Ikan gabus ditutup dengan jerami dan dibakar selama kurang lebih 15 menit dalam api besar - Foto: DANG TUYET
Setiap tahun, dari paruh kedua Maret hingga awal April, banyak ladang di wilayah Barat sedang memanen padi musim dingin-semi. Setelah panen padi, ladang-ladang dipenuhi jerami kering, siap digunakan untuk memanggang ikan gabus.
Dulu, saat ikan air tawar masih melimpah, para petani akan berkumpul di parit untuk menangkap ikan gabus dan memanggangnya tepat di tepi ladang.
Saat ini, jarang sekali menangkap ikan di sawah, tetapi penduduk desa saya masih ingat rasa ikan gabus bakar dengan jerami dan sering membeli ikan terlebih dahulu untuk berhemat. Begitu sawah dibabat dan jerami dijemur, mereka bergegas ke tanggul untuk membakar ikan.
Ikan gabus bakar di atas api besar dari jerami lalu di bakar di atas bara arang sekitar 10 menit - Foto: DANG TUYET
Ikan gabus bakar kulit pecah-pecah, aroma harum tercium di tengah ladang - Foto: DANG TUYET
Cuci bersih ikan gabus hingga bersih untuk membuang lendirnya, biarkan bagian kepala dan sisiknya utuh, lalu gunakan sepotong bambu muda sepanjang sekitar 50 cm untuk disisipkan dari mulut ke tengah perut ikan, sisakan sepotong bambu sepanjang sekitar satu jengkal tangan untuk ditancapkan ke dalam tanah.
Kemudian ikan ditutup dengan jerami kering dan dibakar selama kurang lebih 15 menit, kemudian arang jerami didiamkan selama kurang lebih 10 menit, kemudian debu hitam dikikis dan ikan siap dimakan.
Ikan gabus bakar disajikan dengan sayuran mentah - Foto: DANG TUYET
Ketika lapisan abu jerami perlahan terbakar, ikan gabus bakar tersebut memiliki kulit yang pecah-pecah, menampakkan daging berwarna cokelat keemasan, dan menebar aroma yang lezat.
Para petani hanya membersihkan arang hitam dan menyantapnya selagi panas. Aroma ikan bakar yang bercampur dengan aroma jerami yang samar membuat hidangan pedesaan ini terasa begitu lezat.
Mungkin karena itulah setiap kali berkesempatan berkunjung ke negeri Barat, tamu dari jauh selalu dijamu dengan sajian sederhana berupa ikan gabus bakar dengan jerami oleh tuan rumah, yang selalu mereka kenang karena rasa cinta yang tak ternilai dan jiwa sederhana masyarakat pedesaan.
Tak perlu repot, suasana rumah langsung terasa.
Sumber: https://tuoitre.vn/ve-mien-tay-mua-lua-vua-cat-xong-chay-u-ra-bo-de-nuong-ca-loc-dong-20250330161745737.htm
Komentar (0)