Informasi mengenai pengembangan SIM disampaikan oleh Bapak Nguyen Phong Nha , Wakil Direktur Departemen Telekomunikasi (Kementerian Informasi dan Komunikasi) pada konferensi pers Kementerian Informasi dan Komunikasi pada sore hari tanggal 6 November.
Bapak Nguyen Phong Nha, Wakil Direktur Departemen Telekomunikasi, memberikan informasi pada konferensi pers pada sore hari tanggal 6 November.
Menurut Bapak Nguyen Phong Nha, laporan dari perusahaan telekomunikasi menunjukkan bahwa setiap bulan, sekitar 1,5 juta SIM dirilis ke pasar oleh operator jaringan. Dari jumlah tersebut, sekitar 80% SIM dijual oleh agen, sementara 20% sisanya dijual melalui jaringan distribusi seperti toko elektronik dan melalui saluran distribusi milik operator jaringan.
Namun, sejak 10 September, ketika operator jaringan berjanji untuk berhenti menjual kartu SIM, jumlah pelanggan seluler baru pada bulan September menurun sebesar 35%, dari 1,5 juta pelanggan menjadi hampir 1 juta pelanggan/bulan.
Menjawab pertanyaan mengapa masyarakat masih bisa membeli kartu SIM bekas dari dealer resmi, Wakil Direktur Departemen Telekomunikasi mengatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan operator jaringan untuk meninjau, memeriksa, mengevaluasi, dan mengklarifikasi kasus-kasus ini guna mewajibkan penerapan yang ketat terhadap pengembangan pelanggan baru. Alih-alih menggunakan jalur dealer, operator jaringan akan berfokus pada pengembangan saluran distribusi mereka sendiri dan jaringan distribusi yang tepercaya.
Terkait panggilan spam yang terus meresahkan masyarakat, Bapak Nha mengatakan bahwa selama lebih dari setahun ini, Kementerian Informasi dan Komunikasi telah menerapkan berbagai solusi untuk mencegah panggilan spam, mulai dari menstandardisasi informasi pelanggan, mewajibkan operator jaringan mengembangkan pelanggan dengan informasi yang sesuai dengan basis data kependudukan nasional, meninjau pelanggan yang memiliki banyak SIM, membangun nama merek untuk mengidentifikasi panggilan...
Menurut Bapak Nha, untuk mengatasi masalah panggilan spam, hal itu harus dilakukan secara bertahap. Kementerian Informasi dan Komunikasi serta pelaku usaha terus berupaya menemukan solusi, dan dalam mengembangkan solusi tersebut, perlu juga ada koridor hukum yang paralel. Dalam proses penyusunan Undang-Undang Telekomunikasi yang direvisi, kami juga mengusulkan kebijakan dan peraturan yang lebih ketat untuk memastikan pengurangan panggilan yang tidak diinginkan.
Terkait dengan tidak dilaksanakannya registrasi SIM online oleh penyelenggara jaringan sejak 10 Oktober lalu, Wakil Direktur Jenderal Telekomunikasi Kementerian Telekomunikasi dan Komunikasi Massa mengatakan, karena belum ada aturan mengenai registrasi SIM online, maka penyelenggara jaringan tidak melaksanakan registrasi SIM online sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Departemen Telekomunikasi sedang mempelajari proposal dari perusahaan telekomunikasi seluler dan sedang mengembangkan rencana serta kebijakan yang akan dimasukkan ke dalam pedoman dokumen hukum setelah Undang-Undang Telekomunikasi yang direvisi diterbitkan," kata Bapak Nha.
Terkait peta jalan penghentian 2G, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengeluarkan surat edaran resmi yang mengumumkan perencanaan pita frekuensi 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2.100 MHz. Secara khusus, surat edaran tersebut menyebutkan pemeliharaan jaringan 2G, 3G, dan 4G dengan prinsip menjamin hak-hak konsumen, mewajibkan operator jaringan untuk menjaga kualitas jaringan, mengembangkan cakupan 4G untuk menggantikan cakupan 2G secara bertahap, dan menyediakan layanan dukungan agar masyarakat berkesempatan beralih ke langganan 4G.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)