Biro Keselamatan Transportasi Australia telah memimpin pencarian awal untuk MH370.
Sydney Morning Herald melaporkan pada tanggal 18 Januari bahwa tim ahli yang dipimpin oleh insinyur penerbangan Inggris Richard Godfrey mengatakan temuan mereka adalah "bukti baru yang dapat diandalkan" tentang keberadaan penerbangan MH370.
Pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines yang membawa 239 orang dari Kuala Lumpur (Malaysia) ke Beijing (Tiongkok) hilang pada 8 Maret 2014, 38 menit setelah lepas landas.
Hingga saat ini, puluhan serpihan puing telah ditemukan di berbagai tempat di seluruh dunia , tetapi hanya beberapa serpihan puing di pantai Samudra Hindia yang dipastikan milik pesawat yang hilang.
Tn. Godfrey mengatakan pesawat itu kemungkinan jatuh di suatu wilayah di Samudra Hindia, sekitar 1.500 kilometer sebelah barat Perth, Australia, sementara baru setengah dari wilayah ini yang telah dicari di bawah air.
Perusahaan AS Ocean Infinity juga ingin mengirimkan armada kapal tak berawak untuk menemukan jawaban atas salah satu misteri terbesar industri penerbangan.
Namun, hal ini mengharuskan pemerintah Malaysia, yang dana investasinya memiliki Malaysia Airlines, untuk memberikan lampu hijau bagi pencarian baru, enam tahun setelah pencarian terakhir dibatalkan.
Tn. Godfrey mengatakan bahwa Malaysia tampaknya enggan melakukannya karena "tidak ingin mengeluarkan lebih banyak uang" untuk mencari keberadaan pesawat MH370.
Menurutnya, puing-puing yang diserahkan rekannya Blaine Gibson kepada otoritas Madagaskar pada tahun 2022 masih berada di pulau di lepas pantai Afrika itu, karena Malaysia tidak membayar biaya pengiriman kembalinya.
Insinyur tersebut adalah penyelidik independen dan rekan penulis sebuah studi yang menggunakan teknologi perambatan sinyal lemah (WSPR) untuk memetakan jalur penerbangan pesawat MH370.
Tim investigasi lain, yang dipimpin oleh pensiunan pilot maskapai penerbangan dan angkatan udara Prancis Patrick Blelly dan pakar penerbangan Jean-Luc Marchand, juga meminta agar pencarian dilanjutkan pada September 2023.
Kelompok itu memberi tahu Royal Aeronautical Society bahwa mereka telah mengidentifikasi area dasar laut yang belum dijelajahi , yang pencariannya mungkin hanya membutuhkan waktu 10 hari.
Menurut Bapak Godfrey, Pemerintah Malaysia telah menerima sejumlah dokumen yang diterbitkan kelompoknya dan meminta keluarga penumpang pesawat tersebut untuk menyerahkannya langsung kepada menteri perhubungan melalui ketentuan yang berlaku, namun belum mendapat tanggapan.
Pemerintah Malaysia sebelumnya menyatakan bersedia membuka kembali pencarian jika tersedia informasi baru yang meyakinkan. Kementerian Perhubungan Malaysia menolak berkomentar.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)