Setelah melalui berbagai penundaan, Kementerian Kesehatan baru saja menerbitkan Surat Edaran No. 26/2025/TT-BYT yang mengatur resep dan peresepan obat-obatan serta produk biologi untuk rawat jalan di fasilitas pemeriksaan dan perawatan kesehatan. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan telah "menetapkan" batas waktu penerapan resep elektronik bagi fasilitas pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang berbentuk rumah sakit sebelum 1 Oktober; seluruh fasilitas pemeriksaan dan perawatan kesehatan lainnya juga wajib menerapkannya mulai 1 Januari 2026.
Resep elektronik dipahami dibuat, ditampilkan, ditandatangani, dibagikan, dan disimpan secara elektronik, dengan nilai hukum yang sama dengan resep kertas.
Resep elektronik merupakan bagian dari rekam medis elektronik. Banyak rumah sakit masih meresepkan obat dengan tulisan tangan, dan tulisan tangan banyak dokter masih "membingungkan" pasien. Beberapa rumah sakit bahkan telah menerapkan rekam medis elektronik, tetapi masih menggunakan rekam medis kertas secara paralel, dan meresepkan obat rawat jalan dengan rekam medis tulisan tangan.

Sesuai peraturan Kementerian Kesehatan , mulai 1 Juli, fasilitas pemeriksaan dan perawatan medis bertanggung jawab mengirimkan resep elektronik ke Sistem Resep Nasional segera setelah menyelesaikan proses pemeriksaan dan perawatan untuk pasien rawat jalan atau rawat inap.
Menurut Bapak Vuong Anh Duong, Wakil Direktur Departemen Manajemen Pemeriksaan dan Perawatan Medis (Kementerian Kesehatan), penerapan resep elektronik akan menghubungkan sistem resep dan penjualan obat. Pasien yang membeli obat akan dikontrol berdasarkan resep yang ada di sistem. Resep mana yang dijual ke mana, obat mana yang dijual berbeda dari resep—semuanya dapat dilacak. Ini merupakan langkah maju yang besar dalam pengendalian penjualan obat tanpa resep, terutama antibiotik.
Interkoneksi antara Sistem Resep Elektronik dan Sistem Administrasi Obat Nasional merupakan salah satu solusi kunci untuk meningkatkan efektivitas pemantauan penggunaan obat. Ketika semua resep diperbarui secara sinkron, badan pengelola dapat segera mendeteksi dan menangani penyalahgunaan obat, kesalahan resep, atau penjualan obat tanpa resep.
Bagi masyarakat, penggunaan kode QR pada resep elektronik memudahkan pencarian informasi tentang obat, dosis, petunjuk penggunaan, dan riwayat pengobatan. Ini merupakan alat yang bermanfaat, membantu pasien memantau penggunaan obat mereka secara proaktif, sehingga berkontribusi pada peningkatan transparansi dan keamanan dalam penggunaan obat.
Sumber: https://cand.com.vn/y-te/truoc-thang-10-cac-benh-vien-phai-ke-don-thuoc-dien-tu-i773829/






Komentar (0)