Di usia yang jarang terlihat, Ibu Mai tetap berdedikasi membuat kertas beras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terlepas dari kesulitan yang ada, ia dan putrinya selalu siap menerima dan merawat bayi-bayi terlantar, memahami bahwa setiap kehidupan adalah keajaiban dan bahwa belas kasih adalah tangan yang mendukung keajaiban itu. Ia memberi anak-anak ini kesempatan untuk hidup dan dicintai.
Seperti yang pernah dikatakan oleh dokter Prancis Albert Schweitzer, "Kasih sayang, dalam arti terdalamnya, adalah penghormatan dan pelestarian kehidupan." Ibu Mai bertindak sesuai dengan pepatah itu dengan tulus, dengan hati yang penuh kasih sayang, untuk mencapai hal-hal yang tampaknya di luar kemampuannya.
Semuanya berawal dari sebuah keberuntungan...
Keluarganya tinggal di sebuah rumah kecil yang reyot, penuh dengan bekas-bekas waktu, dan memperoleh penghasilan pas-pasan dari pembuatan kertas beras. Selain kerajinan tradisional ini, keadaan hidupnya tidak memungkinkan dia untuk mengejar hal yang lebih berarti.
Pada tahun 2013, Ibu Dung, putri Ibu Mai, kebetulan melihat bayi laki-laki yang baru lahir di rumah sakit saat sedang mengurus dokumen untuk seorang kerabat. Merasa simpati sekaligus bingung, ia menghubungi keluarganya untuk meminta nasihat. Setelah ragu-ragu, keluarga tersebut setuju untuk mengadopsi anak itu. Dan begitulah, rumah kecil Ibu Mai dipenuhi dengan tangisan bayi yang baru lahir. Sebuah kehidupan kecil terlindungi dalam pelukan penuh kasih sayang Ibu Mai dan putrinya. Meskipun usianya sudah lanjut, Ibu Mai dan putrinya tetap tekun merawat bayi tersebut, memberikan susu dan makanan.



Ibu Mai dan kedua anaknya sedang dirawat oleh kuil tersebut.
FOTO: DISEDIAKAN OLEH PENULIS
Perjalanan cinta
Setiap hari, dia mulai bekerja saat fajar. Saat ayam jantan berkokok pertama kali menandai dimulainya hari baru, dia menyalakan api, menggiling tepung, dan menyiapkan semuanya. untuk pekerjaannya membuat pancake.
Ia mengerjakan pekerjaannya, sesekali melirik anak itu. Di sore hari, ia akan mengunjungi rumah-rumah dengan bayi baru lahir untuk meminta susu tambahan untuk cucunya. Hari demi hari, hidupnya terjalin dengan tangisan dan tawa anak-anak kecil.
Perjalanan seorang anak tumbuh besar, belajar berbicara, tertawa, lalu berjalan dan berlari. Ketika tiba waktunya sekolah, Ibu Mai menabung setiap sen untuk membeli tas sekolah dan buku catatan untuk cucunya. Ia mengantar dan menjemput cucunya dari sekolah, mengajarkan sopan santun, dan memanggilnya "nenek," memperlakukan anak itu seolah-olah ia adalah darah dagingnya sendiri. Gerak-geriknya, tatapannya, senyumnya selalu memancarkan cinta yang tak terbatas. Cinta itu hanya bisa berasal dari kasih sayang!
Kemudian, karena menginginkan cucunya memiliki kesempatan pendidikan yang lebih baik, Ny. Mai mengirimnya untuk tinggal di sebuah kuil. Hatinya sakit karena rindu dan sedih harus berpisah dengan cucunya, tetapi ia menekan perasaannya, memahami bahwa ini adalah satu-satunya cara agar cucunya memiliki masa depan yang cerah, menerima pendidikan, dan tumbuh seperti anak-anak lainnya.
Perjalanan cinta Ibu Mai dan putrinya tidak berakhir di situ. Pada tahun 2025, berkat dukungan dari kuil, Ibu Mai dan putrinya melanjutkan program adopsi anak-anak terlantar yang ditinggalkan di gerbang kuil. Semua yang dilakukannya hanyalah untuk memberi anak-anak kurang beruntung ini kesempatan untuk melihat sinar matahari.
Bahkan di usia senjanya, ia tanpa lelah menabur benih kasih sayang, agar masyarakat memiliki warga negara lain yang dapat menerima pendidikan, tumbuh dewasa, dan bekerja seperti orang normal lainnya.
Presiden Ho Chi Minh pernah mengajarkan: "Jika sesuatu bermanfaat bagi rakyat dan negara, sekecil apa pun, kita harus berusaha melakukannya." Ibu Mai telah melakukan hal itu.
Meskipun menghadapi banyak kesulitan dalam hidup, ia tetap mempertahankan semangat optimis dan hati yang hangat serta penuh kasih sayang. Ia adalah bukti bahwa setiap manusia berhak untuk hidup dan dicintai. Tindakan kebaikannya tidak hanya memberi orang kesempatan untuk melihat cahaya, tetapi juga menyebarkan inspirasi. Nilai-nilai humanistik yang mendalam meluas hingga ke masyarakat.
Teruslah membuka tanganmu lebar-lebar, berikan kasih sayang, dan kamu akan melihat keajaiban yang dapat dilakukan oleh belas kasih dalam mengubah takdir dan menyalakan secercah harapan untuk kehidupan yang lebih bahagia.

Sumber: https://thanhnien.vn/tiep-noi-su-song-cua-nhung-dua-be-bi-bo-roi-185251029085443224.htm






Komentar (0)