Hanya untuk pria
Mie ramen terdiri dari mie gandum, kaldu biasanya terbuat dari tulang babi, ayam atau ikan, dan disajikan dengan bahan-bahan seperti irisan tipis daging babi (char siu), rumput laut kering (nori), acar rebung (menma) dan daun bawang.

Peserta Festival Ramen Girls menikmati mi pada acara pembukaan tahun 2015. Foto: Nikkei
Namun, di Jepang, ramen secara tradisional merupakan hidangan yang didominasi laki-laki. Secara tradisional, laki-lakilah yang terlihat mengunjungi restoran ramen, bukan perempuan.
Pada tahun 1960-an, ketika ramen menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat, hidangan populer ini dianggap sebagai hak istimewa kaum pria, terutama di kalangan pria. Kebanyakan pria pergi ke kedai ramen sendirian dan tidak berbicara dengan siapa pun.
Namun, hal itu kini berubah seiring munculnya tren baru yang disebut “gadis ramen”.
Salah satu tren global tahun 2023 adalah maraknya "girls' ramen dinners". Tren ini telah ada sejak tahun 2015, ketika Festival Ramen pertama kali diadakan, ketika para gadis Jepang mulai menikmati ramen di restoran.
Dipandu oleh Satoko Morimoto, seorang blogger populer yang menulis tentang kecintaannya terhadap ramen dan mengaku menghabiskan 600 mangkuk setiap tahunnya, Morimoto mengajak para wanita muda Jepang untuk mencoba restoran ramen terbaik di tengah pelanggan yang sebagian besar adalah laki-laki demi menikmati semangkuk ramen yang mengepul.
Di Ramen Girls Festival (RGF), para koki pria dan wanita menyajikan semangkuk mi lezat untuk para wanita pencinta ramen. RGF digabung dengan Ramen Expo tahunan selama pandemi COVID-19 dan festival ini akan dihidupkan kembali sebagai acara terpisah pada tahun 2024.
"Gadis Ramen" di Jepang
Apa yang membedakan ramen wanita dengan ramen pria tradisional? Pertama, restoran ramen harus memahami dan memenuhi kebutuhan wanita. Restoran harus lapang, higienis, dengan toilet bersih, meja kayu, dan sistem musik jazz.
Koki juga harus menyesuaikan cita rasa hidangan mereka agar sesuai dengan selera perempuan. Misalnya, kaldu harus lebih ramah bagi sistem pencernaan perempuan dibandingkan kaldu tradisional untuk pria, dan mi harus bebas gluten. Daging dan sayuran juga harus berasal dari pertanian organik, dan porsinya harus lebih kecil daripada porsi tradisional untuk membantu perempuan menghindari makan berlebihan.
Dengan begitu, pelanggan wanita akan merasa diterima. Dalam budaya ramen tradisional, pria bebas menyeruput kuahnya dan bersuara sesuka hati, tetapi wanita memiliki aturan yang berbeda dan lebih ketat, yang lebih dari sekadar memperhatikan rasa.
Selama beberapa dekade, setiap aspek ramen telah ditujukan untuk pria, mulai dari kuahnya, yang seringkali mengandung lemak babi, organ babi, dan sedikit MSG, hingga ukuran mangkuknya, yang dirancang agar pas untuk tangan pria. Kuahnya cenderung sangat panas, seperti yang disukai pria Jepang, memastikan uap panas keluar dari mangkuk dan terasa kaya dan panas. Namun, menyajikan semangkuk ramen seperti itu kepada wanita akan memengaruhi penampilan mereka.
Atau bumbu dapur untuk mie seperti bawang putih, sangat cocok bagi kaum pria yang sangat menggemari bumbu dapur ini namun kaum wanita kurang menyukai bau bawang putih karena setelah makan harus kembali ke kantor dan tidak ingin baunya.
Jadi dulu, ketika wanita ingin menyantap ramen, mereka bisa mampir ke supermarket dan membeli Cup Noodle -- salah satu penemuan terhebat yang pernah diciptakan Jepang, berkat Nissin Foods Corporation pada tahun 1971.
Berkat Cup Noodle dan berbagai macam mi instan dengan berbagai rasa yang dikemas dalam kemasan buatan sendiri, banyak generasi wanita Jepang mampu menyeruput dan melahapnya dalam privasi rumah mereka tanpa gangguan orang lain yang menonton mereka di restoran.
Varian mi lainnya, Cup Noodle Light, diluncurkan pada tahun 2008, ditujukan bagi perempuan urban yang sadar kesehatan dan ingin menikmati mi tanpa stigma kalori dan kenaikan berat badan. Cup Noodle versi asli mengandung 335 kalori, sementara Light hanya mengandung 198 kalori.
Tujuh tahun kemudian, Nissin meningkatkan hidangan tersebut dengan Cup Noodle Light Plus, yang juga menawarkan 198 kalori tetapi termasuk versi mewah seperti Ratatouille, Bagna Cauda, dan Lobster Bisque.
Kini, perempuan Jepang telah menjalin hubungan erat dengan ramen. Baik untuk kebutuhan menyantap mi di restoran maupun berburu mi instan favorit di rumah, semua ini disesuaikan dengan kebutuhan perempuan Jepang masa kini agar mereka dapat menikmatinya dengan nyaman.
Dan "gadis ramen" telah muncul sebagai tren dalam budaya ramen masa kini di Jepang.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)