Apabila memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat 1 Surat Edaran Nomor 111/2023/TT-BTC dan Pasal 105, 106, dan 107 Undang-Undang tentang Perkawinan dan Keluarga, Wajib Pajak yang memberikan tunjangan kepada paman dan bibi berhak memperoleh pengurangan untuk tanggungan.
Ibu Diem Huong di Ben Tre memiliki seorang paman (yang telah melewati usia pensiun) dan istrinya (bibinya juga telah melewati usia pensiun) yang tidak memiliki pensiun. Pasangan ini tidak memiliki anak, sehingga mereka masih menerima tunjangan bulanan dari Ibu Huong.
Ibu Huong ingin tahu apakah ia bisa mendaftarkan paman dan bibinya sebagai tanggungan untuk mendapatkan potongan pajak keluarga saat menghitung pajak penghasilan pribadinya. Jika ya, bagaimana prosedurnya?

Terkait kasus Ibu Huong, otoritas pajak memberikan panduan sesuai prinsip-prinsip berikut:
Wajib pajak dapat mendaftar pengurangan pajak keluarga bagi tanggungan yang berstatus paman/bibi apabila memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Pasal 9 Surat Edaran Nomor 111/2013/TT-BTC dan Pasal 106 dan 107 Undang-Undang tentang Perkawinan dan Keluarga.
Sesuai dengan Pasal 9 Ayat (1) huruf d Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 111/2013/TT-BTC tentang Ketentuan Pelaksanaan Undang-Undang Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh Orang Pribadi), yaitu Undang-Undang yang mengubah dan melengkapi beberapa pasal dalam Undang-Undang PPh Orang Pribadi, tanggungan yang berhak mendapatkan pengurangan pajak penghasilan keluarga adalah: "orang lain yang tidak memiliki nafkah yang ditanggung langsung oleh wajib pajak", termasuk paman dari pihak ayah.
Tanggungan yang berada di luar usia kerja tidak boleh mempunyai penghasilan atau mempunyai penghasilan rata-rata per bulan dalam setahun dari semua sumber penghasilan tidak melebihi 1 juta VND.
Terkait dengan dokumen dan tata cara pembuktian tanggungan , perlu memperhatikan ketentuan Pasal 1 Surat Edaran Kementerian Keuangan Nomor 79/2022/TT-BTC tanggal 30 Desember 2022 tentang Perubahan dan Penambahan Sejumlah Dokumen Hukum yang Diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.
Secara spesifik, dokumen yang diperlukan antara lain : fotokopi kartu tanda penduduk atau kartu tanda penduduk, atau akta kelahiran tanggungan; dokumen hukum untuk menentukan tanggung jawab membesarkan anak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dokumen hukum dapat berupa dokumen hukum apa pun yang menunjukkan hubungan wajib pajak dengan tanggungan, misalnya: fotokopi dokumen yang menyatakan kewajiban memberi nafkah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan (jika ada); fotokopi surat keterangan domisili atau surat keterangan nomor induk kependudukan dan informasi dalam Basis Data Kependudukan Nasional atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi kepolisian); surat pernyataan wajib pajak sesuai formulir yang dikeluarkan berdasarkan Surat Edaran No. 80/2021/TT-BTC dengan konfirmasi dari Pemerintah Daerah tempat tinggal wajib pajak, yang menyatakan bahwa tanggungan tersebut tinggal bersamanya; surat pernyataan wajib pajak sesuai formulir yang dikeluarkan berdasarkan Surat Edaran No. 80/2021/TT-BTC dengan konfirmasi dari Pemerintah Daerah tempat tinggal tanggungan, yang menyatakan bahwa tanggungan tersebut saat ini berdomisili di daerah tersebut dan tidak mempunyai siapa pun yang memberi nafkah kepadanya...
Dalam hal tanggungan sudah cukup umur untuk bekerja , maka selain dokumen-dokumen di atas, dokumen pendukungnya harus disertai dengan dokumen-dokumen lain yang membuktikan bahwa tanggungan tidak mampu bekerja, seperti fotokopi surat keterangan tidak mampu bekerja sesuai dengan Undang-Undang Penyandang Disabilitas bagi penyandang disabilitas berat yang tidak mampu bekerja; fotokopi rekam medis bagi penyandang penyakit yang menyebabkan tidak mampu bekerja (AIDS, kanker, gagal ginjal kronik, dan lain-lain).
Pasal 106 Undang-Undang tentang Perkawinan dan Keluarga menentukan: Bibi, paman, paman dari pihak ayah, keponakan laki-laki dan perempuan, mempunyai hak dan kewajiban untuk saling mengasihi, memelihara, dan menolong; mempunyai hak dan kewajiban untuk saling mengasuh, dalam hal yang berhak mengasuh tidak mempunyai ayah, ibu, anak, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau saudara kandung lagi, atau masih mempunyai tetapi tidak memenuhi syarat untuk memenuhi kewajiban mengasuh. Pasal 107 Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga menyatakan: “Kewajiban nafkah dilaksanakan antara ayah, ibu, dan anak-anak; antara saudara laki-laki dan saudara perempuan; antara kakek, nenek, dan cucu; antara paman, bibi, dan keponakan. Kewajiban nafkah tidak dapat digantikan dengan kewajiban lain dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain.” |
[iklan_2]
Sumber: https://vietnamnet.vn/tro-cap-hang-thang-cho-chu-thim-co-duoc-tinh-giam-tru-gia-canh-nguoi-phu-thuoc-2372571.html






Komentar (0)