Dalam konteks kedokteran modern, menentukan tingkat kesadaran pada pasien dengan cedera otak parah selalu menjadi tantangan besar.
Metode tradisional sering kali tidak memiliki kepekaan yang dibutuhkan untuk mendeteksi tanda-tanda kesadaran yang paling halus sekalipun.
Namun, alat kecerdasan buatan (AI) inovatif bernama SeeMe mengawali era baru yang menjanjikan perubahan cara dokter menilai dan menangani kasus-kasus ini.
Bagi pasien dengan cedera otak parah, batas antara koma dan kesadaran sangatlah rapuh (Gambar ilustrasi dihasilkan oleh AI).
Dikembangkan oleh para peneliti di Universitas Stony Brook, dipimpin oleh ahli saraf Sima Mofakham, alat ini menggunakan teknologi penglihatan komputer canggih untuk melacak gerakan otot wajah kecil pada pasien yang dianggap tidak sadar.
SeeMe mampu mendeteksi gerakan-gerakan yang sulit dilihat oleh mata manusia, seperti kedutan otot atau perubahan halus pada kulit.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Communications Medicine menunjukkan efektivitas SeeMe yang unggul. Setelah diuji pada 37 pasien cedera otak parah, alat ini mendeteksi tanda-tanda kewaspadaan hingga delapan hari lebih awal daripada dokter.
Biasanya, dalam satu kasus, SeeMe merekam gerakan mulut pada hari ke-18 setelah masuk, sementara pasien tidak menunjukkan tanda ini dengan jelas hingga hari ke-37.
Korelasi antara gerakan wajah dini dan pemulihan sangat jelas: pasien dengan gerakan wajah yang lebih sering dan jelas pada tahap awal cenderung pulih lebih cepat dan lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa SeeMe bukan hanya alat diagnostik, tetapi juga prediktor potensial prognosis.
Fenomena "kesadaran laten", ketika seseorang masih sadar secara internal tetapi tidak dapat bereaksi secara eksternal, telah lama menjadi misteri bagi kedokteran (Foto: Scientific American).
Kemampuan untuk mendeteksi gerakan-gerakan halus ini menawarkan metode pemantauan kesadaran yang lebih andal, khususnya berguna bagi pasien yang tidak dapat merespons tes konvensional seperti membuka mata atau mengepalkan tangan.
Teknologi inovatif ini dapat mengubah cara dokter dan keluarga menangani perawatan, menyediakan data objektif dan real-time untuk menginformasikan keputusan perawatan dan rehabilitasi. Lebih lanjut, teknologi ini membuka pintu komunikasi dengan pasien yang sebelumnya dianggap sulit dijangkau.
Ahli saraf Jan Claassen mengatakan pemulihan kognitif adalah proses bertahap, dan SeeMe bertindak sebagai "indikator awal" yang membantu dokter melihat harapan pemulihan lebih cepat.
Di masa mendatang, tim ini berharap dapat menyempurnakan alat tersebut untuk menganalisis lebih banyak bentuk gerakan dan menciptakan sistem "ya atau tidak", yang memungkinkan pasien yang terjaga tetapi terjebak dalam tubuh mereka untuk menjawab pertanyaan sederhana melalui isyarat wajah.
Seperti yang dikatakan Sima Mofakham kepada Scientific American , implikasi etis SeeMe sangat mendalam. "Orang yang tidak dapat berkomunikasi tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan mereka," jelasnya.
Dengan memperbolehkan pasien mengekspresikan persepsi mereka, SeeMe dapat membantu mereka menyuarakan pendapat mereka dalam perawatan mereka sendiri, sesuatu yang selama ini tidak dapat dijangkau oleh orang-orang yang mengalami gegar otak parah.
Sumber: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/cong-cu-ai-giup-tiet-lo-dau-hieu-y-thuc-o-benh-nhan-hon-me-20250930234137612.htm
Komentar (0)