
Pameran Masakan Selatan selama perang perlawanan membuka ruang yang dipenuhi dengan identitas tanah cinta Selatan - Foto: HO LAM
Dalam rangka memperingati 80 tahun keberhasilan Revolusi Agustus dan Hari Nasional 2 September, serta peringatan 50 tahun berdirinya Museum Sisa Perang, museum menyelenggarakan pameran khusus tentang Masakan Selatan selama perang perlawanan.
Kebanyakan wisatawan asing berhenti di sini dan merenungkan keterangan gambar cukup lama untuk lebih memahami tanah, masakan , dan masyarakat Selatan.
Masakan masa perang: kreativitas dan ketahanan
Masakan Selatan dalam Perang Perlawanan merupakan model kurasi interaktif eksperimental yang mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam menciptakan dan menceritakan kisah.
Melalui memori kolektif dan penciptaan bersama, pameran ini mengeksplorasi peran penting kuliner dalam memelihara revolusi dari hal-hal yang paling biasa.
Lebih dari sekadar memperkenalkan hidangan, pameran ini menceritakan bagaimana makanan menjadi "pejuang senyap" - memelihara kehidupan, kemauan untuk melawan, dan solidaritas selama tahun-tahun sulit.
Dimulai dari masa perlawanan, pameran ini menunjukkan kepada kita tahapan-tahapan selama tahun-tahun perang, ketika makanan langka, bagaimana manusia dan prajurit bergantung pada alam untuk bertahan hidup.
Pameran ini dengan gamblang menunjukkan hal ini melalui deretan dokumen dan objek visual yang jelas, membantu pembaca memahami lebih jauh tentang kuliner masa perlawanan di tanah yang kaya akan kasih sayang. Ini bukan hanya cara bertahan hidup, tetapi juga ikatan yang mendalam dengan tanah air, yang menunjukkan ketahanan, kreativitas, dan sentimen komunitas.

Hidangan khas masakan Selatan - Foto: HO LAM

Dan bumbu-bumbu yang tak tergantikan di nampan makan malam - Foto: HO LAM
Dari bertahan hidup hingga kebanggaan nasional
Pemirsa akan melihat dengan jelas kekayaan identitas kuliner Selatan selama perang perlawanan dengan rempah-rempah dan hidangannya; dapur Selatan dari makanan keluarga hingga makanan masa perang; makanan dan kelangsungan hidup dalam perjalanan; tindakan diam masyarakat untuk mendukung makanan dari belakang hingga garis depan.
Atau menciptakan kembali dapur Hoang Cam yang populer dalam kampanye Dien Bien Phu; prinsip "Pergi tanpa jejak, masak tanpa asap, bicara tanpa suara" dari prajurit Truong Son selama perang; bagaimana mantan tahanan bertahan hidup di penjara Con Dao dengan "hidangan" ciptaan sendiri.

Pameran peralatan masak masa perang - Foto: HO LAM
Berputar dan berakhir pada tahap Taste of Peace, pembaca semakin memahami nilai dari jamuan makan malam di Istana Merdeka yang hanya berisi nasi putih, daging kaleng, bayam rebus, dan sup bayam pada tanggal 30 April 1975. Makanannya sederhana namun merupakan jamuan perdamaian .
Hidangan yang dulunya merupakan kebutuhan masa perang kini telah menjadi kebanggaan nasional dan bagian penting dari identitas budaya kuliner Vietnam.

Turis asing mendengarkan penjelasan di pameran Masakan Selatan selama perang perlawanan - Foto: HO LAM

Dapur Selatan, mulai dari makanan keluarga hingga makanan masa perang, menampilkan banyak peralatan dapur yang familiar bagi orang Selatan - Foto: HO LAM

Pameran ini juga menampilkan "saksi sejarah" kecil. Meskipun potnya berlubang di bagian bawah, pot ini berisi kisah tragis para prajurit yang berkorban demi kemerdekaan nasional - Foto: HO LAM

Rempah segar, kuah kaldu yang kaya, nasi putih, banh tet lahir dari kesulitan, namun kini dicintai di seluruh dunia. Setiap gigitan adalah kenangan, ketangguhan, dan kepedulian hati - Foto diambil
Sumber: https://tuoitre.vn/bat-ngo-day-thu-vi-voi-am-thuc-nam-bo-thoi-khang-chien-20250905174825476.htm






Komentar (0)