Menurut informasi dari keluarga pasien, sekitar pukul 17.00 tanggal 6 Juni, pasien T. membawa jamur yang tumbuh dari bangkai tonggeret di belakang ladang untuk diolah menjadi makanan dan dimakan bersama ibunya (T. makan 5 jamur, ibu T. makan 2 jamur). Sekitar 1 jam kemudian, ibu dan anak mengalami kram perut, pusing, muntah makanan lama, dan dibawa ke rumah sakit setempat.
Anak-anak keracunan karena memakan jamur yang tumbuh di bangkai jangkrik
DIBERIKAN OLEH KELUARGA PASIEN
Setelah dua hari dirawat di rumah sakit tingkat rendah, pasien T. dipindahkan ke Rumah Sakit Anak 2 dalam keadaan koma, dengan aritmia parah serta kerusakan hati dan ginjal.
Anak tersebut dirawat secara aktif, kesehatannya berangsur-angsur membaik, ia menggunakan oksigen, menerima cairan infus dan diawasi secara ketat oleh dokter.
Dr. Vu Hiep Phat, Kepala Departemen Gawat Darurat, Rumah Sakit Anak 2, mengatakan anak itu keracunan jamur beracun Gyrommitrin.
Menurut Dr. Phat, baru-baru ini terdapat kasus keracunan jamur Gyrommitrin akibat memakan jamur parasit pada bangkai jangkrik, sehingga masyarakat perlu berhati-hati. Karena pada saat itu jangkrik sedang aktif dan hujan deras, jamur Gyrommitrin dapat tumbuh dan berkembang biak pada bangkai jangkrik. Banyak orang yang salah mengira jamur ini sebagai jamur biasa atau "cordyceps", sehingga mereka membawanya pulang untuk diolah menjadi makanan, yang mengakibatkan konsekuensi serius, bahkan kematian.
"Saat ini belum ada pengobatan khusus untuk keracunan Gyrommitrin. Orang tua sebaiknya menghindari penggunaan jamur dengan bentuk aneh yang jarang ditemukan di pasaran untuk memastikan keamanan dan mencegah kejadian serupa terulang," ujar Dr. Phat.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)