Rwanda telah mengonfirmasi enam kematian akibat virus Marburg (MVD) dalam wabah yang telah memengaruhi 26 orang di seluruh negeri.
Berbicara di televisi nasional pada tanggal 28 September, Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana mengumumkan bahwa enam orang telah meninggal karena infeksi virus Marburg - demam berdarah dengan tingkat bahaya yang sama dengan Ebola.
| Seorang pasien yang terinfeksi virus Marburg dirawat di sebuah rumah sakit di Provinsi Uige, Angola. (Sumber: AFP) |
Virus Marburg dapat menyebabkan demam tinggi dan sering disertai pendarahan hebat di banyak bagian tubuh pasien.
Kementerian Kesehatan Rwanda menyatakan bahwa mereka yang terinfeksi dan meninggal sebagian besar adalah tenaga kesehatan profesional. Sekitar 20 pasien telah dirawat sejauh ini dan pihak berwenang masih berupaya melacak kontak mereka.
Pejabat Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan mitra terkait untuk mencoba menahan virus mematikan itu melalui pelacakan kontak dan mengisolasi orang yang terinfeksi.
“Kami menghimbau warga Rwanda untuk tetap waspada dan memperkuat langkah-langkah pencegahan dengan menjaga kebersihan, mencuci tangan dengan sabun, mendisinfeksi tangan, dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi,” tambah Bapak Nsanzimana.
Virus Marburg dan virus Ebola adalah anggota famili filovirus, yang telah menyebabkan beberapa wabah mematikan di Afrika. Virus ini dinamai berdasarkan kota di Jerman tempat virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967 di sebuah laboratorium tempat para pekerja terpapar monyet hijau terinfeksi yang diimpor dari Uganda.
Di Afrika, wabah Marburg pertama tercatat di Afrika Selatan pada tahun 1975, diikuti oleh dua epidemi di Kenya pada tahun 1980-an. Selain itu, wabah serius telah terjadi di Angola, Ghana, Guinea, Uganda, Republik Demokratik Kongo, dan yang terbaru di Guinea Khatulistiwa dan Tanzania pada tahun 2023.
Virus Marburg dapat ditularkan dari beberapa spesies hewan ke primata, termasuk manusia, dan penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
Saat ini, Marburg masih merupakan penyakit dengan angka kematian yang tinggi, meskipun belum ada vaksin atau pengobatan khusus. Namun, pasien dapat menerima perawatan suportif berupa rehidrasi oral atau intravena, dikombinasikan dengan pengobatan gejala spesifik untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/canh-bao-dich-marburg-gay-tu-vong-cao-xuat-hien-tai-rwanda-288108.html






Komentar (0)