Kementerian Pendidikan dan Pelatihan baru saja mengeluarkan keputusan untuk membentuk tim yang bertugas memeriksa pelaksanaan Surat Edaran Nomor 29 yang mengatur pengajaran dan pembelajaran tambahan.
Berdasarkan keputusan ini, tim inspeksi bertanggung jawab untuk menginspeksi pelaksanaan Surat Edaran Nomor 29 Kementerian Pendidikan dan Pelatihan yang mengatur pengajaran dan pembelajaran tambahan sebagaimana diarahkan oleh Perdana Menteri dalam Surat Edaran Nomor 10/CĐ-TTg tanggal 7 Februari 2025; peraturan tentang pekerjaan inspeksi Kementerian Pendidikan dan Pelatihan yang dikeluarkan bersamaan dengan Keputusan Nomor 1489/QĐ-BGDĐT tanggal 24 Mei 2023 dari Menteri Pendidikan dan Pelatihan; dan peraturan hukum terkait lainnya.
Periode inspeksi adalah satu bulan, mulai tanggal 20 Februari hingga 20 Maret.
Kementerian Pendidikan dan Pelatihan telah membentuk tim inspeksi untuk menyelidiki kegiatan bimbingan belajar dan kelas tambahan.
Sebelumnya, Bapak Pham Ngoc Thuong, Wakil Menteri Pendidikan dan Pelatihan, menguraikan beberapa solusi untuk menerapkan peraturan tentang bimbingan belajar dan kelas tambahan secara efektif.
Pertama, ada solusi administratif. Kedua, ada solusi profesional: meningkatkan kapasitas dan metode pengajaran guru, meningkatkan tanggung jawab pendidik; mendorong kemampuan belajar mandiri siswa; mereformasi pengujian dan evaluasi, memastikan bahwa penilaian berkala, penilaian akhir semester, dan ujian masuk konsisten dengan isi dan persyaratan Program Pendidikan Umum 2018; menghindari pertanyaan yang menjebak dan pertanyaan di luar kurikulum untuk memastikan siswa mengikuti kurikulum dengan benar dan dapat lulus ujian dan ujian masuk tanpa memerlukan bimbingan tambahan.
Memperkuat keterkaitan antara pendidikan umum dan pendidikan tinggi, khususnya dalam tes kemampuan masuk universitas yang menggunakan pengetahuan umum dan menghindari pertanyaan yang terlalu sulit...
Ketiga, solusi terkait peningkatan infrastruktur dan sekolah: perlu ada cukup sekolah untuk memastikan kesempatan yang sama bagi siswa untuk mengakses pendidikan. Tingkatkan jumlah sekolah dan kelas yang menawarkan dua sesi per hari.
Keempat, solusi yang melibatkan penguatan inspeksi dan pengawasan.
Kelima, solusinya melibatkan peningkatan kesadaran dan menumbuhkan rasa hormat diri di kalangan guru sehingga mereka mengatakan "tidak" kepada bimbingan belajar yang tidak sah.
Bapak Thuong lebih lanjut menyampaikan bahwa pengelolaan bimbingan belajar ekstrakurikuler bukan hanya masalah kebijakan, tetapi juga perubahan persepsi masyarakat. Selain itu, kebijakan untuk menjamin mata pencaharian guru juga merupakan solusi untuk masalah ini.
Berdasarkan Pasal 7 Keputusan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2013 tentang sanksi administratif di bidang pendidikan, sanksi untuk pelanggaran peraturan tentang bimbingan belajar adalah sebagai berikut: denda 1-2 juta VND untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan belajar tanpa memastikan fasilitas yang dibutuhkan; denda 2-4 juta VND untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan belajar untuk kelompok sasaran yang salah; denda 4-6 juta VND untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan belajar yang tidak sesuai dengan isi yang diizinkan; dan denda 6-12 juta VND untuk penyelenggaraan kegiatan bimbingan belajar tanpa izin.
Tergantung pada tingkat keparahannya, pelanggar juga dapat menghadapi sanksi tambahan: pencabutan izin bimbingan belajar selama 6-12 bulan jika mereka menyelenggarakan kegiatan bimbingan belajar untuk kelompok sasaran yang salah atau dengan konten yang berbeda dari yang diizinkan; atau penangguhan kegiatan bimbingan belajar selama 12-24 bulan jika mereka beroperasi tanpa izin.
Mereka yang melanggar peraturan tentang bimbingan belajar juga akan diwajibkan untuk mengambil tindakan perbaikan seperti menyediakan fasilitas yang memadai; mengembalikan semua biaya yang telah dibayarkan kepada siswa dan menanggung semua biaya pengembalian dana tersebut.
Bagi guru yang merupakan pegawai negeri sipil, yaitu mereka yang direkrut untuk posisi tertentu dan bekerja di sekolah negeri, tindakan disiplin juga tunduk pada Pasal 15 dan 16 Keputusan Pemerintah 112/2020 tentang tindakan disiplin bagi pegawai negeri sipil. Dengan demikian, pegawai negeri sipil yang tidak memegang jabatan manajerial akan menghadapi tindakan disiplin seperti teguran, peringatan, dan pemberhentian. Pegawai negeri sipil yang memegang jabatan manajerial juga dapat diberhentikan dari jabatannya sebagai tambahan dari tindakan-tindakan di atas.
Sumber: https://thanhnien.vn/bo-gd-dt-thanh-lap-doan-kiem-tra-ve-day-them-hoc-them-185250221153224445.htm






Komentar (0)