan tangan manusia
Sejak munculnya fertilisasi in vitro (IVF) pada akhir tahun 1970-an, lebih dari 13 juta anak telah lahir menggunakan metode ini.
Akan tetapi, prosesnya masih bergantung sepenuhnya pada keterampilan manual embriologis, mulai dari pengambilan sel telur, pemilihan sperma hingga penyuntikan sperma ke dalam sel telur di bawah mikroskop.

Di Mexico City, sebuah pusat penelitian bernama Aura sedang menguji sistem yang dapat menggantikan lebih dari 200 langkah manual dalam IVF (Foto: Aura).
Setiap operasi memerlukan ketelitian yang sangat tinggi, sehingga tingkat keberhasilannya hanya sekitar 50%.
Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi otomasi telah mengubah hal tersebut. Dalam uji coba terbaru, robot diprogram untuk melakukan langkah-langkah paling rumit dalam program bayi tabung (IVF).
Sistem pemrosesan gambar dapat mendeteksi sperma sehat dalam ratusan ribu sampel, sementara lengan mekanis mencampur bahan kimia, menyuntikkan sperma ke dalam sel telur dan memicu pembuahan.
Di Mexico City, sebuah pusat penelitian bernama Aura sedang menguji sistem yang dapat menggantikan lebih dari 200 langkah manual dalam IVF, mulai dari penyimpanan sel telur hingga pemilihan sperma hingga pembuatan embrio.
Aura dikembangkan oleh Conceivable Life Sciences di bawah kepemimpinan Dr. Alejandro Chávez-Badiola, yang dianggap sebagai salah satu ahli pertama yang menerapkan teknologi otomatis untuk perawatan infertilitas.
AI menggantikan manusia dalam mengevaluasi embrio
Kisah Dr. Chávez-Badiola dimulai pada tahun 2016, ketika sepasang suami istri muda datang ke kliniknya untuk menjalani perawatan kesuburan. Meskipun keduanya sehat, mereka gagal setelah dua siklus IVF.

Sistem robot yang terlibat dalam IVF (Foto: Dipotong dari video).
Ia memutuskan untuk memeriksa ulang seluruh proses, merekam perkembangan setiap embrio dan menghitung jumlah sel dalam setiap embrio, sesuatu yang jarang dilakukan dalam IVF tradisional.
Setelah berbagai percobaan, ia menyadari bahwa kelemahannya terletak pada cara mengevaluasi embrio, yang sangat bergantung pada pengalaman spesialis. Dari sana, ia bekerja sama dengan para ahli matematika dan insinyur pencitraan untuk membangun sistem analisis data yang dapat mengukur dan mengevaluasi embrio secara lebih akurat.
Pada tahun 2020, studi pertama tim menunjukkan bahwa teknologi ini dapat mengidentifikasi embrio sehat sekitar 11% lebih akurat daripada manusia. Tim kemudian memperluas penelitian ke sperma, menemukan gerakan berputar cepat khas sperma sehat. Hal ini meningkatkan tingkat embrio yang memenuhi syarat untuk implantasi sebesar 12%.
Chávez-Badiola dan dua pengusaha Amerika, Alan Murray dan Joshua Abram, mendirikan Conceivable Life Science pada tahun 2022. Setelah uji coba yang sukses pada tikus, tim tersebut mulai menerapkan teknologi ini pada manusia pada tahun 2023.
Harapan baru bagi mereka yang tidak subur
Menurut Dr. David Sable, penasihat proyek tersebut, hasil awal menunjukkan bahwa teknologi otomatis sama efektifnya dengan laboratorium IVF tradisional tetapi dapat beroperasi terus-menerus tanpa bergantung pada keterampilan individu.
“Jika sistem ini diterapkan secara luas, jutaan pasangan di seluruh dunia akan memiliki kesempatan untuk mengobati infertilitas dengan biaya yang lebih rendah,” ujarnya.
September lalu, Conceivable mengumpulkan $50 juta untuk melanjutkan pengembangan dan komersialisasi teknologi ini. Meskipun masih banyak perdebatan, terutama di negara-negara dengan pandangan agama yang ketat, banyak pasangan masih percaya pada metode baru ini.
“Sulit menjelaskan bahwa mesin bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan manusia,” kata Noemi Pichardo, 34 tahun, yang sedang hamil berkat sistem Aura.
Saat ini ada sekitar 125 perempuan yang berpartisipasi dalam program uji coba ini. Alin Quintana, yang putus asa setelah bertahun-tahun gagal, kini sedang hamil 17 minggu.
"Saya akan memberi tahu anak saya bahwa dia adalah salah satu bayi pertama yang lahir dari teknologi ini. Dia lahir setelah banyak usaha, dia adalah anugerah terbesar dalam hidup saya," ujarnya.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/robot-ai-hoc-cach-lam-ivf-da-co-truong-hop-thanh-cong-20251013081703320.htm
Komentar (0)