Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) periode 2021-2023, rata-rata pendapatan tahunan rumah tangga usaha berkisar antara 300-500 juta VND. Perlu diketahui, terdapat kelompok rumah tangga usaha yang bergerak di bidang makanan dan minuman, ritel, dan manufaktur skala kecil yang mampu mencapai pendapatan lebih dari 1 miliar VND/tahun. Menurut data terbaru dari Kementerian Pajak, saat ini terdapat sekitar 37.000 rumah tangga usaha dengan pendapatan lebih dari 1 miliar VND/tahun—kelompok usaha yang berpotensi menjadi usaha kecil.
Pada sesi tanya jawab di Sidang ke-9 Majelis Nasional ke-15, Menteri Keuangan Nguyen Van Thang mengemukakan tiga alasan utama mengapa rumah tangga bisnis enggan bertransformasi menjadi badan usaha. Pertama, biaya kepatuhan hukum antara rumah tangga dan badan usaha masih tinggi. Kedua, rumah tangga bisnis belum sepenuhnya memahami peraturan perundang-undangan dan belum familiar dengan manajemen akuntansi. Ketiga, rumah tangga bisnis dikenakan pajak lump sum dan sistem akuntansi, faktur, dan voucher yang lebih sederhana dibandingkan badan usaha.
Melihat situasi ini dari perspektif spesifik, beberapa ahli berpendapat bahwa mayoritas rumah tangga bisnis tidak ingin beralih menjadi badan usaha karena badan usaha saat ini membayar pajak yang lebih tinggi daripada rumah tangga bisnis. Faktor lainnya adalah modal. Rumah tangga bisnis hanya membutuhkan modal yang kecil, sementara badan usaha membutuhkan modal investasi yang besar. Biaya untuk personel, peralatan, pabrik, dan lini produksi tentu saja akan jauh lebih besar. Selain itu, terdapat pula alasan yang sangat penting, yaitu kapasitas produksi, keuangan, solusi, dan orientasi bisnis rumah tangga bisnis masih sangat terbatas, dan kebijakan dukungan negara belum benar-benar efektif.
Untuk mengatasi situasi ini, Menteri Nguyen Van Thang menyampaikan bahwa Kementerian Keuangan telah mengidentifikasi solusi-solusi utama, seperti peninjauan dan penyempurnaan kerangka hukum bagi rumah tangga bisnis, penyempitan kesenjangan dalam organisasi manajemen dan rezim keuangan dengan badan usaha. Penyempurnaan regulasi dan peningkatan infrastruktur teknis untuk menerapkan penghapusan pajak lump-sum mulai 1 Januari 2026, sehingga kegiatan rumah tangga bisnis menjadi transparan. Penerapan kebijakan untuk mendukung rumah tangga bisnis dalam transformasi, seperti pembebasan pajak penghasilan badan usaha selama 3 tahun pertama, penghapusan biaya perizinan usaha, penyediaan platform digital gratis dan perangkat lunak akuntansi bersama. Penguatan propaganda, peningkatan kesadaran, dan kapasitas manajemen agar rumah tangga bisnis dapat bertransformasi dan berkembang secara berkelanjutan sesuai model perusahaan dengan percaya diri.
Solusi-solusi di atas memang diperlukan. Namun, menurut seorang pakar, untuk mendorong transformasi rumah tangga bisnis menjadi badan usaha, hal terpenting adalah menyederhanakan proses dan prosedur. Model tata kelola perusahaan sebaiknya tidak diterapkan karena tidak tepat, aparaturnya akan rumit dan mahal. Khususnya, perlu dilakukan revolusi pemikiran agar rumah tangga bisnis dapat melihat dan memahami peran serta tanggung jawab mereka dalam pembangunan negara secara keseluruhan, serta tren transformasi yang tak terelakkan untuk memperluas skala produksi dan pasar. Pada saat yang sama, pertimbangkan untuk menjadi badan usaha sebagai penegasan nilai, merek, dan reputasi mereka.
Resolusi 68 tentang pengembangan ekonomi swasta menetapkan target penambahan 1 juta badan usaha pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan ini, selain solusi makro, kebijakan untuk mendukung rumah tangga usaha untuk bertransformasi menjadi badan usaha perlu dirancang secara sinkron, stabil, praktis, dan efektif. Hal ini dilakukan agar rumah tangga usaha pasca-transformasi dapat berkembang secara berkelanjutan dan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan sesuai kaidah pasar.
Sumber: https://daibieunhandan.vn/thiet-ke-chinh-sach-dong-bo-on-dinh-hieu-qua-10389948.html
Komentar (0)