Mark Zuckerberg tidak hanya dikenal karena perannya sebagai pencipta jejaring sosial ternama Facebook, tetapi juga karena kepribadiannya yang unik. Karakteristik yang dianggap "berbeda" dari autisme inilah yang menjadi kunci yang membantu Mark Zuckerberg membangun kerajaan teknologi terdepan di dunia .
Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan yang diklasifikasikan sebagai Gangguan Spektrum Autisme (ASD). Sindrom ini merupakan kondisi perkembangan saraf yang memengaruhi cara individu berinteraksi sosial, berkomunikasi, dan memproses informasi. Orang dengan sindrom ini biasanya memiliki kecerdasan tinggi dan keterampilan memecahkan masalah yang baik, tetapi kesulitan berkomunikasi dan memahami isyarat sosial. Mereka cenderung sangat fokus pada area tertentu, memiliki minat yang terbatas, dan cenderung berpikir linear.
Banyak ciri yang berkaitan dengan sindrom Asperger diyakini telah membantu Zuckerberg meraih kesuksesan besar di industri teknologi. Sejak usia muda, ia menunjukkan hasrat yang mendalam terhadap komputer dan pemrograman. Zuckerberg menciptakan perangkat lunak pertamanya pada usia 12 tahun dan menciptakan jejaring sosial Facebook saat kuliah di Universitas Harvard. Kemampuannya untuk berfokus secara intens pada satu tujuan membantunya mengembangkan dan memperluas Facebook menjadi jejaring sosial terkenal seperti sekarang ini.
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, mengidap sindrom Asperger. Sumber: SkyNews.
Zuckerberg juga dikenal karena pengambilan keputusannya yang logis dan metodis. Pendekatan bisnisnya didasarkan pada data, alih-alih emosi, sehingga ia mampu memahami industri teknologi yang terus berubah dengan presisi tinggi. Zuckerberg juga unggul dalam menemukan solusi untuk masalah kompleks—keahlian yang ia gunakan untuk mengatasi tantangan teknis dan berinovasi di dunia media sosial.
Berbeda dengan banyak CEO yang mengandalkan karisma dan kemampuan berbicara di depan umum, Zuckerberg selalu bersikap tertutup dan tidak terlalu peduli dengan pendapat orang-orang di sekitarnya. Hal ini memungkinkannya untuk mengambil keputusan bisnis yang berani tanpa terlalu dipengaruhi oleh pendapat orang lain.
Meskipun ciri-ciri sindrom Asperger telah membantu Zuckerberg meraih kesuksesan, ciri-ciri tersebut juga telah membuatnya mendapat beragam tanggapan. Banyak yang menggambarkan gaya komunikasinya kaku dan canggung. Dalam wawancara dan acara publik, Zuckerberg sering kali kesulitan mengekspresikan kehangatan atau terhubung secara emosional dengan audiensnya, yang berujung pada kritik dari publik.
Namun, sejak Zuckerberg mengungkapkan autismenya, ia telah menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan gangguan neurologis untuk mengejar karier di bidang teknologi, bisnis, dan perusahaan rintisan.
Zuckerberg menunjukkan kepada mereka bahwa memiliki kelainan neurologis seperti autisme tidak boleh dilihat sebagai suatu kekurangan, tetapi sebagai perspektif unik yang dapat mengarah pada inovasi dan kesuksesan.
Sumber: https://phunuvietnam.vn/bi-mat-dang-sau-thanh-cong-cua-mark-zuckerberg-lien-quan-den-mot-dang-tu-ky-20250331225900243.htm
Komentar (0)