Para ahli mengatakan kasus pernyataan donasi untuk korban banjir telah menyingkap banyak orang munafik, tukang pamer, dan tukang bohong, tetapi juga menyingkap nilai-nilai sejati, orang-orang yang mengatakan kebenaran dan melakukan kebenaran.
Selama beberapa hari terakhir, hati seluruh negeri tertuju ke wilayah Utara, yang terdampak parah oleh Badai No. 3. Banyak foto dan informasi dari daerah yang terendam banjir telah membuat kita merasakan kepedihan, kesedihan, dan kehilangan.
Di samping berbagi dan tindakan mulia, fakta bahwa beberapa individu memalsukan tanda terima sumbangan untuk mendukung rekan senegara kita di Utara dan menggelapkan uang amal menimbulkan banyak kontroversi.
Menggunakan amal untuk menarik perhatian adalah tindakan yang tidak peka
Bicaralah dengan PV , peneliti budaya Ngo Huong Giang berpendapat, tindakan memalsukan struk belanja amal untuk pamer di media sosial bukan sekadar akibat gaya hidup virtual dan pandangan hidup yang gegabah, tetapi juga akibat ketidakpedulian masyarakat terhadap saudara sebangsanya.
Menurut para ahli, kegiatan sukarela dalam budaya Vietnam bermula dari tindakan mulia "mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri", solidaritas, saling mendukung, "daun yang utuh menutupi daun yang robek/ daun yang kurang robek menutupi daun yang lebih robek", saling mendukung dan dengan penuh kasih sayang memanggil satu sama lain sebagai rekan senegara.
Jelaslah, tindakan kebaikan itu bukanlah tindakan meminta atau memberi, tetapi lebih merupakan hati nurani orang-orang yang lebih beruntung terhadap orang-orang yang kurang beruntung.
"Setiap perilaku yang memandang penderitaan sesama warga negara sebagai peluang atau alasan untuk mempromosikan nama baik melalui kegiatan amal adalah tidak manusiawi, anti-manusia, dan bertentangan dengan gaya hidup serta budaya masyarakat Vietnam. Perilaku ini bukan sekadar gaya hidup virtual yang sembarangan menarik perhatian, tetapi juga menunjukkan ketidakpedulian masyarakat terhadap sesama warga negaranya," komentar sang pakar.
Para ahli mengatakan akibat dari penggunaan kata amal untuk menarik pandangan dan menjalani kehidupan virtual adalah menodai makna luhur dari dua kata amal.
"Perilaku ini juga mengurangi kekuatan solidaritas dan dukungan bagi saudara-saudari kita yang menghadapi banyak kesulitan akibat bencana alam dan musuh. Selain itu, ketidakpedulian terhadap kehidupan virtual akan membuat orang-orang baik di masyarakat menjadi ragu dan berhati-hati dalam melakukan kegiatan sukarela. Inilah inti permasalahannya," ujar Bapak Ngo Huong Giang.

Siapa yang takut dengan pernyataan?
Setelah Komite Sentral Front Tanah Air merilis puluhan ribu halaman pernyataan sumbangan kepada masyarakat yang terkena dampak badai dan banjir, banyak kebenaran terungkap.
Ada individu yang menyumbangkan ratusan juta atau miliaran dong tanpa ada yang tahu wajah mereka, bahkan nama mereka, tetapi ada juga orang yang menyumbangkan 10.000 dong dan menggelembungkannya ratusan kali untuk "menciptakan latar belakang" guna memoles reputasi mereka.
Peristiwa itu begitu gaduh sehingga muncul dugaan bahwa hari itu harus dianggap sebagai hari "Panji Vietnam" atau "Hari Pernyataan Kongres".
Membahas isu ini, peneliti budaya Ngo Huong Giang mengatakan bahwa aspek positif dari kegiatan pernyataan adalah membuat transparan pendapatan dan pengeluaran selama proses relawan.
Namun, jika kita terlalu terfokus pada persoalan pernyataan dan melupakan makna terpenting dari kegiatan kerelawanan, yakni tanggap darurat baik materiil maupun spiritual kepada masyarakat yang sedang dalam kesulitan, maka semua pernyataan itu tidak ada artinya.
"Jumlah materi tidak selalu menjadi masalah di masa sulit badai dan banjir, tetapi hati relawan harus tepat waktu. Terkadang, pernyataan itu hanya soal prosedur. Selamatkan orang-orang dan lakukanlah dengan sepenuh hati. Saya percaya tidak ada yang bersikap keras terhadap orang baik, orang-orang yang baru saja menyelamatkan kita dari kesulitan dan bahaya. Hanya individu yang menganggap kegiatan sukarela sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan yang harus membuat pernyataan, takut berbuat baik, takut terjun ke tengah banjir untuk menyelamatkan orang," kata Bapak Ngo Huong Giang.
Mari kita diskusikan dengan PV , pakar manajemen krisis media Le Ngoc Son - Ketua Perusahaan Manajemen Reputasi Berlin Crisis Solutions (BCS) - mengatakan bahwa pernyataan baru-baru ini telah menyingkapkan banyak orang munafik, orang pamer, dan pemalsu, tetapi juga mengungkap nilai-nilai sejati, orang-orang yang mengatakan kebenaran dan melakukan kebenaran.
Menurut pakar Le Ngoc Son, kita hendaknya melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif, daripada berfokus pada mengungkap dan menyingkap individu-individu yang sok, suka menipu, dan tidak jujur.
"Kasus pernyataan ini tidak hanya mengungkap kebohongan, tetapi juga menyentuh kisah-kisah mengharukan tentang kasih sayang dan dukungan timbal balik bagi para korban banjir, dan merupakan gambaran inspiratif tentang semangat kesukarelaan yang sedang direplikasi di masyarakat. Saya pikir kegiatan amal merupakan kebutuhan alami banyak orang. Jelas, dampak dari penyaluran dana untuk membantu keadaan sulit, seruan untuk beramal dan kesukarelaan telah dan sedang digalakkan secara aktif di masyarakat," tegas sang pakar.
Sumber
Komentar (0)