GĐXH - Kata-kata yang tidak dipikirkan dengan matang tidak hanya menyakiti orang lain tetapi juga menciptakan hambatan yang mempersulit orang dengan EQ rendah untuk membangun hubungan yang sehat dan mendalam.
Dalam dunia hubungan sosial yang kompleks, EQ (atau kecerdasan emosional), memainkan peran penting dalam membangun dan memelihara hubungan antarmanusia.
EQ yang tinggi tidak hanya membantu kita memahami dan berempati dengan emosi orang lain, tetapi juga memungkinkan kita untuk menanggapi berbagai situasi sosial dengan sensitif dan tepat.
Sebaliknya, orang dengan EQ rendah sering kali mengalami kesulitan dalam mengenali dan mengelola emosinya sendiri, serta tidak mampu memahami emosi orang lain dengan jelas, sehingga menimbulkan reaksi yang tidak bijaksana dan terkadang menyakiti orang lain.
Salah satu tanda paling jelas dari rendahnya EQ adalah kurangnya empati. Foto ilustrasi
1. "Aku tidak peduli dengan perasaanmu"
Salah satu tanda paling jelas dari rendahnya EQ adalah kurangnya empati.
Saat seseorang mengekspresikan emosinya, entah itu kegembiraan atau kesedihan, mengabaikannya atau bahkan langsung mengatakan "Aku tidak peduli" menunjukkan ketidakmampuanmu memahami emosi orang lain.
Dalam kehidupan, terlepas dari apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan perasaan seseorang, Anda perlu menghormatinya dan menunjukkan sedikit perhatian.
Alih-alih menutup mata terhadap perasaan pasangan Anda, cobalah katakan, "Aku mengerti perasaanmu. Bisakah kita bekerja sama untuk mencari solusi?" atau cukup, "Aku turut prihatin mendengarnya."
Sedikit perhatian dapat membuat perbedaan besar dalam hubungan antarmanusia.
2. "Kamu tidak rasional"
Tidak seperti orang yang pandai menerima emosi orang lain, orang dengan EQ rendah tidak pernah memiliki pikiran simpatik.
Mereka menggeneralisasi orang lain sebagai orang aneh, menolak berbagi dan menyebabkan banyak hubungan menjadi mandek.
Menurut psikolog, gunakan frasa "Saya tidak mengerti mengapa Anda merasa seperti itu, bisakah Anda memberi tahu saya lebih banyak?" untuk membuat diri Anda tampak lebih sensitif di mata orang lain.
Orang dengan kecerdasan emosional rendah sering kali menggunakan frasa yang jelas-jelas menunjukkan kurangnya kepercayaan, skeptisisme, atau keinginan untuk mengendalikan orang lain. Foto ilustrasi
3. "Saya rasa ini tidak mungkin"
Orang dengan kecerdasan emosional (EQ) tinggi selalu menunjukkan rasa hormat dan kepercayaan kepada orang lain melalui penggunaan bahasa.
Sebaliknya, orang dengan kecerdasan emosional rendah sering menggunakan frasa yang jelas menunjukkan kurangnya kepercayaan, skeptisisme, atau keinginan untuk mengendalikan orang lain.
Kalimat seperti: "Sulit untuk mempercayai apa yang Anda lakukan"; "Saya merasa ide-ide Anda meresahkan" atau "Saya tidak begitu percaya dengan cara berpikir Anda"; "Ini tidak mungkin" adalah contoh-contoh tipikal.
Pakar De Kock percaya bahwa frasa yang menunjukkan kepercayaan pada orang lain seperti: "Saya menghargai Anda" atau "Saya peduli dengan hasil akhir yang akan Anda capai" tidak hanya membantu membangun rasa aman secara psikologis tetapi juga menunjukkan kecerdasan emosional yang tinggi dari pembicara.
Namun, kata-kata ini hanya benar-benar bernilai jika datangnya dari ketulusan, rasa hormat, dan ditunjukkan melalui tindakan.
“Jika tidak, mereka bisa saja melakukan lebih banyak kerugian daripada kebaikan,” kata De Kock.
4. "Aku tahu, tidak perlu mengatakannya lagi"
Ibu De Kock berpendapat bahwa kalimat seperti "Saya tidak peduli, jangan beri tahu" atau "Saya sudah tahu" menunjukkan kurangnya kepedulian terhadap perasaan orang lain, serta rendahnya EQ pembicara. Bahasa ini jelas menunjukkan ketidakpedulian dan ketidakpedulian terhadap orang lain.
Orang dengan EQ tinggi sering menggunakan frasa seperti "Ceritakan lebih banyak tentang..." atau "Bisakah Anda membantu saya lebih memahami..." untuk menunjukkan upaya untuk lebih memahami perasaan dan perspektif orang lain.
Namun, kekhawatiran ini juga harus berjalan beriringan dengan tindakan praktis.
"Jika Anda menggunakan pertanyaan terbuka tetapi tidak memperhatikan, misalnya, melihat ponsel saat berbicara, betapa pun positifnya kata-kata Anda, Anda tetap dianggap memiliki kecerdasan emosional yang rendah," saran para ahli.
5. "Kamu sangat bodoh"
Ini adalah salah satu pernyataan yang paling menyinggung, menunjukkan kurangnya pengendalian diri dan rasa tidak hormat terhadap orang lain.
Orang yang memiliki EQ rendah sering kali tidak dapat mengendalikan emosinya dan mudah mengkritik serta menyerang orang lain ketika ia tidak puas dengan seseorang.
Sebaliknya, orang dengan EQ tinggi memahami bahwa setiap orang membuat kesalahan dan alih-alih mengkritik, mereka memilih untuk membantu orang lain menyadari masalahnya dengan cara yang bijaksana.
Jika Anda merasa seseorang mengambil pandangan atau tindakan yang salah, cobalah ungkapkan dengan mengatakan, "Apakah Anda yakin tentang hal ini? Saya rasa kita perlu menyelidikinya lebih lanjut," atau "Saya rasa ada pendekatan lain yang mungkin lebih membantu."
Dengan cara ini, Anda dapat menghindari menyakiti orang lain sambil menjaga profesionalisme dalam berkomunikasi.
6. "Kamu salah"
Dalam setiap percakapan, orang dengan EQ tinggi tidak terjebak dalam emosi negatif tetapi sering fokus pada pikiran orang lain.
Jika mereka dan pasangannya tidak sependapat, orang-orang ini sering berkata, "Saya ingin mendengar sudut pandangmu meskipun kita tidak melihatnya dengan cara yang sama.
Silakan berbagi sehingga kami dapat lebih memahami masalahnya," daripada langsung menyangkalnya.
Seseorang dengan EQ rendah seringkali tidak mampu mengendalikan emosinya dan mudah mengkritik serta menyerang orang lain ketika ia tidak puas dengan seseorang. Foto ilustrasi
7. "Maaf, oke?"
Menggunakan frasa seperti "Saya minta maaf, tetapi saya tidak melihat kesalahan saya" atau "Saya akan meminta maaf jika Anda membutuhkannya" dapat secara signifikan mengurangi kepercayaan dan merusak hubungan.
Pakar De Kock percaya bahwa mengakui kesalahan secara jujur tidak hanya mencerminkan kesadaran tetapi juga menunjukkan kerendahan hati.
Mengakui kesalahan menunjukkan bahwa Anda memahami dampak perilaku Anda terhadap orang lain.
Hal ini menciptakan dasar bagi pihak lain untuk dapat mengakui kesalahan dengan lebih mudah dan membangun kembali kepercayaan, sekaligus meningkatkan kepercayaan dari mitra.
8. "Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan"
Pernyataan seperti “Saya tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan hal ini” atau “Langsung ke intinya” juga memiliki arti yang sama ketika orang dengan EQ rendah tidak mencoba memahami situasi atau konteks orang lain.
Ini berarti Anda tidak benar-benar mendengarkan atau memperhatikan pendapat orang lain.
Orang dengan EQ rendah juga cenderung cepat menyela atau mengabaikan pendapat orang lain.
[iklan_2]
Sumber: https://giadinh.suckhoedoisong.vn/8-cau-noi-cua-nguoi-eq-thap-nghe-rat-choi-tai-172250303145841383.htm
Komentar (0)