Di dalam negeri, dua anggota kabinet perang Israel telah menyatakan ketidaksepakatan dengan skenario akhir konflik yang diusulkan Perdana Menteri Netanyahu. Menteri Kabinet masa perang, Benny Gantz, mengancam akan mengundurkan diri jika Netanyahu tidak menyetujui rencana pasca-perang untuk Gaza pada tanggal 8 Juni. Sebagai tanggapan, Netanyahu mengkritik Gantz karena memilih untuk "mengeluarkan ultimatum kepada perdana menteri alih-alih kepada Hamas," menekankan bahwa tuntutan ini adalah "retorika kosong dengan niat jelas untuk mengakhiri permusuhan dengan kekalahan bagi Israel, meninggalkan sebagian besar sandera dan memungkinkan Hamas untuk mengambil alih kekuasaan."
Warga Palestina menunggu bantuan di Gaza pada 19 Mei 2024.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menegaskan bahwa ia menentang rencana Israel untuk menguasai Jalur Gaza setelah pertempuran berakhir. Langkah-langkah ini dapat mengancam stabilitas pemerintahan Netanyahu dan menciptakan masa depan yang tidak dapat diprediksi bagi kawasan tersebut.
Selain itu, protes telah menyebar ke kota-kota besar Israel seperti Tel Aviv, Caesarea, dan Haifa, menuntut kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas, penggulingan pemerintahan Perdana Menteri Netanyahu, dan desakan untuk segera mengadakan pemilihan umum.
Menteri Pertahanan Israel menantang Perdana Menteri Netanyahu.
Di tingkat internasional, selama pembicaraan dengan Perdana Menteri Netanyahu pada 20 Mei, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menekankan bahwa Israel perlu menghubungkan operasi militernya dengan strategi politik untuk memastikan kekalahan jangka panjang pasukan Hamas dan pembebasan semua sandera, serta skenario yang lebih baik untuk Gaza. Sullivan juga menekan Israel untuk membuka lebih banyak jalur bantuan ke Gaza, termasuk semua jalur yang tersedia dan koridor maritim kemanusiaan multinasional. Pada 19 Mei, Presiden AS Joe Biden menyerukan "gencatan senjata segera" di Gaza saat berbicara di upacara wisuda di Universitas Morehouse (AS).
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menekankan bahwa pasokan yang dikirim melalui dok apung yang dibangun oleh militer AS tidak cukup untuk mengatasi kekurangan pangan yang "bencana" di Gaza. Wakil Sekretaris Jenderal PBB Martin Griffiths memperingatkan bahwa situasinya "apokaliptik." Menurut otoritas kesehatan Gaza, perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina, memicu kritik internasional yang luas terhadap pemerintah Israel.
Sumber: https://thanhnien.vn/cang-thang-noi-bo-va-quoc-te-bua-vay-ong-netanyahu-185240520230328451.htm






Komentar (0)