Dalam sebuah unggahan di akun media sosialnya, merek kosmetik Maybelline menggunakan klip iklan yang menampilkan dua pria berjanggut sedang menggunakan produk-produk terbaru mereka. Iklan-iklan ini langsung memicu kontroversi di dunia maya.
Untuk membuat klip-klip ini, Maybelline mengundang dua penata rias, Ryan Vita dan Zak Taylor, untuk menggunakan produk-produk terbaru mereka. Klip-klip ini langsung memicu perdebatan di komunitas online karena banyak orang menganggap ide-ide kreatif Maybelline terlalu berlebihan.
Penggunaan model pria oleh Maybelline untuk mengiklankan kosmetik menimbulkan kontroversi ( Video : Daily Mail).
Produk-produk ini terutama ditujukan kepada pelanggan wanita, sehingga jika pria mengiklankan produk untuk wanita, beberapa komunitas daring akan sulit menerimanya.
Sebelumnya, pada bulan April tahun ini, Maybelline membuat klip iklan kosmetik yang menampilkan Dylan Mulvaney, seorang influencer transgender di media sosial, sebagai tokoh utamanya. Klip iklan ini juga memicu kontroversi dan diskusi di media sosial.
Dapat dipahami bahwa langkah baru Maybelline ini merupakan cara untuk mengekspresikan konsep yang lebih beradab tentang isu kesetaraan gender. Namun, langkah Maybelline ini menuai beragam perdebatan.
Saat ini, banyak merek ternama di dunia juga menunjukkan pandangan yang beradab tentang isu gender, dengan menghapus batasan dan standar umum gender. Namun, hal ini tidak mudah diterima oleh opini publik. Ada yang menganggap cara beberapa merek mengekspresikan diri terlalu berlebihan, sehingga sulit diterima.

Untuk membuat klip ini, Maybelline mengundang dua penata rias, Ryan Vita dan Zak Taylor, untuk menggunakan produk baru merek tersebut (Foto: Daily Mail).
Maybelline mengundang kecantikan transgender Dylan Mulvaney untuk mengiklankan produknya (Video: Daily Mail).
Di tengah perdebatan sengit, unggahan penulis Shaun Harper di Forbes (AS) memberikan perspektif berbeda tentang topik kontroversial ini. Penulis Shaun Harper percaya bahwa komunitas LGBTQIA+, bahkan laki-laki, memiliki kebutuhan mereka sendiri akan produk fesyen , kosmetik...
Menurut penulis Shaun Harper, reaksi negatif yang diarahkan sebagian opini publik terhadap merek yang mengambil langkah berani dalam periklanan akan membuat kehadiran orang-orang di komunitas LGBTQIA+ dalam budaya populer menjadi semakin terbatas.
Merek-merek mungkin khawatir bahwa langkah yang mereka ambil terlalu berisiko dan "lebih banyak ruginya daripada manfaatnya". Sementara itu, langkah-langkah tersebut diperlukan untuk memperluas konsep isu gender, agar masyarakat benar-benar memahami apa itu kesetaraan gender dan terpapar lebih banyak konten yang mempromosikan kesetaraan hak bagi komunitas LGBTQIA+.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)