Yang muncul dalam foto resmi pameran tahunan Pengembangan Pertahanan Nasional di Pyongyang, Korea Utara, yang dibuka pada tanggal 4 Oktober 2025, adalah sebuah kapal yang belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Foto dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) ini menunjukkan model kapal. Petunjuk visual dengan jelas menunjukkan bahwa itu adalah kapal selam.
Lebih lanjut, kapal tersebut tampaknya memiliki tabung torpedo dan kemungkinan tak berawak. Foto tersebut diambil hanya dari satu sudut, dan haluan kapal terhalang oleh dua rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM).

Namun, bagian atas kompartemen tengah silinder masih terlihat jelas, begitu pula bidang selam besarnya. Dikombinasikan dengan sejarah kapal selam Korea Utara, hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa ini adalah desain kapal selam.
Tiang sensor utama juga tampak seperti tiang kapal selam. Di belakangnya tampak terdapat snorkel, yang dapat dipasang dengan lengkungan U terbalik sederhana di bagian atas.
Tampaknya terdapat tabung torpedo di dalam kapal, di atas bidang selam. Konsep kapal torpedo selam tampaknya semakin praktis. Begitu berada di permukaan, kapal ini dapat melaju dengan kecepatan sangat tinggi, lalu menyelam untuk menunggu target di permukaan.
Kapal-kapal ini kemungkinan besar tidak dilengkapi sonar canggih atau sistem tempur canggih, melainkan mengandalkan observasi visual. Oleh karena itu, konsep operasionalnya berbeda dengan kapal serang cepat konvensional atau kapal selam. Secara individual, kapal-kapal ini kurang mengancam dibandingkan kapal selam, tetapi tetap memiliki fleksibilitas dan keunggulan tersendiri, terutama biaya yang lebih rendah dan biaya pelatihan yang lebih tinggi.

Di zaman sekarang, mudah untuk menduga bahwa kapal tersebut mungkin tak berawak. Sudut pengambilan gambar tidak menunjukkan buritan, sehingga kita tidak dapat memastikan apakah terdapat kabin kru di sana seperti kapal selam Korea Utara lainnya.
Namun, dengan tiang kapal selam yang terlihat jelas dan tidak ada tanda-tanda palka awak, opsi tanpa awak terasa logis. Tanpa pilot, hal ini akan menambah tantangan dalam mengotomatiskan sistem dan berkomunikasi dengannya.
Namun, hal ini justru membuatnya lebih berbahaya, karena menghilangkan daya tahan manusia. Umumnya, tanpa awak juga membuatnya lebih mungkin digunakan dalam misi berisiko tinggi.
Sumber: https://khoahocdoisong.vn/bi-an-tau-ngam-phong-loi-khong-nguoi-lai-cua-trieu-tien-post2149068899.html






Komentar (0)