Gelombang ini tidak hanya mencerminkan semakin menariknya Vietnam di peta pariwisata dunia , tetapi juga menunjukkan kemampuan komunitas pariwisata internasional untuk cepat menangkap tren dan dengan demikian membuka "peluang emas" bagi Vietnam untuk mempromosikan destinasinya.
“Panggilan” dari Pengalaman Nyata
Sejak Juni 2025, platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube dibanjiri video wisatawan asing yang memegang paspor, menyeret koper ke bandara, membenamkan diri di lanskap Vietnam, dengan tagar #VietnamIsCalling.
Video-video tersebut menarik jutaan penonton, bukan karena efek khusus atau iklan berbayar, tetapi karena kegembiraan dan emosi nyata para wisatawan saat datang ke negeri ini.
Tren ini dianggap sebagai versi modern dari pepatah legendaris “Gunung memanggil dan aku harus pergi”, tetapi dengan identitas Vietnam yang khas.
Sawah terasering di Sapa, perahu keranjang di tengah hutan kelapa di Hoi An, es kopi susu di trotoar Hanoi , atau pasar terapung di Barat… semuanya tergambar jelas melalui lensa mereka yang benar-benar telah “dipanggil” oleh Vietnam.
Tidak ada kampanye pemasaran yang seefektif emosi yang nyata. Yang membedakan "Vietnam is calling" adalah bahwa seruan tersebut tidak datang dari organisasi atau bisnis pariwisata, melainkan dari komunitas pariwisata itu sendiri.
Seorang vlogger perjalanan wanita asal Spanyol hanya perlu mengunggah klip pendek dirinya mengendarai sepeda motor melalui jalan-jalan Ha Giang untuk menarik 5 juta penayangan dan ribuan komentar yang mengatakan, "Saya berkemas sekarang!".
Blogger Kanada Jonathan Rowe, yang telah berkelana ke 42 negara, berseru: "Tak ada tempat yang begitu menyentuh hati saya selain Vietnam. Saya terpanggil – bukan oleh panggilan kemewahan, melainkan oleh kebaikan hati orang-orang."
Saham ini lebih berharga daripada ribuan menit iklan, karena menyampaikan keaslian, yang merupakan standar baru dalam pariwisata dunia.
Tren baru: Perjalanan adalah tindakan, bukan hanya mimpi
Perbedaan besar antara "Vietnam memanggil" dan kampanye media pariwisata sebelumnya adalah kampanye ini menginspirasi tindakan. Peserta tidak hanya mengunggah foto, tetapi juga memesan tiket, mengemas tas, dan menjelajah secara nyata. Tren daring telah meninggalkan dunia virtual dan menjadi arus pengunjung yang nyata.
Yang membuat wisatawan datang kembali adalah pengalaman yang meriah dan intim saat pergi ke pasar pagi bersama penduduk lokal, belajar membungkus banh chung di desa Utara, mendayung perahu di Sungai Ngo Dong, atau menyantap nasi pecah di jantung kota Saigon… bukan karena tempatnya jelek atau indah.
Mereka datang ke Vietnam bukan untuk "berkunjung" tetapi untuk menyentuh setiap irama kehidupan, merasakan esensi Vietnam melalui setiap hidangan, suara, dan penampilan.
Di balik ledakan slogan “Vietnam memanggil” terdapat pelajaran penting dalam komunikasi destinasi di era digital.
Tanpa anggaran jutaan dolar, Vietnam masih dapat "menarik perhatian" dunia jika tahu cara memelihara pengalaman autentik dan menciptakan kondisi bagi wisatawan untuk menceritakan kisah mereka sendiri.
Ini juga merupakan waktu yang tepat bagi industri pariwisata untuk menangkap tren ini, dengan menjadikan “Vietnam memanggil” sebagai kampanye nasional seperti yang dilakukan oleh “Amazing Thailand” atau “Incredible India”.
Sebab di balik debu tren tersebut terdapat sebuah peluang: peluang untuk memposisikan Vietnam sebagai destinasi budaya - kuliner - masyarakat, di mana pengalaman dikaitkan dengan kedalaman.
Kabar baiknya, banyak wisatawan internasional merasakan peningkatan kualitas layanan yang signifikan. Beberapa blogger perjalanan berbagi bahwa mereka "pasti akan kembali ke Vietnam karena semuanya lebih bersih, lebih ramah, dan harganya masih terjangkau".
Kuliner juga menjadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan. Roti, bihun babi panggang, sari tebu, sup manis tiga warna... muncul dalam serangkaian video yang ditonton jutaan kali, bukan hanya karena lezat, tetapi juga karena bercerita. Setiap hidangan merupakan program pengalaman budaya, sebuah "tiket masuk" untuk mempelajari lebih lanjut tentang negeri ini.
Selain alamnya yang indah, budayanya yang unik, dan warisan budayanya yang unik, Vietnam juga menarik wisatawan berkat produk-produk barunya seperti: wisata pertanian, kesehatan, olahraga petualangan, kereta wisata, wisata golf, dan lain-lain. Destinasi yang dinamis, beragam, dan aman menjadi alasan mengapa Vietnam menonjol di peta pariwisata pasca-Covid-19.
Hal terbaik tentang "Vietnam is calling" adalah siapa pun bisa bergabung. Tak perlu jadi blogger perjalanan profesional, tak perlu peralatan mahal, cukup kecintaan pada Vietnam dan sedikit antusiasme akan keindahannya.
Perjalanan ini bukan sekadar untuk industri pariwisata, tetapi merupakan "panggilan" seluruh bangsa yang ramah dan bersahabat, yang ingin menceritakan kepada dunia sebuah kisah tentang dirinya, sebuah kisah dengan alam yang agung, hati yang hangat, identitas, dan aspirasi untuk bangkit.
“Vietnam memanggil” merupakan indikasi bahwa pariwisata Vietnam berada di jalur yang tepat: Berkembang dari dalam, berdasarkan pengalaman nyata, terhubung secara emosional, dan memanfaatkan kekuatan komunitas.
Sumber: https://baovanhoa.vn/du-lich/vietnam-is-calling-van-gay-sot-voi-khach-du-lich-quoc-te-158776.html






Komentar (0)