Pada sore hari tanggal 3 November, dalam diskusi berkelompok tentang Rancangan Undang-Undang tentang Perdagangan Secara Elektronik, para anggota DPR sangat mengapresiasi upaya Pemerintah dalam menyusun Undang-Undang tentang Perdagangan Secara Elektronik dengan struktur 7 bab dan 48 pasal.
Menurut delegasi Tran Hoang Ngan (delegasi Kota Ho Chi Minh), peningkatan keputusan tersebut menjadi undang-undang merupakan langkah yang sangat diperlukan dan tepat waktu dalam konteks pasar e-commerce Vietnam yang memiliki salah satu tingkat pertumbuhan tertinggi di dunia .
Para delegasi menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan industri ini lebih dari 20% per tahun, dengan perkiraan penjualan mencapai 30 miliar dolar AS tahun ini, naik dari 25 miliar dolar AS tahun lalu. Perkembangan pesat ini juga menimbulkan banyak permasalahan dan sengketa yang kompleks, sehingga membutuhkan koridor hukum di tingkat hukum untuk mengatur dan meningkatkan legalitas secara efektif.
Bapak Ngan mencatat bahwa rancangan undang-undang tersebut berfokus pada isu-isu inti seperti melindungi hak-hak konsumen dan memerangi barang palsu di dunia maya.

Menurut Delegasi Nguyen Tam Hung (Kota Ho Chi Minh), tujuan inti penyusunan Undang-Undang tentang E-commerce kali ini adalah untuk menciptakan lingkungan hukum yang transparan, aman dan menguntungkan, serta memastikan keseimbangan yang harmonis antara promosi inovasi dan pengembangan platform e-commerce dan model bisnis yang sehat.
Lindungi hak dan kepentingan konsumen yang sah dari isu-isu mendesak yang telah dan sedang terjadi, yang menimbulkan kemarahan sosial seperti barang palsu, penipuan komersial, dan kebocoran data pribadi. Pada saat yang sama, tingkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan negara, terutama dalam mengendalikan transaksi lintas batas dan pemungutan pajak yang adil di masyarakat.
Terkait ruang lingkup pengaturan pada Pasal 1, menurut delegasi, ruang lingkup pengaturan ini pada dasarnya meliputi isi pokok dan urgensi kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) yang berlaku saat ini.
Namun, untuk merespons perkembangan pesat dan kompleks di bidang ini dengan lebih baik, para delegasi mengusulkan agar komite perancang mempertimbangkan penambahan beberapa konten agar subjek-subjek dengan aktivitas e-commerce yang signifikan tidak terlewatkan dan membantu pengelolaan secara efektif. Alasannya, banyak platform digital saat ini bersifat multi-layanan, seperti jejaring sosial dan aplikasi perpesanan dengan fungsi penjualan terintegrasi.
Menurut banyak delegasi, e-commerce Vietnam berkembang pesat, tetapi hal ini disertai dengan tantangan besar terkait barang palsu, barang tiruan, dan perlindungan hak konsumen. Pasal 15 rancangan undang-undang, yang mengatur tanggung jawab pemilik platform, dianggap sebagai salah satu inti isi untuk mengatasi masalah ini.
Oleh karena itu, dalam memberikan kontribusi terhadap rancangan undang-undang tersebut, sejumlah anggota DPR menyampaikan perlunya pengetatan lebih lanjut terhadap tanggung jawab pemilik platform, terutama pengaturan mengenai tanggung jawab bersama apabila terjadi pelanggaran dan kelayakan penggunaan alat sensor otomatis sebagaimana tercantum dalam Pasal 15.
Delegasi Nguyen Thi Lan (delegasi Hanoi) menyatakan bahwa peraturan umum tentang tanggung jawab pemilik platform dalam Pasal 15 tidak cukup kuat. Kenyataannya, penjualan barang palsu dan penipuan di platform semakin meningkat, menyebabkan hilangnya kepercayaan dan memengaruhi keberlanjutan pasar.
Untuk menyelesaikan masalah ini secara tuntas, delegasi Lan mengusulkan untuk langsung menambahkan dua konten penting pada Pasal 15.
Pertama, autentikasi identitas penjual. Undang-undang seharusnya mewajibkan "Pemilik platform e-commerce bertanggung jawab untuk mengautentikasi identitas penjual menggunakan identifikasi elektronik (eKYC) sebelum mengizinkan transaksi."

Kedua, tanggung jawab bersama. Perlu ditegaskan secara tegas bahwa "Pemilik platform bertanggung jawab bersama jika ia gagal mengendalikan pelanggaran yang dilakukan penjual".
Menurut delegasi, peraturan ini sepenuhnya konsisten dengan tren internasional seperti Undang-Undang Layanan Digital 2024 Uni Eropa, atau peraturan di Singapura dan Tiongkok. Hal ini tidak hanya meningkatkan transparansi dan melindungi konsumen, tetapi juga memperkuat reputasi pasar e-commerce Vietnam.
Sementara itu, delegasi Do Duc Hien (delegasi Kota Ho Chi Minh) menyatakan minat khusus pada Klausul 4, Pasal 15, yang mengharuskan pemilik platform untuk memiliki alat "sensor otomatis" untuk memerangi barang palsu, barang terlarang, dan barang asal tidak diketahui.
Bapak Hien mengatakan bahwa peraturan ini diperlukan untuk memperkuat tanggung jawab platform dalam menyaring informasi. Namun, delegasi Hien juga menyoroti tantangan besar terkait kelayakan peraturan ini. Kebutuhan akan alat yang dapat mendeteksi semua jenis barang ilegal secara otomatis merupakan masalah yang sangat rumit, baik dari segi teknologi maupun biaya.
"Meskipun ini merupakan persyaratan yang diperlukan untuk platform besar, hal ini dapat menciptakan hambatan, membatasi perkembangan bisnis kecil dan platform baru yang memasuki pasar," analisis Bapak Hien.
Oleh karena itu, para delegasi mengusulkan agar Panitia Perancang mempertimbangkan secara matang kelayakan dan memiliki regulasi yang lebih sesuai, untuk memastikan pengelolaan yang efektif dan tidak menghambat perkembangan pasar e-commerce yang sehat dan beragam.
Source: https://doanhnghiepvn.vn/chuyen-doi-so/siet-trach-nhiem-chu-san-trong-du-thao-luat-thuong-mai-dien-tu/20251103042242550






Komentar (0)