
Di kancah seni kontemporer, nama Tran Le Nam sudah tidak asing lagi di dunia seni Hanoi . Mulai muncul dalam pameran kelompok di awal tahun 2000-an, ia perlahan-lahan menemukan gayanya sendiri yang kuat, garang, intens, dan sarat akan pemikiran mendalam.
Dulunya seorang "jalan" berkepribadian kuat, seorang prajurit pemberani di medan perang perbatasan barat daya, Tran Le Nam menghadirkan perspektif seseorang yang telah melewati suka duka dalam lukisannya. Baginya, melukis adalah keindahan sekaligus perjalanan untuk menyelami diri, ke dalam struktur kehidupan yang tak kasatmata.
Memilih nama pameran "Inside Out", ia ingin menyebarkan semangat bahwa seni sejati harus menghadirkan esensi inti yang tersembunyi di balik cangkang material. Saat melukis, seniman perlu benar-benar membuka dunia batin agar pikiran, emosi, dan pengalaman dapat ditransformasikan ke dalam bentuk, warna, dan ritme garis.
Sebelum terjun ke dunia seni lukis abstrak, seniman Tran Le Nam sangat tertarik pada Impresionisme dan Ekspresionisme, dua aliran yang menuntut pelukisnya untuk memiliki persepsi cahaya dan emosi yang halus. Namun, dalam proses tersebut, ia menyadari bahwa ia membutuhkan jalan yang lebih bebas, tidak terkekang oleh simulasi bentuk.

Otodidak, meriset, dan berlatih sendiri, ia menghabiskan bertahun-tahun "berusaha" menemukan suaranya sendiri. Titik baliknya terjadi pada tahun 2005, ketika ia pertama kali memamerkan lukisan abstrak dalam pameran kelompok "Exit". Sejak saat itu, perjalanan abstraksi telah menjadi arus utama dalam kreativitasnya, bukan untuk melarikan diri dari kenyataan, melainkan untuk menyelami realitas lebih dalam melalui jalur yang berbeda dari sekadar memikirkan bentuk dan emosi struktural.
Selama dua puluh tahun terakhir, ia diam-diam melukis, meneliti, bereksperimen dengan material, dan terus-menerus menciptakan gayanya. Kini, di usianya yang ke-60, Tran Le Nam resmi meluncurkan pameran tunggal pertamanya sebagai momen hening untuk mengenang perjalanannya, sekaligus sebagai titik awal baru untuk perjalanan selanjutnya.
Pameran "Inside Out" mencakup dua fase kreatif khas dari tahun 2018 hingga sekarang, yang mencerminkan proses berpikir dan praktik sang seniman. Dalam periode 2018-2022, Tran Le Nam menggunakan proses "penghapusan" sebagai metode penciptaan gambar. Setelah mengaplikasikan cat pada kanvas, ia menyikat, mengikis, mengelupas, dan menghapus lapisan cat, sebuah tindakan yang tampak paradoks tetapi penuh makna. "Penghapusan" inilah yang mengungkap struktur, garis, dan kedalaman ruang visual.

Lukisan-lukisan periode ini seringkali memiliki komposisi yang longgar, panel-panel besar yang bergerak secara horizontal-vertikal-spiral, menciptakan kesan seolah-olah sedang mengamati lapisan-lapisan bumi yang tersingkap setelah banjir atau operasi penambangan. Keindahan ditemukan dalam kekasarannya, dalam jejak-jejak proses, alih-alih dalam bentuk yang sempurna.
Jika fase sebelumnya adalah "menghilangkan", fase 2022-2025 adalah "membangun". Tran Le Nam mengaplikasikan banyak lapisan cat, lalu mengelupasnya, lalu menumpuknya kembali, menciptakan permukaan yang tebal dan berat, terkadang seperti relief. Peregangan dan tumpang tindih lapisan cat menciptakan kesan mekanis sekaligus ilusi.
Warna-warnanya juga berubah drastis: tak lagi cerah, melainkan "kusam", kusam, bernuansa berat, dengan banyak lapisan tipis cerah terkubur di bawah cat gelap. Permukaan lukisan menjadi "medan gaya" interaksi material yang membantu energi kreatif terakumulasi, terkompresi, dan kemudian meledak menjadi getaran visual yang kuat.
Meskipun ekspresinya berbeda, kedua periode tersebut memiliki filosofi yang sama: keindahan kesederhanaan, orisinalitas, dan vitalitas. Bagi seniman Tran Le Nam, seni tidak terletak pada detail yang rumit, melainkan pada semangat generalisasi, keaslian emosi, dan "keaktifan" struktur.

Seniman ini pernah berbagi: "Gambaran dari kehidupan sangatlah kaya. Kita hanya butuh mata dan hati untuk menemukan keindahannya, lalu memberinya semangat untuk memiliki sebuah karya seni." Ungkapan itu merangkum pandangannya tentang melukis: tidak berisik, tetapi setia pada napas alam dan batin. Saat melukis, ia dapat melakukannya berulang-ulang pada lukisan yang sama hingga mencapai "ekstasi".
Lukisan-lukisan Tran Le Nam sulit diapresiasi dengan cara biasa. Tidak ada gambar yang spesifik, tidak ada cerita, tidak ada karakter. Namun, ketika berdiri di depan lukisan-lukisan tersebut, penonton merasakan gerakan batin dari warna, goresan, blok, dan energi.
Pandangan "dari dalam ke luar" di sini merupakan sudut pandang estetika, sekaligus cara karya tersebut berada. Setiap lukisan bagaikan lapisan endapan emosi, di mana sang seniman menggunakan material (cat, pisau, kanvas) untuk merekam perjalanan batinnya - perjalanan berpikir mencari bentuk untuk diungkapkan.

Jika diperhatikan dengan saksama, Anda dapat mengenali elemen-elemen alam yang tersembunyi, seperti jejak angin, jalan tanah, aliran sungai, lapisan bebatuan, gumpalan awan... Namun, elemen-elemen ini bukan lagi gambar konkret, melainkan telah menjadi struktur. Dengan cara itu, Tran Le Nam menciptakan kembali dunia alami dengan pemikiran abstrak.
Pameran ini dibagi menjadi dua bagian yang kontras, dengan lukisan dari fase "mengambil" dan lukisan dari fase "tumpang tindih". Saat seseorang berjalan menyusuri ruang-ruang tersebut, ia seolah bergerak dari terang ke gelap, dari terang ke berat, dari kosong ke padat. Kontras ini tidak dimaksudkan untuk menciptakan drama, melainkan untuk mengungkap siklus alami penciptaan, dari penyederhanaan ke akumulasi, dari ketiadaan ke kepenuhan.
Pameran ini menandai tonggak sejarah pribadi dan sekaligus membuka banyak pemikiran bagi seni kontemporer Vietnam. Dalam konteks di mana seni didominasi oleh pasar dan tren "memudahkan penjualan", jarang sekali seniman berusia enam puluhan yang terus-menerus mengikuti jalur abstraksi.
Pelukis Tran Le Nam bekerja dengan tenang, mempelajari, menjelaskan, dan bereksplorasi sendiri. Dari perspektif itu, "Going from the inside out" menunjukkan bahwa seni harus menjadi perjalanan hidup dengan pikiran, emosi, dan kesendirian yang kreatif. Baginya, melukis bukan sekadar profesi, melainkan cara hidup.
Sumber: https://nhandan.vn/the-gioi-truu-tuong-trong-trien-lam-di-tu-trong-ra-cua-hoa-si-tran-le-nam-post913337.html
Komentar (0)