Industri semikonduktor dibandingkan dengan jenis "minyak" baru yang dapat mengubah ekonomi global. Meskipun berada di jantung rantai pasokan manufaktur chip global, Malaysia belum mampu mempercepat pertumbuhannya karena dilema "ayam dan telur" seputar upah.
| Intel, produsen semikonduktor terbesar di dunia pada tahun 2023, telah mengumumkan investasi sebesar 6,8 miliar dolar AS selama 10 tahun untuk memperluas operasi pengujian dan pengemasan chipnya di Malaysia. (Sumber: Reuters) |
Produsen semikonduktor terbesar keenam di dunia.
Semikonduktor dengan cepat menjadi jenis "minyak" baru dan sumber baru konflik kepentingan global. Saat ini, segala sesuatu yang membutuhkan daya komputasi dilengkapi dengan chip, mulai dari senjata hingga jam tangan dan mobil. Era kecerdasan buatan (AI) baru saja dimulai, yang tidak diragukan lagi akan menyebabkan penggunaan chip semikonduktor yang lebih besar lagi.
Malaysia terletak tepat di tengah rantai pasokan manufaktur chip global. Sektor kelistrikan dan elektronik menyumbang sekitar 7% dari PDB, dengan semikonduktor dan sirkuit terpadu saja menyumbang seperempat dari total ekspor, mencapai nilai ekspor total sebesar 387 miliar Ringgit (US$83,5 miliar) pada tahun 2022.
Sebagai eksportir semikonduktor terbesar keenam di dunia, Malaysia memegang 7% pangsa pasar global dan menyumbang 23% dari perdagangan semikonduktor AS pada tahun 2022.
Negara Asia Tenggara ini menyambut baik lebih banyak investasi ke dalam rantai nilai semikonduktornya. Negara ini memiliki fondasi yang kuat dalam perakitan, pengemasan, dan pengujian chip, serta layanan manufaktur elektronik, menghasilkan 13% dari output semikonduktor "back-end" global ("back-end" merujuk pada tahap setelah komponen dasar chip semikonduktor dibuat melalui proses fabrikasi sirkuit "front-end").
Rencana Induk Industri Baru (NIMP) Malaysia 2030 mengantisipasi dimasukkannya lebih banyak aktivitas "ujung depan", seperti desain sirkuit terpadu, fabrikasi wafer, dan pembuatan mesin dan peralatan semikonduktor.
Pengumuman investasi baru-baru ini dari Intel ($7 miliar), Infineon ($5,5 miliar), dan Texas Instruments ($3,1 miliar) menunjukkan bahwa Malaysia berada pada posisi yang baik untuk meningkatkan skala dan terlibat dalam operasi yang lebih kompleks.
Tantangan bagi Malaysia saat ini adalah banyak perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah, masih bergantung pada tenaga kerja asing yang tidak terampil dan ragu untuk beralih ke otomatisasi. Hanya sedikit yang percaya bahwa Malaysia memiliki kemampuan untuk memproduksi mesin otomatis pada tingkat yang sama dengan Jerman atau Jepang.
Kisah "ayam dan telur"
Malaysia kekurangan pasokan sumber daya manusia berkualitas tinggi yang memadai untuk mengembangkan industri semikonduktornya. Namun, kenyataannya Malaysia menghadapi masalah upah, bukan kekurangan tenaga kerja. Banyak warga Malaysia yang terampil, seperti insinyur dan teknisi, memilih untuk bekerja di Singapura, di mana gaji lebih tinggi.
Upah rendah merupakan masalah sistemik dalam perekonomian Malaysia, yang menyebabkan lingkaran setan di mana pasar menciptakan lapangan kerja tetapi tidak ada cukup tenaga kerja terampil. Malaysia adalah kasus langka di mana upah bulanan rata-rata di sektor manufaktur (2.205 Ringgit, setara dengan US$476) lebih rendah daripada upah bulanan rata-rata (2.424 Ringgit, setara dengan US$523).
Sebuah laporan tahun 2022 oleh Dewan Insinyur Malaysia mengungkapkan bahwa lebih dari sepertiga lulusan teknik memiliki gaji awal di bawah 2.000 Ringgit per bulan (US$432 per bulan) pada tahun 2021, dan 90% lulusan teknik memperoleh kurang dari 3.000 Ringgit per bulan (US$648 per bulan). Bagi seorang dewasa lajang di Kuala Lumpur, jumlah ini hampir tidak cukup untuk menutupi biaya hidup.
Situasi ini mengakibatkan mahasiswa Malaysia enggan untuk melanjutkan pendidikan tinggi penuh waktu atau bekerja di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika). Pada akhir tahun 2022, rasio insinyur terhadap populasi di Malaysia adalah 1:170, lebih rendah dari target yang diinginkan yaitu 1:100.
Memang, ini adalah masalah "ayam dan telur". Malaysia perlu berinvestasi lebih banyak dalam pendidikan STEM di sekolah menengah dan universitas, serta dalam pelatihan teknik dan kejuruan, untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih melimpah. Tetapi yang terpenting, Malaysia perlu membayar pekerja terampil dengan upah yang lebih baik untuk mengatasi masalah yang sudah lama ada di sektor ini, termasuk migrasi tenaga kerja terampil dan kekurangan tenaga kerja.
Strategi NIMP 2030 mengantisipasi bahwa gaji rata-rata di sektor manufaktur akan berlipat ganda dari 2.205 Ringgit/bulan (US$476/bulan) pada tahun 2022 menjadi 4.510 Ringgit/bulan (US$974/bulan) pada tahun 2030. Selain upaya untuk meningkatkan rantai nilai di tahap back-end dan front-end manufaktur semikonduktor, Malaysia mungkin akan lebih ambisius dan bertujuan untuk lebih meningkatkan gaji para insinyur di sektor kelistrikan dan elektronik.
Pada tahun 2022, Malaysia dan Amerika Serikat menandatangani Nota Kesepahaman tentang Ketahanan Rantai Pasokan Semikonduktor. Nota kesepahaman ini menguraikan prinsip-prinsip panduan untuk meningkatkan kerja sama, transparansi, dan kepercayaan antara kedua pemerintah.
Selain memandang industri semikonduktor sebagai investasi, para ahli menyarankan agar Malaysia secara bertahap membangun peran kepemimpinan kebijakan yang lebih kuat. Dengan kolaborasi yang kuat di antara para pemangku kepentingan utama, termasuk entitas industri, pembuat kebijakan, dan pemerintah, Malaysia dapat mulai berpikir lebih strategis tentang industri penting dan menarik di masa depan ini.
Sumber






Komentar (0)