Bapak K'Sèn, warga Desa 3, Kelurahan Tan Thuong, mengajak tamu mengunjungi kebun durian keluarganya yang siap panen. Ia bercerita bahwa sejak generasi orang tua dan kakek-neneknya, ia telah tinggal di lahan dekat Sungai Dong Nai ini. Dahulu, masyarakat Tan Thuong hidup susah, menanam padi gogo, singkong, cabai, dan sebagainya. Ketika musim panen tiba, banyak keluarga terpaksa tidak makan.
Kemudian, masyarakat Tan Thuong berkenalan dengan pohon kopi. Buah kopi merah yang matang membantu masyarakat Tan Thuong keluar dari kemiskinan. Namun, harga bahan pertanian dan pestisida meningkat, harga menjadi tidak stabil, dan biji kopi tidak membantu masyarakat Tan Thuong menjadi kaya. Hingga, Tuan K'Sèn dengan berani menanam pohon durian.

Tuan K'Sèn di samping kebun durian yang siap panen
"Saya adalah rumah tangga pertama di Desa 3 yang menanam pohon durian. Itu terjadi pada tahun 2007-2008, ketika hanya beberapa rumah tangga di Kinh yang tinggal di area waduk hidroelektrik mulai menanam durian. Saat itu, penduduk desa sangat penasaran karena saya berani menanam durian di kebun kopi," kenang Bapak K'Sèn.
Belajar dari kebun durian penduduk desa dan komune, Bapak K'Sèn menanam hampir 500 pohon durian Thailand. Beliau juga bercerita bahwa saat itu keluarganya masih sangat miskin. Oleh karena itu, alih-alih menanam durian murni, beliau menanamnya secara tumpang sari di kebun kopinya, merawat durian selama masa konstruksi dan merawat pohon kopi agar mendapatkan penghasilan tahunan yang dapat membiayai hidup keluarganya.
“Kesulitan menanam pohon durian adalah investasinya yang sangat besar. Ketika pohonnya masih muda, keluarga saya mengalami masa-masa sulit. Baru setelah pohonnya berumur 4-5 tahun dan mulai berbuah, keluarga saya merasa aman. Meskipun saat itu durian belum bisa diekspor, harganya hanya 30-35 ribu VND/kg, keluarga saya sangat senang karena pasar durian sangat besar, mudah dijual, dan pendapatannya juga lebih tinggi daripada kopi,” kenang Bapak K'Sèn.
Sejak awal ketika harga buah masih rendah, keluarganya tekun merawat kebun durian sesuai teknik yang diajarkan. Tak mengecewakan banyak orang, pohon-pohon itu tumbuh subur, menghasilkan buah yang harum, manis, dan berkulit tipis. Pada panen durian tahun 2024, keluarga Pak K'Sèn memperkirakan akan memanen 30 ton durian untuk ekspor.
Bapak K'Sèn sangat bangga keluarganya menanam durian sesuai standar VietGAP, dan telah berhasil mendaftarkan serta membangun kode untuk menanam dan mengekspor durian segar ke pasar Tiongkok. Beliau juga mengatakan bahwa harga durian keluarganya sekitar 80.000 VND/kg, angka yang cukup signifikan bagi warga Tan Thuong.
Bapak K'Sèn mengakui bahwa tidak mudah bagi masyarakat Tan Thuong untuk mendekati pohon durian. Karena pohon durian harus ditanam selama lima tahun sebelum berbuah. Sementara itu, investasi untuk pohon durian sangat besar, sehingga tidak semua keluarga mampu untuk menanamnya. Berdasarkan pengalaman pribadi, Bapak K'Sèn menyarankan agar masyarakat menanam durian di kebun kopi, mengambil manfaat jangka pendek untuk mendukung jangka panjang, sehingga membantu mereka tetap memiliki penghasilan sambil menunggu durian dipanen.
Menanam durian di kebun kopi juga memiliki banyak kesulitan. Pohon kopi membuat tanah lembap dan tidak berangin, sehingga rentan terhadap penyakit seperti busuk akar dan antraknosa. "Namun, jika Anda merawatnya dengan baik dan mengelola hama dengan baik, keluarga Anda tetap bisa memanen durian dan kopi. Misalnya, pada panen kopi tahun 2023, keluarga saya memanen 6 ton biji kopi, dan menjualnya seharga 90.000 VND/kg, pendapatan yang tidak sedikit," - Bapak K'Sèn menyemangati warga.
Bapak K'Sèn juga berkomentar bahwa meskipun kopi tumbuh di bawah naungan pohon durian, tanaman ini tetap tumbuh subur karena kopi menyukai cahaya yang menyebar. Selama kebun dipantau secara ketat, pencegahan penyakit dilakukan dengan baik, serta pemberian pupuk organik dan jamur Trichoderma, pohon kopi akan tetap menghasilkan buah yang baik.
Bapak K'Duc, seorang penyuluh pertanian di Kelurahan Tan Thuong, Kecamatan Di Linh, mengatakan bahwa Bapak K'Sèn adalah petani etnis minoritas pertama di Kelurahan Tan Thuong yang menanam durian. Ketika Bapak K'Sèn beralih ke jenis pohon baru, warga desa dan kelurahan sangat penasaran. Berkat keberhasilan keluarga Bapak K'Sèn dan petani lainnya, warga menanam durian, yang mendorong perubahan pola tanam warga Tan Thuong.
Bapak K'Sèn juga seorang petani yang antusias, bersedia berbagi, membimbing, dan berbagi pengalaman dalam menanam durian dengan warga desa dan komune. Dengan sekitar 95% penduduknya merupakan etnis minoritas, yang 87% di antaranya merupakan etnis minoritas pribumi, keberanian dan kesuksesan keluarga Bapak K'Sèn telah memberikan motivasi besar bagi masyarakat untuk beralih dari kopi ke durian. Berkat perubahan Bapak K'Sèn dan pembelajaran warga, pohon durian semakin berkembang dan berakar di tanah Tan Thuong, membawa kemakmuran bagi tanah terpencil di sepanjang Sungai Dong Nai.






Komentar (0)