Bagi masyarakat Ede dan M'nong di Dataran Tinggi Tengah, brokat adalah "memoar" yang terbuat dari serat. Sejak zaman dahulu, brokat telah dikaitkan erat dengan kehidupan: ia merupakan pakaian yang tak terpisahkan dalam upacara pernikahan, pakaian sakral dalam perayaan adat, dan bagian tak terpisahkan dari kepercayaan.
![]() |
| Sebuah stan kecil yang menampilkan budaya Dataran Tinggi Tengah di acara "Menampilkan desa-desa kerajinan dari tiga ibu kota" Thang Long - Hue - Hoa Lu dan provinsi-provinsi Dataran Tinggi Tengah. |
Setiap pola dan warna pada kain tidaklah acak, melainkan membawa kisah, sebuah gagasan filosofis tersendiri. Hitam pekat melambangkan tanah, stabilitas; merah cerah bagaikan matahari dan api; kuning melambangkan herba, pertumbuhan; dan putih bersih melambangkan kesucian manusia dan pegunungan.
Bagi masyarakat Dataran Tinggi Tengah, kain bukan sekadar untuk dikenakan. Kain merupakan rekaman serat alam, manusia, pandangan dunia , dan nilai-nilai spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. "Brokat tradisional sangat diperlukan dalam perayaan seperti pernikahan dan upacara keagamaan. Setiap helai kain ditenun oleh jiwa seorang wanita," ujar Ibu H'Kim Hoa Bya, seorang perajin dari Dak Lak, dengan nada bangga namun juga khawatir.
Untuk membuat brokat tradisional yang utuh, perajin harus menghabiskan 10-15 hari, bahkan sebulan penuh untuk produk yang besar dan rumit. Menenun membutuhkan kesabaran, ketangkasan, dan kecintaan yang mendalam terhadap profesi ini. Peralatannya sederhana, hanya alat tenun dan rangka benang yang sederhana, tetapi yang mengkhawatirkan adalah jumlah penenun semakin berkurang. "Saat ini, kebanyakan nenek-nenek, ibu-ibu, dan lansia yang masih menekuni profesi ini, tetapi kaum muda kurang terdidik," ujarnya, matanya sedikit sayu sementara tangannya masih menggerakkan shuttlecock dengan cepat.
![]() |
| Di balik setiap produk terdapat proses pembuatan tangan yang sangat teliti oleh para perajin. |
Di tengah persaingan ketat gelombang industrialisasi, produk tekstil industri yang murah, cepat, dan beragam telah membuat produk brokat buatan tangan menghadapi kesulitan. Oleh karena itu, membawa kerajinan ini ke Hanoi untuk demonstrasi memiliki makna yang sangat penting, baik sebagai kesempatan untuk mempromosikan keindahan budaya maupun sebagai upaya untuk membangkitkan kebanggaan nasional generasi muda.
Acara “Three Capitals Craft Villages” bukan hanya ajang pameran, tetapi juga “titik sentuh” untuk menyadarkan generasi muda: Setiap helai kain, setiap jahitan bukan hanya produk buatan tangan, tetapi juga bagian dari jiwa pegunungan dan hutan, warisan berharga yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
![]() |
| Benang sutra dalam tenun brokat. |
Ibu Ha Hong Hanh (25 tahun, Hanoi) berbagi: “Saya sangat terkesan dengan keragaman dan kombinasi warna brokat Dataran Tinggi Tengah. Setiap produk merupakan karya tangan yang membutuhkan keterampilan dan waktu yang lama. Saya berharap melalui acara ini, lebih banyak orang akan mengenal dan mendukung produk-produk masyarakat dataran tinggi, memberi mereka motivasi lebih untuk melestarikan profesi mereka, sekaligus mempromosikan ciri khas budaya unik ini kepada teman-teman internasional.”
Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan, brokat Dataran Tinggi Tengah di peninggalan nasional khusus Van Mieu - Quoc Tu Giam bagaikan pengingat yang lembut namun mendalam akan asal-usul budaya nasional. Benang, jarum, dan warnanya tak hanya menghubungkan masa lalu dengan masa kini, tetapi juga menyampaikan hasrat untuk melestarikan identitas dalam arus integrasi.
Sumber: https://www.qdnd.vn/van-hoa/doi-song/tho-cam-tay-nguyen-toa-sang-giua-long-thu-do-1011173









Komentar (0)