
Sesi pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemrosesan bisnis secara bertahap dan memenuhi persyaratan transformasi digital di sektor peradilan. Integrasi kecerdasan buatan dalam kegiatan profesional membuka arah untuk standarisasi operasi bisnis dan optimalisasi proses di sektor peradilan.
Dalam pidato pembukaannya, Bapak Le Thanh Phong, Ketua Mahkamah Agung Rakyat , menekankan bahwa transformasi digital sedang diimplementasikan secara intensif oleh Partai, Negara, dan sektor peradilan untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan proses peradilan. Khususnya, AI membuka banyak peluang inovasi, tetapi juga menimbulkan risiko potensial jika tidak dimanfaatkan secara efektif, yang mengarah pada ketergantungan pada teknologi. Penerapan AI yang tepat merupakan syarat penting untuk membangun peradilan modern.

“Undang-Undang tentang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Perdata sedang dibahas oleh Majelis Nasional , yang akan memberikan kewenangan langsung kepada Pengadilan Daerah dalam menangani bantuan hukum timbal balik dan pengumpulan bukti, menciptakan kondisi bagi sistem peradilan untuk memanfaatkan teknologi (termasuk AI) guna melayani reformasi dan integrasi peradilan,” kata Bapak Phong.
Pada sesi pelatihan, Bapak Dao Trung Thanh, Wakil Direktur ABAII, memberikan analisis mendalam tentang potensi dan nilai penerapan kecerdasan buatan di bidang hukum. Berdasarkan laporan internasional dan data terkini dari praktik hukum, beliau menekankan bahwa AI bukan hanya alat pendukung, tetapi juga menjadi komponen penting dalam memodernisasi kegiatan peradilan.

“Penerapan AI di bidang peradilan harus mematuhi prinsip “Human in the Loop”, yang berarti memastikan bahwa teknologi memainkan peran pendukung dan tidak menggantikan peran penentu dan penilaian profesional manusia, terutama dalam situasi yang membutuhkan tanggung jawab hukum dan kehati-hatian profesional,” tegas Bapak Dao Trung Thanh.
Menurut Asosiasi Pengacara Amerika, persentase firma hukum yang mengadopsi AI telah meningkat secara signifikan dari 11% pada tahun 2023 menjadi 30% pada tahun 2024, dengan firma hukum besar menjadi yang paling populer. Para profesional hukum semakin menyadari peran AI dalam mengoptimalkan waktu, meningkatkan efisiensi, dan meminimalkan risiko dalam tugas-tugas seperti menyusun kontrak, memprediksi hasil kasus, dan mengelola berkas litigasi.
Namun, di samping harapan, pada sesi pelatihan, para delegasi juga menekankan perlunya mengatasi tantangan dalam infrastruktur teknologi dan kapasitas sumber daya manusia untuk memastikan bahwa penerapan AI di sektor peradilan diterapkan secara sinkron, aman, dan berkelanjutan.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/tap-huan-chuyen-doi-so-ung-dung-ai-trong-nganh-tu-phap-post801521.html
Komentar (0)